Buku Individu Hasil Karya Kepala Madrasah

Karya perdana Kepala Madrasah yang merupakan hasil Pelatihan Menulis Buku yang diselenggarakan atas kerjasama Pusat Pengembangan Profesi Guru (P3G) Jawa Timur dan Penerbit Delta Pustaka.

Buku Kolaborasi Hasil Karya Kepala Madrasah

Karya Kepala MI Nurul Jannah NW Ampenan di Musim Pandemi Covid-19 kolaborasi dengan Kepala MIN 2 Kota Mataram.

14 Buku Kolaborasi Hasil Karya Kepala Madrasah

14 Buku ini merupakan Hasil Karya Kepala Madrasah yang melakukan Kolaborasi dengan bapak dan ibu Guru Se-Indonesia.

Kepala Madrasah Menjadi Pemateri dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR RI

Sosialisasi 4 Pilar MPR-RI yang dilaksanakan oleh komunitas belajar atas prakarsa Kepala SMPN 10 Mataram, Kepala Madrasah mendapat tugas untuk menjadi nara sumber salah satu empat pilar tersebut.

Pengolahan Bubur Kertas (MoU dengan POSYANTEK AMPENAN)

Dalam rangka memperluas jaringan dan membekali siswa-siswi dengan skill yang memadai terutama dalama menghadapi perkembangan zaman yang semakin rumit dan sulit, Kepala Madrasah membuat MoU dengan POSYANTEK Ampenan untuk melatih membuat aneka kerajinan dari bubur kertas.

Imtaq Bersama (Setiap Hari Selasa-Kamis)

Untuk mempersiapkan generasi yang kuat iman dan islamnya, maka Kepala Madrasah bersama bapak-ibu guru memprogramkan kegiatan imtaq bersama yang diawali dengan pembacaan shalawat Nahdlatain, asma'ul husna, juz 'amma, latihan pidato, tausiyah, doa, dan diakhiri dengan shalat duha berjamaah.

Latihan Manasik Haji (Program Tahunan)

Sebagai langkah awal untuk menyempurnakan rukun Islam yang kelima, Kepala Madrasah bersama bapak-ibu guru membuat program tahunan, yakni melakukan latihan manasik haji di kantor embarkasi Lombok dengan harapan mudah-mudahan memiliki ilmu yang mumpuni dan segera memiliki nasib ke baitullah al haram.

Upacara Hari Santri (Kegiatan Tahunan Siswa)

Sebagai warga negara yang nasionalis, Kepala Madrasah bersama warga madrasah melakukan upacara bendera setiap hari senin dan hari-hari besar nasional terutama hari santri yang merupakan hari kebanggaan bagi santri pondok pesantren seluruh Indonesia.

Upacara Hari Santri (Kegiatan Tahunan Guru)

Sebagai warga negara yang nasionalis, Kepala Madrasah bersama warga madrasah melakukan upacara bendera setiap hari senin dan hari-hari besar nasional terutama hari santri yang merupakan hari kebanggaan bagi santri pondok pesantren seluruh Indonesia.

Lomba Calistung MI Se-Kota Mataram

Untuk mengasah bakat, minat, dan ilmu pengetahuan yang diperoleh, siswa-siswi unjuk gigi dalam setip event lomba, baik yang diadakan oleh FKKMI, KKM, maupun lembaga/instansi lainnya.

Senin, 18 Agustus 2025

KIDUNG CINTA SANG SUFI: MENANGKAP MAKNA كهيعص DALAM DOA-DOA SANG MAULANASSYAIKH TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID AL-MASYHUR

 KIDUNG CINTA SANG SUFI: MENANGKAP MAKNA كهيعص  DALAM DOA-DOA SANG MAULANASSYAIKH TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID AL-MASYHUR   


OLEH: 
H. FAHRURROZI DAHLAN. QH [ALUMNI MQDH NW PANCOR- ALUMNI 33 PEMUTUS UMBA'- DOSEN UIN MATARAM-DOSEN IAIH NW LOTIM]. 

Semenjak saya mengenal wirid-wirid yang diijazahkan oleh al-Maghfurlah Maulanassyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, ada kata rahasia yang selalu menjadi tanda tanya saya acap kali menerima ijazah wirid-wirid itu, kata yang selalu berulang-ulang ditulis, dimuat, dipajang, diijazahkan, kata itu adalah, كهيعص, timbul pertanyaan, begitu sangat rahasia huruf demi huruf yang ada dalam Qur'an awal surat Maryam itu?. 
Kenapa Maulanassyaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid selalu memasukkan kata atau lafaz itu di sebagian besar buku wirid-wirid karya beliau. 
Saya ambil contoh, 
Di Hizib Nahdlatul Wathan tertulis, 
ووقع القول عليهم بما ظلموا فهم لا ينطقون بكهيعص كفينا وبحمعسق حمينا [ص: ٧٢].
اختصار حزب نهضة الوطن :
Tertulis tiga kali. 
١]. لااله الا انت سبحانك انى كنت من الظالمين كهيعص كهيعص كهيعص انصرنا واياهم على من ظلمنا واهاننا بما نصرت به الرسل وحل بيننا وبين الشيطان ونزعه وبين من لا طاقة لنا من خلقك اجمعين [ص:٩٩].
٢]. كون كهيعص حمعسق بسر لا اله الا الله [ثلاثا]. 
٣]. كهيعص طس ق ا ل ر  ح م ن [١٠٩].
Di Hizib Nahdlatul Banat juga tertulis sebagai untaian doa, 
بسم الله بابنا تبارك حيطاننا يس سقفنا كهيعص كفايتنا حمعسق حمايتنا يامن امره فى قول كن - كون كهيعص حمعسق بسر لا اله الا الله [ص: ١١٠]
Terdapat juga di shalawat Rahmatan lil Alamiin, 

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد المبعوث رحمة للعالمين وعلى آله الطيبين والطاهرين صلاة اهل السموات والارضين فى كل لمحة ونفس بدوام ملك الله رب العالمين وأجر يا مولانا خفي لطفك الخفي الخفي الخفي الخفي الخفي الخفي الخفي فى امرى وامر النهضيين والمسلمين واجمع بينى وبين حبيبك المصطفى كما جمعت بين الروح والنفس ظاهرا وباطنا يقظة ومناما يارب العالمين. كهيعص حمعسق بديع السموات والارض واذا قضى امرا فانما يقول له كن فيكون انشر واحفظ وايد نهضة الوطن فى العالمين آمين آمين آمين بالمبعوث رحمة للعالمين والحمد لله رب العالمين. 
Masih banyak lagi lafaz كهيعص itu tertulis dalam karya-karya wirid Maulanassyaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid. 
Saya sudah membaca di karya-karya yang lain,: 
١]. حزب الحصن المنيع
Diijazahkan di Medan Hultah NWDI ke-50 [21 Syawal 1406 H/29 Juni 1986 M di Pancor]. 
٢]. حزب البرمي
Diijazahkan di medan HULTAH NWDI ke-55 [24 Zulhijjah 1411 H/7 Juni 1991 di Pancor]
 ٣]. الورد الاسنى باسماء الله الحسنى 
Diijazahkan di medan HULTAH NWDI ke-56 tanggal 18 Rabiul Awwal 1413 H/14 September 1992 M.  di Praya Lombok Tengah.
٤]. ورد الصلوات النهضية 
Diijazahkan di Medan HULTAH NWDI ke-58, 18 Rabiul Awwal 1415 H/ 18 September 1994 M di Pancor. 

٥]. السر الربانى برنجانى الانفنانى 
Diijazahkan di Medan Hultah NWDI ke-59. 

٦]. مفتاح الاسرار لفتح حزائن الاسرار 
Diijazahkan di arena HULTAH NWDI ke-60 pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1417 H/ 15 September 1996 di Pancor. 
٧]. الفتح الرباني برنجانى الانفنانى 
Diijazahkan di medan Hultah NWDI ke-61 September 1997, HULTAH WADA' [perpisahan], sebulan sebelum wafatnya al-maghfurlahu Maulanannasyaikh TGKH. M. Zainuddin Abd. Majid tepatnya tanggal 21 Oktober 1997. M. 

Semua wirid-wirid tersebut di atas, selalu ada lafaz كهيعص dalam setiap lantunan doa yang termaktub. 
Lantas kenapa begitu berkhasiatnya lafaz itu sehingga para sufi menggunakannya sebagai wirid kesehariannya, ada apa? 

Mari kita coba telaah makna sufistik dari lafazh: كهيعص sehingga kita benar-benar yakin haqqul yakin bahwa lafazh كهيعص adalah lafaz yang memiliki rahasia ilahi yang tinggi sehingga Maulanassyaikh menjadikannya menjadi wirid zikir dalam doa dan munajatnya. 

Pertama: Sesungguhnya lafazh كهيعص ini adalah ayat mutasyabihat, ayat yang tak mengandung hukum syariat, ayat yang sangat rahasia yang tak tahu hakikat makna selain Allah swt. Namun Allah swt juga memberikan ilmu ta'wil bagi orang yang memiliki derajat, maqom yang Arrásikhun fil ilmi yang dapat menyingkap makna ayat-ayat mutasyábihat itu. 
Kedua: كهيعص
Adalah pembuka ayat pada surah Maryam yang menyebutkan akan arti penting Maryam dalam pandangan Islam. Satu-satunya perempuan yang disebutkan langsung namanya oleh Allah dalam al-Quran adalah Maryam. Kenapa disebut namanya langsung, tidak seperti istri-istri Nabi Muhammad, tak satupun disebut namanya, Istri Fir'aun juga tak disebut namanya dalam al-Quran,istri nabi Soleh. Ternyata rahasianya adalah untuk menjelaskan posisi NABI ISA yang memiliki ibu bernama Maryam, sehingga jelaslah Isa bin Maryam, Isa adalah Putranya Maryam, bukan Anak Tuhan. Inilah rahasia penyebutan Nama Maryam secara langsung agar memberikan penjelasan tentang hakikat asal muasal manusia, yang kemudian surat Maryam ini diawali dengan كهيعص.

Mari kita coba telaah pemaknaan كهيعص ini dalam kaca mata Syaikh Malik bin Dinar Rahimahullahu taala, sang sufi, sang zuhud sang faqih, sang alim allámah. 
Diceritakan bahwa Syaikh Malik Bin Dinar berdialog dengan seseorang yang musafir ke Makkah tanpa membawa bekal, modal dan perbendaharaan, maka terjadilah dialaog itu, sebagai berikut: 

"معنى (كهيعص)  فى سورة مريم "
ﻋﻦ ﻣﺎﻟﻚ ﺑﻦ ﺩﻳﻨﺎﺭ ﺭﺿﻲ ﺍلله ﻋﻨﻪ أﻧﻪ ﻗﺎﻝ: 
خرﺟﺖ حاجاً ﺍﻟﻰ ﺑﻴﺖ ﺍلله ﺍﻟﺤﺮﺍﻡ فى ﻋﺎﻡ ﻣﻦ ﺍلأ‌ﻋﻮﺍﻡ" 
فبينما أﻧﺎ فى ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻭإﺫﺍ برجل ﻳﻤﺸﻲ ﺑﻼ‌ ﺯﺍﺩ ﻭﻻ‌ ﺭﺍﺣﻠﺔ ﻓﺴﻠﻤﺖ ﻋﻠﻴﻪ" ﻓﺮﺩ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﺴﻼ‌ﻡ ﻓﻘﻠﺖ له:
Dari Malik bin Dinar bahwa beliau bercerita,  saya keluar musafir untuk berhaji ke baitullah pada suatu musim dari beberapa musim haji yang telah lalu. Suatu saat saya di perjalanan ada seorang yang berjalan tanpa bawa bekal dan tak gunakan kendaraan, maka saya ucapkan salam kepadanya dan dia menjawab salam saya. 
Kemudian saya bertanya. 

من أﻳﻦ أﻧﺖ ؟ ﻗﺎﻝ: ﻣﻦ ﻋﻨﺪﻩ" . ﻓﻘﻠﺖ ﻟﻪ : 
ﻭﺍﻟﻰ أﻳﻦ ﺗﺮﻳﺪ ؟ ﻗﺎﻝ: إﻟﻰ ﺑﻴﺘﻪ" 
ﻗﻠﺖ ﻟﻪ : ﻭأﻳﻦ ﺍﻟﺰﺍﺩ؟ ﻗﺎﻝ : ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻘﻠﺖ ﻟﻪ : إﻥ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻻ‌ ﺗﻨﻘﻄﻊ إﻻ‌ ﺑﺎلمأﻛﻞ ﻭﺍﻟﻤﺸﺮﺏ"
Malik bin Dinar: Dari mana gerangannya anda?. 
Si Musafir: Berasal dari  Allah Swt. 
Malik Bin Dinar: Anda mau kemana?
Si Musafir: Saya menuju rumah Allah.
Malik bin Dinar: Mana Bekalmu, Perbekalanmu?
Malik bin Dinar menpersoalkan lagi: Sesungguhnya jalan dan perjalanan itu tak akan terputus kecuali  karena ada dan tidak adanya yang dimakan dan yang diminum. 
 ﻓﻬﻞ ﻣﻌﻚ ﺷﻲﺀ ؟

Apakah ada memiliki sesuatu yang membersamaimu?. 

ﻗﺎﻝ : ﻧﻌﻢ ﺗﺰﻭﺩﺕ ﻋﻨﺪ ﺧﺮﻭﺟﻲ ﻣﻦ ﺑﻠﺪﻱ ﺑﺨﻤﺴﺔ أﺣﺮﻑ ﻓﻘﻠﺖ : 
ﻭﻣﺎ ﻫﻲ ﻗﺎﻝ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : ((ﻛﻬﻴﻌﺺ)) ﻗﻠﺖ : ﻭﻣﺎ ﻣﻌﻨﻰ "ﻛﻬﻴﻌﺺ" ﻗﺎﻝ : أﻣﺎ ﻗﻮﻟﻪ( ﻛﺎﻑ ) ﻓﻬﻮ ﺍﻟﻜﺎﻓﻲ" ﻭأﻣﺎ (ﺍﻟﻬﺎﺀ )ﻓﻬﻮ ﺍﻟﻬﺎﺩﻱ" ﻭأﻣﺎ (ﺍﻟﻴﺎﺀ )ﻓﻬﻮ ﺍﻟﻤﺆﻭﻱ" ﻭأﻣﺎ (ﺍﻟﻌﻴﻦ) ﻓﻬﻮ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ" ﻭأﻣﺎ (ﺍﻟﺼﺎﺩ) ﻓﻬﻮ ﺍﻟﺼﺎﺩﻕ" ومن ﺻﺤﺐ :كافياً ﻭﻫﺎﺩياً ﻭمؤﻭياً ﻭﻋﺎلماً ﻭﺻﺎﺩقاً ﻓﻼ‌ ﻳﻀﻴﻊ ﻭﻻ‌ ﻳﺨﺸﻰ ﻭﻻ‌ ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﺰﺍﺩ ﻭﺍﻟﺮﺍﺣﻠﺔ" 
Si Musafir menjawab: Iya benar saya berbekal semenjak saya keluar dari negeriku dengan bekal LIMA HURUF saja. 
Malik Bin Dinar bertanya?  Mana yang lima huruf itu?. 
Si Musafir menjawab: 
قال قوله تعالى كهيعص.
Malik bin Dinar : Apa makna huruf itu?.
Si Musafir Menjawab: 
قوله تعالى كاف فهو الكافى.
Kaf: Al-Káfi, Allah zat yang memberi kecukupan, yang menjamin kecukupan rizki sehingga tak akan kelaparan dan kekurangan rizki. 
Al-Ha': Al-Hádi, Dialah Allah yang memberikan bimbingan, petunjuk jalan sehingga tak akan pernah tersesat. 
Al-ya': Al-Mu'wy. Dialah Pelindung, Penjaga, Pemelihara, Dialah tempat kembali,  tempat mengadu segala kesusahan dan kesulitan, Dialah yang menampung semua kesusahan hamba-Nya. 
Al-Ain: Al-Alim, Dialah Allah zat yang maha mengetahui segala kehidupan hambaNya. 
Sedangkan Asshád: Asshoʻdiq, Dialah zat yang maha jujur dan maha benar, yang tak akan pernah mengkhianati hambaNya. 
Maka, 
من صحب كافيا وهاديا ومؤويا وعالما وصادقا فلا يضيع ولا يخشى ولا يحتاج الى الزاد والراحة. 
Siapa saja yang selalu membersamai Zat yang maha cukup, zat yang memberi petunjuk, zat yang tempat kembali, zat pelindung, zat yang maha tahu, zat yang maha benar, maka Dia tak akan pernah menyia-nyiakan hambaNya dan tentu tak pernah khawatir dan tak khawatir jika tak ada perbekalan dalam perjalanannya. 

Lebih lanjut dialognya setelah mendengarkan jawaban itu: 

ﻗﺎﻝ ﻣﺎﻟﻚ :ﻟﻤﺎ ﺳﻤﻌﺖ ﻣﻨﻪ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻜﻼ‌ﻡ ﻧﺰﻋﺖ ﻗﻤﻴﺼﻲ لأ‌ﻟﺒﺴﻪ ﻟﻪ فأﺑﻰ أﻥ يلبسه ﻭﻗﺎﻝ : ﻳﺎ ﺷﻴﺦ ﺍﻟﻌﺮي ﺧﻴﺮ ﻣﻦ قميصك. فاﻟﺪﻧﻴﺎ ﺣﻼ‌ﻟﻬﺎ ﺣﺴﺎﺏ ﻭﺣﺮﺍﻣﻬﺎ ﻋﻘﺎﺏ" ﻭﻛﺎﻥ إﺫﺍ ﺟﻦ ﺍﻟﻠﻴﻞ ﻳﺮﻓﻊ ﺭأﺳﻪ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ: وﻳﻘﻮﻝ :
ﻳﺎ ﻣﻦ ﻻ‌ ﺗﻨﻔﻌﻪ ﺍﻟﻄﺎﻋﺎﺕ ﻭﻻ‌ ﺗﻀﺮﻩ ﺍﻟﻤﻌﺎﺻﻲ ﻫﺐ ﻟﻲ ﻣﺎ ﻻ‌ ﻳﻨﻔﻌﻚ ﻭﺍﻏﻔﺮ ﻟﻲ ﻣﺎ ﻻ‌ ﻳﻀﺮﻙ"
ﻓﻠﻤﺎ ﺃﺣﺮﻡ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻟﺒﻮﺍ ﻗﻠﺖ ﻟﻪ : ﻟﻢ ﻻ‌ ﺗﻠﺒﻲ؟ ﻗﺎﻝ: 
ﻳﺎ ﺷﻴﺦ أﺧﺎﻑ أﻥ أﻗﻮﻝ ﻟﺒﻴﻚ ﻓﻴﻘﻮﻝ لي (ﻻ‌ ﻟﺒﻴﻚ ﻭﻻ‌ ﺳﻌﺪﻳﻚ لن‌ أﺳﻤﻊ ﻛﻼ‌ﻣﻚ ﻭﻻ‌ أﻧﻈﺮ إﻟﻴﻚ") 

Malik bin Dinar berucap: Semenjak saya mendengarkan kalimat itu dari orang tersebut, saya copot baju saya saya tak mau pakai lagi, 
Si Musafir itu berkata lagi, Duhai Tuan Syaikh  yang telanjang tak berpakaian.
Tak berbaju lebih baik dari bajumu itu, sebab dunia saja dengan barang yang halal ada hisabnya, dan dunia dengan barang haramnya siksaan. 

Sembari begitu malam tiba, orang ini mengangkat tangannya menghadap ke langit, 
Duhai Zat yang tak ada manfaat ketaatan juga tak memudharatkan kemaksiaatan bagi MU, Berikan kami pengampunan, apa yang tak memudharatkanMU, 
Saat orang pakai pakaian ihram dan mereka bertalbiah,  saya lihat orang ini tak bertalbiah,
Malik bin Dinar bertanya: Kenapa Anda tak bertalbiah?. 
Si Musafir menjawab: Duhai Syaikh, saya takut untuk mengatakan, لبيك dia hanya berkata kepadaku, 
لا لبيك لا سعديك لن اسمع كلامك ولا انظر اليك.
Kemudian berlalu orang tersebut, sampai saya jumpai dia di Mina sambil berdendang syair sembari menangis: 
ﺛﻢ ﻣﻀﻰ ﻋﻨﻲ ﻭﻏﺎﺏ ﻋﻦ ﺑﺼﺮﻱ ﻓﻤﺎ ﺭﺃﻳﺘﻪ إﻻ‌ ﺑﻤﻨﻰ ﻭﻫﻮ ﻳﺒﻜﻲ ﻭﻳﻘﻮﻝ ﺷﻌﺮاً: 

إﻥ ﺍﻟﺤﺒﻴﺐ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺮﺿﻴﻪ ﺳﻔﻚ ﺩﻣﻲ - ﺩﻣﻲ ﺣﻼ‌ﻝ ﻟﻪ فى ﺍﻟﺤﻞ ﻭﺍﻟﺤﺮﻡ"
Sesungguhnya Allah lah yang meredhai aliran darahku- Darahku halal baginya baik aku di tanah halal maupun tanah haram. 
ﻭﺍلله ﻟﻮ ﻋﻠﻤﺖ ﺭﻭﺣﻲ ﺑﻤﻦ ﻋﺸﻘﺖ - ﻗﺎﻣﺖ ﻋﻠﻰ ﺭأﺳﻬﺎ ﻓﻀﻼ‌ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺪﻡ"
Demi Allah, jika aku tahu ruhku hanya untuk yang kucintai- niscaya berbaliklah kepalaku menjadi kaki karena hinaku. 
ﻳﺎ ﻻ‌ﺋﻤﻲ ﻻ‌ ﺗﻠﻤﻨﻲ فى ﻫﻮﺍﻩ ﻓﻠﻮ - ﻋﺎﻳﻨﺖ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﻋﺎﻳﻨﺖ ﻟﻢ ﺗﻠﻢ"
Duhai orang yang mencelaku jangan engkau cela aku dalam hawa nafsuku- aku letih lelah pun engkau tak akan terhina. 

ﻳﻄﻮﻑ باﻟﺒﻴﺖ ﻗﻮﻡ ﺑﺠﺎﺭﺣﺔ -ولو بالله ﻃﺎﻓﻮﺍ ﻷ‌ﻏﻨﺎﻫﻢ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﺮﻡ"
ﻟﻠﻨﺎﺱ ﺣﺞ ﻭ لى ﺣﺞ ﺇﻟﻰ ﺳﻜﻨﻲ - ﺗﻬﺪى الأ‌ﺿﺎﺣﻲ ﻭأﻫﺪﻱ ﻣﻬﺠﺘﻲ ﻭﺩﻣﻲ"

Tawaf di ka'bah suatu kaum dengan susah payah- andaipun mereka tawaf pasti mereka merasakan cukup di Pelataran Haram. 
Orangpun berhaji akupun berhaji semua sampai ke tempat masing-masing. 
Mereka berkurban menyembelih hewan kurbannya. 
ﺛﻢ ﻗﺎﻝ: ﺍﻟﻠﻬﻢ إﻥ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺫﺑﺤﻮﺍ ﻭﺗﻘﺮﺑﻮﺍ إﻟﻴﻚ ﺑﻀﺤﺎﻳﺎﻫﻢ ﻭﻫﺪﺍﻳﺎﻫﻢ ﻭأﻧﺎ ﻟﻴﺲ لى سوى نفسي أﺗﻘﺮﺏ بها إﻟﻴﻚ ﻓﺘﻘﺒﻠﻬﺎ منى - ﺛﻢ رفع بصره إلى السماء وهو يبكي ثم ﺷﻬﻖ ﺷﻬﻘﺔ وخر ميتاً ﺭﺣﻤﻪ ﺍلله ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﺠﻬﺰﺗﻪ ﻭﻭاﺭﻳﺘﻪ التراب ؟ 

وﺑﺖ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﻠﻴﻠﺔ ﻣﺘﻔﻜﺮﺍً ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻩ ﻓﺮﺃﻳﺘﻪ ﻓﻲ المنام ﻓﻘﻠﺖ ﻟﻪ : ﻣﺎ ﻓﻌﻞ الله ﺑﻚ ؟! ﻗﺎﻝ : ﻓﻌﻞ ﺑﻲ ﻛﻤﺎ ﻓﻌﻞ ﺑﺸﻬﺪﺍﺀ ﺑﺪﺭ ﻭﺯﺍﺩﻧﻲ" ﻗﻠﺖ : ﻟﻢ ﺯﺍﺩﻙ ؟! ﻗﺎﻝ : ﻷ‌ﻧﻬﻢ ﻗﺘﻠﻮﺍ ﺑﺴﻴﻮﻑ ﺍﻟﻜﻔﺎﺭ ﻭﺃﻧﺎ ﻗﺘﻠﺖ ﺑﻤﺤﺒﺔ ﺍﻟﺠﺒﺎﺭ 
(كتاب ﺭﻭﺽ ﺍﻟﺮﻳﺎﺣﻴﻦ) "ﻟﻺ‌ﻣﺎﻡ ﺍالشافعي

Al-Istifàdah:
Rahasia utama dari lafazh: كهيعص 
Adalah sebagai berikut:
Pertama: Siapa saja yang mengamalkan/mewiridkan akan mendapatkan LIMA HAL UTAMA:
Pertama: 
الكفاية [الكافى]
Kecukupan rizki dan keterpeliharaan dari segala yang tidak menyenangkan.
Kedua: الهداية [الهادى]
Selalu dalam bimbingan Allah swt. 
Ketiga: [الايواء [المؤوى
Penjagaan dan pemeliharaan dari mara bahaya dan malapetaka. 
Keempat: 
العلم [العالم]
Akan diberikan ilmu pengetahuan dan pemahaman ilmu oleh Allah swt. 
Kelima: الصدق-الصادق
Allah akan membimbing menjadi orang yang selalu jujur, berkata benar, berintegritas dan amanah. 

Itulah rahasia utama di balik lafazh كهيعص yang kemudian dijadikan kidung wirid doa oleh para sufi yang dekat kepada Allah swt. 
MAULANASSYAIKH SANG SUFI YANG ARIF BILLAH YANG DEKAT DENGAN ALLAH. 
MAKA BELIAU FAHAM AKAN HAKIKAT كهيعص MAKA DIJADIKANLAH MENJADI KUNCI WIRID-WIRID RAHASIA BELIAU. 


SEMOGA BERKAH UNTUK KITA SEMUA. 

 JEMPONG BARU, 21 SHAFAR 1447 H/18 Agustus 2025.

Rabu, 30 Juli 2025

4 Kaidah Fiqih Yang Merangkum Seluruh Madzhab Syafi'i

 4 Kaidah Fiqih Yang Merangkum Seluruh Madzhab Syafi'i Oleh Qodhi Husain

قال القاضي أبو سعيد: فلما بلغ القاضي حسينا ذلك رد جميع مذهب الشافعي إلى أربع قواعد:
الأولى : اليقين لا يزول بالشك.
الثانية : المشقة تجلب التيسير .
الثالثة : الضرر يزال .
الرابعة: العادة محكمة .
قال بعض المتأخرين في كون هذه الأربع دعائم الفقه كله، نظر ، فإن غالبه لا يرجع إليها إلا بواسطة تكلف.
[ايضاح القواعد الفقهية ص/١٠]

Qadhi Abu Sa‘id berkata: Ketika Qadhi Husain mendengar hal itu, (yakni bahwa mazhab Abu Hanifah diringkas dalam 17 kaidah), ia pun merangkum seluruh mazhab Imam Syafi‘i ke dalam empat kaidah berikut:

1. Keyakinan tidak hilang karena keraguan.
2. Kesulitan mendatangkan kemudahan.
3. Bahaya harus dihilangkan.
4. Kebiasaan dapat dijadikan hukum.

Sebagian ulama belakangan berkomentar bahwa menjadikan keempat kaidah ini sebagai pilar seluruh fikih perlu dikaji lebih lanjut, karena sebagian besar masalah fikih tidak bisa dikembalikan kepadanya kecuali dengan cara yang dipaksakan.

Perbedaan Metode Ushul Fiqih Dan Kaidah Fiqih (1)

 

 Perbedaan Metode Ushul Fiqih Dan Kaidah Fiqih (1)

مسألة : قال بعض المتأخرين: اعلم أن لهم في وضع القواعد طريقين: الأولى: أن يضع القواعد التي تُعين المجتهد على استنباط الأحكام من مصادرها، وهي الكتاب والسنة والإجماع والقياس، وهذا هو المسمى بأصول الفقه .
وكان أول من وضع خطة البحث فيه إمامنا الشافعي (1) رحمة الله تعالى عليه ورضوانه، فصنف كتابه «الرسالة» وتبعه كل من جاء بعده من علماء المذاهب الأخرى ، ولا يمتري في ذلك إلا مكابر معاند.
[ايضاح القواعد الفقهية ص/١٢]

Masalah: Sebagian ulama belakangan berkata: "Ketahuilah bahwa para ulama memiliki dua metode dalam meletakkan kaidah-kaidah: Pertama: Meletakkan kaidah-kaidah yang membantu mujtahid dalam menggali hukum-hukum dari sumber-sumbernya, yaitu: Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’, dan Qiyas. Inilah yang disebut dengan Ushul Fiqih. Orang yang pertama kali meletakkan kerangka pembahasan dalam ilmu ini adalah Imam kita, Asy-Syafi‘i – semoga Allah merahmati dan meridhainya. Beliau menulis kitabnya Ar-Risalah, dan semua ulama mazhab setelahnya mengikuti jejak beliau. Tidak ada yang meragukan hal ini kecuali orang yang membangkang dan keras kepala.

Kamis, 24 Juli 2025

Menyia-nyiakan Waktu Lebih Berbahaya dari Kematian

 

Menyia-nyiakan Waktu Lebih Berbahaya dari Kematian

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ جَعَلَ فِي العُمْرِ فُسْحَةٍ، وَفِي الْحَيَاةِ مُهْلَةٍ، أَحْمَدُهُ – سُبْحَانَهُ – وَأَشْكُرُهُ عَلَى كُلِّ نِعْمَةٍ وَقُرْبَةٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ جَمَعَ قُلُوْبَ المُؤْمِنِيْنَ عَلَى الْمَحَبَّةِ وَالأُلْفَةِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ قُدْوَةٍ وَأُسْوَةٍ، اَللّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَّالَاهُ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ .أَمَّا بَعْدُ :فَأُصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهَ.

Setiap Muslim pasti menginginkan untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Karena itu, salah satu caranya adalah memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Setiap muslim harus benar-benar memanfaatkan waktu yang diberikan Allah untuk berbuat kebaikan. Sebab, waktu tidak akan bisa terulang kembali walau sesaatpun. Mereka yang lalai dalam hidupnya pasti akan mengalami kerugian yang diliputi penyesalan besar terutama kelak di yaumil kiamah. Sebagaimana Allah SWT telah mengingatkan kita dalam QS. Al Ashr:

  وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al Ashr:1-3)

Waktu sangatlah berharga. Begitu berharganya waktu, menyia-nyiakannya adalah bentuk puncak kerugian, bahkan lebih berbahaya dari kematian. Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata:

إضاعةُ الوقت أشدُّ من الموت ؛ لأنَّ إضاعة الوقت تقطعك عن الله والدار الآخرة، والموتُ يقطعك عن الدنيا وأهلها

“Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian, karena menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskan dirimu dari dunia dan penduduknya”. [Al-Fawaid hal 44]

Ketika Allah bersumpah dengan salah satu makhluk-Nya dalam Al-Quran, hal ini menunjukkan bahwa makhluk tersebut memiliki keistimewaan. Allah bersumpah dengan waktu dalam Al-Quran dalam beberapa ayat. Misalnya “wal-ashri” (demi masa), “wad-dhuha” (demi waktu dhuha), “wal-lail” (demi waktu malam) dan lain-lainnya. Waktu memang sangat berharga dan harus dipergunakan dengan sebaik mungkin untuk hal-hal yang bermanfaat. Manusia pun sepakat bahwa waktu itu berharga. Pepatah Arab menyebutkan waku itu penting:

اَلْوَقْتُ أَنْفَاسٌ لَا تَعُوْدُ

“Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.”

Orang sukses dunia-akhirat akan sangat menyesal jika waktunya terbuang percuma tanpa manfaat dan faidah. Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata,

ﻣَﺎ ﻧَﺪِﻣْﺖُ ﻋَﻠَﻰ ﺷَﻲْﺀٍ ﻧَﺪَﻣِﻲ ﻋَﻠَﻰ ﻳَﻮْﻡٍ ﻏَﺮَﺑَﺖْ ﴰَﺴْﻪُ ﻧَﻘَﺺَ ﻓِﻴْﻪِ ﺃَﺟَﻠِﻲ ﻭَﱂَ ْﻳَﺰِﺩْ ﻓِﻴْﻪِ ﻋَﻤَﻠِﻲ

“Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.” (Lihat Miftahul Afkar)

Mereka juga pelit dengan waktu mereka, Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,

أَدْرَكْتُ أَقْوَامًا كَانَ أَحَدُهُمْ أَشَحَّ عَلَى عُمْرِهِ مِنْهُ عَلَى دِرْهَمِهِ

“Aku menjumpai beberapa kaum, salah satu dari mereka lebih pelit terhadap umurnya (waktunya) dari pada dirham (harta) mereka” (Al-‘Umru was Syaib no. 85)

Perhatikan perkataan emas yang dinukil oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah:

وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ

“Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, PASTI akan disibukkan dengan hal-hal yang batil” (Al Jawabul Kaafi hal 156)

Ini adalah kaidah dalam kehidupan. Apabila waktu kita tidak diisi dengan kegiatan positif, pasti diisi oleh kegiatan negatif. Paling minimal diisi dengan hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Oleh karena itu, hendaklah membuat program, rencana serta target hidup ke depan agar hari-hari kita selalu terisi oleh hal-hal dan kegiatan yang positif dan bermanfaat. Hendaknya kita perhatikan dan kita atur dengan baik, waktu dan umur yang telah Allah berikan kepada kita. Mayoritas manusia banyak lalai dan menyia-nyiakan waktu.

Dunia adalah sawah ladang akhirat. Jika engkau menanam kebaikan di dunia ini, maka engkau akan memetik kenikmatan abadi di akhirat nanti. Jika engkau menanam keburukan di dunia ini, maka engkau akan memetik siksaan pedih di akhirat nanti.

Namun demikian, ini bukan berarti manusia tidak boleh bersenang-senang dengan perkara yang Allâh ijinkan di dunia ini, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي

Demi Allâh, sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut dan paling takwa di antara kamu kepada Allâh, tetapi aku berpuasa dan berbuka, shalat (malam) dan tidur, dan aku menikahi wanita-wanita. Barangsiapa membenci sunnahku, maka ia bukan dariku. [HR al-Bukhari, no. 4776; Muslim, no. 1401]

Banyak orang mengetahui nilai dan urgensi waktu, dan mengetahui perkara-perkara bermanfaat yang seharusnya dilakukan untuk mengisi waktu, tetapi karena lemahnya kehendak dan tekad, mereka tidak melakukannya. Maka seorang muslim wajib mengobati perkara ini dan bersegera serta berlomba melaksanakan amalan-amalan shalih, serta memohon pertolongan kepada Allâh Ta’ala, kemudian bergabung dengan kawan-kawan yang shalih.

Jika kita benar-benar mengerti tujuan hidup, dan kita benar-benar memahami nilai waktu, maka seharusnya kita isi waktu kita dengan perkara yang akan menjadikan ridha Penguasa kita, Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Semoga Allâh selalu membimbing kita di atas jalan yang lurus dan jalan yang di ridhai-Nya.

أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

Rabu, 18 Juni 2025

Bantu Siapa pun yang Membutuhkan

 

Bantu Siapa pun yang Membutuhkan

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى

Ketika awal kita ada di dunia ini, kita membutuhkan seseorang yang menjadi perantara kelahiran, yaitu ibu. Dari kecil hingga tumbuh dewasa kita membutuhkan orang tua, ketika kesulitan dan memiliki hajat, kita membutuhkan tetangga dan warga sekitar, ketika punya problem kehidupan kita juga membutuhkan seorang pendengar, hingga ketika ajal menjemput, kita pun membutuhkan orang yang menguburkan jasad kita. Dari sini, kita dapat memahami bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian, kita semua saling membutuhkan satu sama lain. Oleh karena itu, pesan yang ditanamkan sejak kecil hingga dewasa adalah jangan bosan-bosan menolong orang lain yang membutuhkan.

Islam adalah agama yang sangat menganjurkan umatnya untuk saling tolong menolong dan merekatkan tali persaudaraan. Tolong menolong di sini tidak terikat oleh apa pun. Bantulah dengan tulus siapa pun orangnya, entah dia kaya atau miskin, berpendidikan tinggi atau tidak mengenyam pendidikan sama sekali, bahkan muslim atau non-muslim, selama itu dalam ranah sosial dan kebaikan, maka tidak ada salahnya kita membantu mereka, karena bagaimana pun mereka adalah saudara dalam kemanusiaan. Kecuali, jika bantu membantu itu hal kejahatan dan keburukan, maka Islam melarang hal ini. Allah menegaskan dalam QS. Al-Maidah ayat 2:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”

Menolong orang lain, khususnya mereka yang sedang kesulitan sungguh memiliki banyak manfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang yang kita tolong, bahkan kondisi masyarakat pun akan mendapatkan manfaat dari sikap dan perbuatan baik ini. Dengan menolong orang muslim yang sedang membutuhkan pertolongan, maka kita telah mencerminkan pesan persaudaraan yang ditamsilkan oleh Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (ikut merasakan sakitnya)”

Lebih tegas terkait keutamaan menolong sesama Muslim, Rasulullah bersabda dalam hadis riwayat Imam Muslim:

مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Siapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allah memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Siapa menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.”

Dalam hadits lain Rasulullah memerintahkan umatnya untuk menolong orang yang dizalimi bahkan orang yang ingin berbuat zalim juga. Dalam hadis Nabi disebutkan:

انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا

“Tolonglah saudaramu ketika dia berbuat zalim atau ketika dia dizalimi.”

Dalam hadits yang disebutkan tadi, mungkin kita bertanya-tanya, bagaimana mungkin kita menolong orang zalim padahal Allah telah melarang bantu membantu dalam hal keburukan. Hal ini pun pernah ditanyakan juga para sahabat, Rasulullah pun menjawab:

تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ

“Pegang tangannya (tahan ia dari perbuatan zalim).”

Dari hadits-hadits di atas, kiranya dapat menjadi pelajaran bagi kita semua agar bermurah hati menolong sesama Muslim karena mereka adalah saudara kita. Pun tanpa menafikan kita juga harus menolong siapa saja orang-orang di sekitar kita yang sedang dalam kesulitan.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Kualitas dan Kuantitas Rezeki

 

 

Kualitas dan Kuantitas Rezeki

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى

Di era modern saat ini banyak manusia semakin menunjukkan sikap hedonis. Sebuah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia jika bisa mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup. Pandangan ini mengakibatkan manusia berusaha mencari kebahagiaan dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya dengan berbagai daya upaya. Cara-cara mendapatkan harta pun tidak mempedulikan norma-norma agama dan aturan yang ada. Halal haram tabrak saja yang penting harta banyak dan kebahagiaan bisa dirasa.

Saat ini juga kita rasakan banyak manusia yang mementingkan kuantitas dari pada kualitas harta. Manusia modern mementingkan jumlah daripada berkah harta yang dimiliki. Ini terlihat dari orientasi hidup dan prinsip manusia saat ini yang beranggapan bahwa hidup dan rezeki adalah matematika yakni satu tambah satu sama dengan dua. Padahal rezeki dalam kehidupan ini tidak bisa dihitung dengan ilmu matematika. Dalam hidup terkadang 1+1 memang 2, namun bisa saja 1+1=11 atau 1+1 bisa jadi 0. Banyak yang bermodal besar tapi tidak mendapat untung besar dalam usaha. Sementara banyak yang usaha kecil tapi rezeki terus mengalir. Itu adalah rahasia Allah SWT.

Banyak kita lihat orang bekerja, pergi pagi pulang sore, peras keringat, banting tulang, sampai-sampai berani meninggalkan shalat dan ibadah wajib lainnya namun kehidupan ekonominya begitu-begitu saja. Sementara ada yang bekerja dengan biasa-biasa saja, bisa menjalankan ibadah dengan tenang, namun rezeki yang didapatnya terus mengalir dan berlipat ganda. Ini menjadi renungan kita bersama bahwa Allah SWT telah memberikan rizki berupa harta kepada masing-masing manusia. Rezeki manusia tak akan tertukar dengan rezeki orang lain. Yang terpenting dari kita adalah harus terus berusaha dengan baik seraya berdoa dan menyadari bahwa Allah telah membagi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki. Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Ali ‘Imran ayat 37:

إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya Allah memberi rizki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”

Segala hal terkait dengan rezeki yang sudah didapatkan haruslah kita syukuri. Dengan syukur, kita tidak lagi selalu menghitung-hitung jumlah harta yang kita miliki. Harta adalah washilah (lantaran) saja untuk kita bisa beribadah dengan tenang kepada Allah. Karena perlu dicatat dan diingat bahwa tugas utama kita hidup di dunia ini adalah memang untuk beribadah menyembah Allah SWT sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”

Syukur ini akan membawa kita tenang dalam menghadapi kerasnya kehidupan dunia. Walau sedikit harta yang dimiliki, jika kita bersyukur, kita akan hidup dengan tenang bersama keluarga. Sebaliknya, biar pun bergelimang harta, tapi rasa syukur tak ada, maka kegersangan hidup dan ketidaknyamanan akan selalu terasa dalam langkah kehidupan kita. Syukur akan membuahkan hasil yang manis karena dengan bersyukur Allah akan menambahkan nikmat yang telah diberikan kepada kita. Allah berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 7:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumatkan, “Sesungguh¬nya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

Banyak di zaman sekarang ini orang yang hanya memikirkan jumlah gaji pekerjaan yang ia lakukan. Jika kita renungkan sebenarnya gaji atau pendapatan itu tidak ada apa-apanya dibanding gaji yang telah diberikan Allah kepada kita semua. Logika matematis dalam menyikapi harta ini lambat laun akan melupakan esensi dari status harta itu sendiri. Perlu kita sadari bahwa harta hanya titipan dari Allah yang suatu waktu akan hilang dari kita dan diambil oleh yang paling berhak memilikinya.

Kesadaran bahwa harta hanya sebuah titipan ini akan memunculkan sikap senang berbagi, bersedekah dan berzakat. Kita tak perlu khawatir jika kita memberikan harta kita kepada orang lain, harta kita akan jadi berkurang. Sekali lagi hidup bukanlah matematika. Sesuatu yang kita berikan kepada sesama, pada suatu hari pasti akan kita dapatkan kembali karena hakikat memberi adalah menerima. Di akhir khutbah ini mari kita renungkan Al-Qur’an Surat Ath-Tholaq ayat 2-3:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar (2). Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (3)”

Ayat ini memberikan petunjuk kepada kita bahwa jika kita ingin hidup dalam ketenangan maka hiduplah dalam ketakwaan dengan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Selain akan diberikan ketenangan hidup dan jalan keluar dari segala permasalahan di dunia, jika kita bertakwa, kita juga akan diberi rezeki dari arah yang tidak kita duga-duga. Jika kita betul-betul percaya (tawakal) kepada Allah, sungguh Allah akan memberikan kita rezeki seperti burung yang pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pada sore harinya dalam keadaan kenyang. Yakinlah, Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Sabtu, 31 Mei 2025

Persahabatan Sejati, Jalan Keselamatan Dunia dan Akhirat

 

Persahabatan Sejati, Jalan Keselamatan Dunia dan Akhirat

اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي نَوَّرَ بِالْقُرْآنِ الْقُلُوبَ، وَأَنْزَلَهُ فِي أَوْجَزِ لَفْظٍ وَأَعْجَزِ أُسْلُوبٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الْمُصْطَفَى، وَنَبِيُّهُ الْمُرْتَضَى، مُعَلِّمُ الْـحِكْمَةِ، وَهَادِي الْأُمَّةِ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ القيامة. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ اَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ  

Kita semua adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dalam perjalanan hidup, kita selalu dikelilingi oleh kawan, sahabat, teman, atau pun kerabat. Namun, tidak semua dari mereka membawa dampak yang sama. Teman yang saleh akan mengajak kita kepada kebaikan, sedangkan teman yang buruk dapat menyeret kita ke dalam hal-hal yang negatif. Oleh karena itu, Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk selektif dalam memilih sahabat.

 Teman yang saleh dan bisa mengingatkan kita kepada Allah sangatlah penting bagi kehidupan dunia kita, terlebih untuk kehidupan akhirat. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Sa’id al-Khudri, seorang Sahabat Nabi, menceritakan bahwa ketika di akhirat kelak, orang-orang beriman sudah memasuki pintu surga, mereka mengadu kepada Allah, dapatkah mereka mengajak orang-orang beriman yang sehari-hari menemani mereka di dunia, namun sayangnya jatuh ke jurang neraka, untuk diajak atau diselamatkan, atau diberi syafaat supaya bisa menuju surga bersama-sama. Sabda nabi Muhammad SAW:

 يَقُولُونَ: رَبَّنَا كَانُوا يَصُومُونَ مَعَنَا وَيُصَلُّونَ وَيَحُجُّونَ، فَيُقَالُ لَهُمْ: أَخْرِجُوا مَنْ عَرَفْتُمْ، فَتُحَرَّمُ صُوَرُهُمْ عَلَى النَّارِ، فَيُخْرِجُونَ خَلْقًا كَثِيرًا قَدِ أَخَذَتِ النَّارُ إِلَى نِصْفِ سَاقَيْهِ، وَإِلَى رُكْبَتَيْهِ

 Artinya, “Orang-orang beriman berkata, ‘Wahai Tuhan kami, saudara-saudara kami (itu yang jatuh ke jurang neraka) dahulu berpuasa bersama kami, shalat bersama kami, dan berhaji bersama kami.’ Lalu dikatakan kepada mereka, ‘Keluarkanlah orang-orang yang kalian kenal!’ Maka wajah mereka dilindungi dari api neraka, dan mereka mengeluarkan banyak orang yang api telah membakar hingga setengah betis atau lututnya.” (Hadits riwayat Imam Muslim).

Hadits ini menggambarkan betapa besar peran teman yang saleh di akhirat. Ketika orang-orang beriman telah selamat dari neraka, mereka tidak melupakan saudara-saudara mereka yang pernah bersama-sama menjalankan ibadah. Mereka memohon kepada Allah untuk menyelamatkan teman-teman mereka, dan Allah memberikan izin untuk mengeluarkan orang-orang yang mereka kenal dari siksa neraka. Hal ini menunjukkan bahwa teman yang saleh bukan hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga menjadi penolong di akhirat. Inilah nilai persahabatan yang sejati dalam Islam.

 

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya, Rasulullah SAW bersabda:

 عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا خَلَصَ الْمُؤْمِنُونَ مِنْ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَمِنُوا، فَمَا مُجَادَلَةُ أَحَدِكُمْ لِصَاحِبِهِ فِي الْحَقِّ يَكُونُ لَهُ فِي الدُّنْيَا بِأَشَدَّ مُجَادَلَةً لَهُ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ لِرَبِّهِمْ فِي إِخْوَانِهِمْ الَّذِينَ أُدْخِلُوا النَّارَ

 Artinya, “Dari Abu Sa’id, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, ‘Apabila orang-orang beriman telah selamat dari neraka pada hari kiamat dan merasa aman, maka tidak ada perdebatan seseorang di antara kalian untuk membela hak temannya di dunia yang lebih keras daripada perdebatan orang-orang beriman kepada Tuhan mereka, untuk (menyelamatkan) saudara-saudara mereka yang dimasukkan ke dalam neraka’.” (HR Ahmad).

 Berdasarkan hadits di atas, Syekh Al-Muzhiri dalam kitab Al-Mafatih fi Syarhil Mashabih jilid 5 halaman 13 menjelaskan bagaimana kondisi orang-orang beriman sangat solid dan kompak, berharap kepada Allah supaya teman-temannya yang dahulu saling mengingatkan dalam kebaikan, memotivasi dalam beribadah dan beramal saleh, dapat dikeluarkan dari neraka dan masuk surga bersama-sama. Beliau menjelaskan:

 لَا يَكُونُ أَحَدٌ مِنْكُمْ أَكْثَرَ اجْتِهَادًا وَمُبَالَغَةً فِي طَلَبِ الْحَقِّ حِينَ ظَهَرَ لَكُمُ الْحَقُّ، مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي طَلَبِ خَلَاصِ إِخْوَانِهِمُ الْعُصَاةِ فِي النَّارِ مِنَ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

 Artinya, “Tidak ada seorang pun di antara kalian yang akan lebih bersungguh-sungguh dan lebih gigih dalam mencari kebenaran setelah kebenaran itu tampak jelas, melebihi kesungguhan orang-orang beriman dalam memohon keselamatan bagi saudara-saudara mereka yang durhaka dari siksa neraka pada hari kiamat.

 Kita dapat memahami bahwa menjalin persahabatan dengan orang-orang saleh merupakan investasi yang bernilai abadi. Di dunia, mereka menjadi sahabat yang senantiasa mengingatkan kita kepada Allah, mengajak kita pada kebaikan, dan menjauhkan kita dari kelalaian. Di akhirat kelak, mereka adalah para penolong yang dengan penuh keikhlasan memperjuangkan keselamatan kita dari siksa neraka. Oleh karena itu, berhati-hatilah dalam memilih teman. Pilihlah sahabat yang membawa kita semakin dekat kepada ketaatan kepada Allah, bukan mereka yang justru menjauhkan kita dari rahmat dan kasih sayang-Nya.

 Semoga kita semua bisa bersahabat dan berkumpul dengan orang-orang saleh sehingga bisa membawa manfaat, keberkahan, dan keselamatan di dunia dan akhirat.  

بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

 

KIDUNG CINTA SANG SUFI: MENANGKAP MAKNA كهيعص DALAM DOA-DOA SANG MAULANASSYAIKH TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID AL-MASYHUR

 KIDUNG CINTA SANG SUFI: MENANGKAP MAKNA كهيعص  DALAM DOA-DOA SANG MAULANASSYAIKH TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID AL-MASYHUR    OLEH: ...