Buku Individu Hasil Karya Kepala Madrasah

Karya perdana Kepala Madrasah yang merupakan hasil Pelatihan Menulis Buku yang diselenggarakan atas kerjasama Pusat Pengembangan Profesi Guru (P3G) Jawa Timur dan Penerbit Delta Pustaka.

Buku Kolaborasi Hasil Karya Kepala Madrasah

Karya Kepala MI Nurul Jannah NW Ampenan di Musim Pandemi Covid-19 kolaborasi dengan Kepala MIN 2 Kota Mataram.

14 Buku Kolaborasi Hasil Karya Kepala Madrasah

14 Buku ini merupakan Hasil Karya Kepala Madrasah yang melakukan Kolaborasi dengan bapak dan ibu Guru Se-Indonesia.

Kepala Madrasah Menjadi Pemateri dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR RI

Sosialisasi 4 Pilar MPR-RI yang dilaksanakan oleh komunitas belajar atas prakarsa Kepala SMPN 10 Mataram, Kepala Madrasah mendapat tugas untuk menjadi nara sumber salah satu empat pilar tersebut.

Pengolahan Bubur Kertas (MoU dengan POSYANTEK AMPENAN)

Dalam rangka memperluas jaringan dan membekali siswa-siswi dengan skill yang memadai terutama dalama menghadapi perkembangan zaman yang semakin rumit dan sulit, Kepala Madrasah membuat MoU dengan POSYANTEK Ampenan untuk melatih membuat aneka kerajinan dari bubur kertas.

Imtaq Bersama (Setiap Hari Selasa-Kamis)

Untuk mempersiapkan generasi yang kuat iman dan islamnya, maka Kepala Madrasah bersama bapak-ibu guru memprogramkan kegiatan imtaq bersama yang diawali dengan pembacaan shalawat Nahdlatain, asma'ul husna, juz 'amma, latihan pidato, tausiyah, doa, dan diakhiri dengan shalat duha berjamaah.

Latihan Manasik Haji (Program Tahunan)

Sebagai langkah awal untuk menyempurnakan rukun Islam yang kelima, Kepala Madrasah bersama bapak-ibu guru membuat program tahunan, yakni melakukan latihan manasik haji di kantor embarkasi Lombok dengan harapan mudah-mudahan memiliki ilmu yang mumpuni dan segera memiliki nasib ke baitullah al haram.

Upacara Hari Santri (Kegiatan Tahunan Siswa)

Sebagai warga negara yang nasionalis, Kepala Madrasah bersama warga madrasah melakukan upacara bendera setiap hari senin dan hari-hari besar nasional terutama hari santri yang merupakan hari kebanggaan bagi santri pondok pesantren seluruh Indonesia.

Upacara Hari Santri (Kegiatan Tahunan Guru)

Sebagai warga negara yang nasionalis, Kepala Madrasah bersama warga madrasah melakukan upacara bendera setiap hari senin dan hari-hari besar nasional terutama hari santri yang merupakan hari kebanggaan bagi santri pondok pesantren seluruh Indonesia.

Lomba Calistung MI Se-Kota Mataram

Untuk mengasah bakat, minat, dan ilmu pengetahuan yang diperoleh, siswa-siswi unjuk gigi dalam setip event lomba, baik yang diadakan oleh FKKMI, KKM, maupun lembaga/instansi lainnya.

Kamis, 11 Desember 2025

Mengambil Hikmah dari musibah Aceh dan Sumatra

 

Mengambil Hikmah dari musibah Aceh dan Sumatra

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِإِدْخَالِ السُرُوْرِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ النُّوْرُ الصَّبُوْرُ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ بِحُسْنِ الْأَخْلَاقِ الْمشْهُوْرُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ ومن تبعهم بإحسان الى يوم النشور. اَمَّا بَعْدُ, فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Beberapa pekan yang lalu, Negara kita berduka karena kembali terguncang oleh musibah yang menimpa saudara-saudara kita di Aceh dan Sumatera. Gempa bumi, longsor, banjir bandang—semuanya datang silih berganti. Di tengah duka mendalam akibat banjir besar yang melanda sejumlah wilayah di Aceh dan Sumatera, umat Islam diimbau untuk menjadikan musibah ini sebagai momentum muhasabah diri. Musibah merupakan bentuk teguran Allah kepada kaum mukmin atas kekeliruan dan dosa-dosa yang kita lakukan. 

Kita melihat saudara-saudara kita kehilangan tempat tinggal, harta benda, bahkan orang-orang tercinta. Mereka yang hidup pun kini harus bertahan dalam kondisi sulit, serba terbatas, dan penuh ketidakpastian. Berdasarkan data resmi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada hari Kamis, 11 Desember 2025 pukul 19.45 WIB, tercatat korban meninggal dunia 990 jiwa, 225 orang masih dalam pencarian, 5,1 ribu orang mengalami luka-luka, dan 833,9 ribu warga masih mengungsi. Selanjutnya, 52 kabupaten/kota terdampak dengan banyak kerusakan pada fasilitas, diantaranya 1,2 ribu unit fasilitas umum, 219 unit fasilitas kesehatan, 581 unit fasilitas pendidikan, 290 unit gedung/kantor, 434 unit rumah ibadah, 498 unit jembatan, dan 157,9 ribu unit rumah.

Sesungguhnya ini adalah bencana yang sangat besar. Banjir dan longsor ini menyerang banyak daerah, banyak keluarga yang tertimpa, ini semua di luar perhitungan manusia; satu hal yang mengingatkan kita bahwa musibah bisa menimpa siapa saja dan kapan saja. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Segala sesuatu berasal dari Allah, dan kepada-Nya kita kembali…

Tetapi sebagai seorang mukmin kita tidak bisa berhenti hanya pada ucapan belasungkawa dan kesedihan.  Kita harus merenung, mengambil pelajaran, dan bangkit dengan sikap yang benar setelah semua bencana yang mengerikan ini terjadi. Karena itu Allah mengingatkan dalam QS. Al-Isra’ayat 59:

وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا

“Tidaklah Kami mengirimkan tanda-tanda (adzab, bencana, peristiwa besar) melainkan untuk menimbulkan rasa takut (agar manusia kembali kepada Allah).”  

Kita patut mengambil pelajaran dan kembali kepada petunjuk Allah, dan menyadari makna musibah ini seraya memperbaiki kekeliruan diri kita. Kita harus menyadari bahwa setiap bencana tidaklah datang secara tiba-tiba tetapi ada sebab-sebabnya, dan sebab yang paling utama dari terjadinya setiap bencana adalah dosa dan kekeliruan manusia sendiri. Allah SWT telah mengingatkan hal itu dalam Firman-Nya:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan lautan disebabkan apa yang diperbuat oleh tangan-tangan manusia. (Itu semua terjadi) agar Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”  (QS. Al-Rum: 41).

Hakikat kehidupan manusia adalah menjalani takdir Allah. Berserah diri dan menerima ketentuan-Nya dengan lapang dada adalah sikap terbaik dalam menghadapi musibah. Setiap orang beriman dituntut melakukan istirja’, yaitu mengakui bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Melalui musibah dan bencana ini, seharusnya kita semakin menyadari: betapa cepatnya kenikmatan dan keamanan yang kita rasakan bisa hilang dalam hitungan detik; rumah bisa porak-poranda, harta lenyap, kehidupan berubah. Betapa ternyata kita sangat bergantung pada rahmat Allah: udara, hujan yang sedang, tanah yang stabil, lingkungan yang lestari;  semua itu selalu dalam genggaman-Nya. Bahwa bencana besar ini bukan sekadar “kecelakaan alam”, melainkan panggilan untuk introspeksi: atas diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bangsa: apakah kita sudah berperilaku sebagai seorang hamba yang tunduk kepada Allah di atas muka bumi ini?

Bahwa kaum muslimin sejati harus tampil: bukan hanya dengan belasungkawa di media sosial, tetapi dengan tindakan nyata: simpati, tolong-menolong, donasi, tenaga, doa, dakwah, dan memperbaiki akhlak serta lingkungan. Rasulullah SAW bersabda:

 وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ أَخِيْهِ (رواه مسلم)

“Allah akan menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya.”

Oleh karena itu diakhir khutbah ini, marilah kita memperbanyak istighfar, memohon ampun atas dosa-dosa yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari, dan memohon agar Allah melindungi kita, dan menjadikan bencana ini sebagai rahmat, bukan sebagai azab yang terus menimpa.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.

 

Senin, 24 November 2025

Memposisikan Akhlak Sebagai Ruh Pendidikan

 

Memposisikan Akhlak Sebagai Ruh Pendidikan

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Hadirin sidang Jum’ah  yang dirahmati Allah,

Rais Akbar Nahdlatul Ulama: Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, dalam mukadimah salah satu kitabnya yang berjudul “Adabul ‘Alim wal Muta’allim” (kitab ini ditulis oleh beliau sebelum didirikannya NU) beliau mengisahkan, suatu hari Imam Syafi'i pernah ditanya mengenai pentingnya adab atau etika dalam pengajaran dan pendidikan: 

كيف شهوتُك للأدب ؟

“Bagaimanakah hasrat dan perhatianmu terhadap pengajaran adab?”.

Beliau menjawab: 

أسمعُ بالحرف منه فتوَدُّ أعضاءي أنّ لها أسماعا تتنعّم به

“Setiap kali telingaku mendengar materi pengajaran adab meski hanya satu huruf, maka seluruh organ tubuhku akan ikut menyimaknya, seolah-olah seluruh anggota tubuhku memiliki pendengaran. Demikianlah perumpamaan hasrat dan perhatianku terhadap pengajaran adab”.

Beliau kemudian ditanya lagi, “Lalu, bagaimanakah upayamu dalam mencari pengetahuan tentang adab itu?”. Beliau menjawab:

طلب المرأة المضلّة ولَدَها وليس لها غيرُها

 “Aku akan dengan sekuat tenaga mencarinya sebagaimana upaya pencarian seorang ibu yang kehilangan anak satu-satunya yang dimiliki”. (Hasyim Asy'ari, Adab al-’Alim wa al-Muta’allim, 1415 H: 10-11). 

Jamaah Jumah rahimakumullah,

Kisah di atas merupakan sepenggal pelajaran yang sangat menarik dan berharga dari Imam Syafi'I bagi kita semua, yang menjelaskan betapa penting dan berharganya pengajaran adab atau etika. Sehingga orang yang tidak memiliki etika diumpamakan seperti seorang ibu yang kehilangan anak satu-satunya yang dimiliki. 

Adab, akhlak atau etika, merupakan unsur sangat penting dan mendasar dalam kehidupan manusia. Ia adalah tolak ukur yang menentukan mental, kepribadian, dan perilaku seseorang, sekaligus sebagai mumayyizat atau ciri khas yang membedakan antara manusia sebagai makhluk mulia dengan makhluk Allah lainnya. Apabila ciri khas itu hilang maka akan hilang pula kemuliaan martabat manusia, bahkan posisinya bisa jauh lebih rendah dibanding hewan sekali pun.

Sebagaimana firman Allah SWT di dalam al-Qur’an: 

لقد خلقنا الإنسان في أحسن تقويم. ثمّ رددناه أسفل سافلين. إلاّ الذين آمنوا وعملوا الصالحات ....

“Sungguh telah Aku ciptakan manusia dalam bentuk (dan kelengkapan potensi) yang sebaik-baiknya. Namun kemudian Aku kembalikan ia pada posisi yang serendah-rendahnya. Kecuali mereka yang benar-benar beriman dan berperilaku sholeh....”  

Dan agar seseorang benar-benar dapat menjadi insan yang beriman dan berperilaku sholeh, caranya tiada lain harus melalui satu proses yang dinamakan: pendidikan. Tentu, pendidikan yang tidak hanya berisi penyampaian materi pelajaran atau keterampilan (skill) semata, akan tetapi include di dalamnya penanaman nilai-nilai moral dan etika, melalui nasehat dan keteladanan seorang guru, apapun materi atau bidang ajar diajarkan.     

Demikian pentingnya adab atau akhlak dalam kehidupan manusia, maka tidak mengherankan apabila dalam sejarah pemikiran (filsafat) misalnya, persoalan adab atau moralitas ini menjadi kajian penting di kalangan para filsuf yang telah berlangsung sejak ribuan tahun silam, hingga melahirkan cabang pengetahuan filsafat moral yang disebut dengan Etika. 

Jama’ah sekalian yang dimuliakan Allah,

Rasulullah SAW pun telah dengan tegas menyatakan bahwa dirinya diutus oleh Allah SWT ke muka bumi adalah untuk memperbaiki akhlak umat manusia, sebagaimana disabdakan oleh beliau: 

إنما بعثت لأتمّم مكارم الأخلاق

“Sesungguhnya aku diutus (oleh Allah) untuk memperbaiki akhlak”. Selain itu, akhlak atau etika juga merupakan cermin kesempurnaan iman seseorang. Rasulullah SAW dalam hal ini menyatakan:

أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya”. 

Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,

Dalam dunia pendidikan pun sama demikian, penanaman etika merupakan unsur utama yang sudah seharusnya menyatu dalam setiap proses pembelajaran, apapun materi yang dipelajari atau diajarkan.

Hal ini selaras dengan hakikat tujuan pendidikan itu sendiri, yakni sebagai upaya pembentukan dan pengembangan seluruh aspek potensi peserta didik secara utuh, sesuai fitrah yang dimiliki manusia sejak lahir, baik potensi intelektual dan spiritualnya, potensi jasmani dan ruhaninya, dan sebagainya. Atau dengan kata lain, hakikat dari tujuan pendidikan itu sebagai upaya penanaman nilai-nilai luhur (transfer of moral) dalam rangka “memanusiakan” manusia. Maka, adalah kurang tepat, apabila tugas mengajar atau mendidik hanya dimaknai secara sederhana sebatas pengajaran materi pengetahuan (transfer of knowledge) semata. 

Oleh karenanya, seiring momentum Hari Guru Nasional saat ini, marilah aktivitas yang kita semua tekuni dalam dunia pendidikan, kita pahami bukan hanya sekadar “profesi”, namun harus dijiwai sebagai sebuah pengabdian dan tanggungjawab “profetik”, yakni tanggung jawab moral kita untuk sama-sama mengemban tugas kenabian dalam rangka menyiapkan generasi masa depan, yang tidak hanya diharapkan terampil dan berilmu pengetahuan tinggi, tetapi juga memiliki akhlak dan keluhuran budi pekerti. [ ] Insya Allah, dengan paradigma semacam ini, setiap waktu, tenaga dan pikiran yang kita curahkan akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT, seiring harapan semoga usia dan rizki yang dititipkan kepada kita akan benar-benar bernilai manfaat serta berkah fid diini wad dunya wal akhirah. Amin ya Rabbal ‘Alamin. 

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم. ونفعني وإيّاكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم. وتقبّل منّي ومنكم تلاوته إنّه هو السميع العليم. أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم فاستغفروه. إنّه هو الغفور الرحيم.




 

Khutbah II


الحمد لله الذي أَكرَمَنا بِدِين الحقّ المبين، وأَفضَلَنا بِشريعة النّبي الكريم، أشهد أن لا اله إلاّ اللهُ وحده لا شريك له الملِكُ الحقُّ المبين، وأشهد أنّ سيّدَنا ونبيَّنا محمدا عبدُه و رسولُه سيّدُالأنبياء والمرسلين، اللهم صلّ وسلّم وبارك على نبيِّنا محمد وعلى اله وصحبه والتابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أما بعد: فيأيّها الناس اتّقوا الله، وافعلوا الخيرات واجتنبوا عن السيئات،

 

 واعلموا أنَّ الله أمَركم بأمرٍ بدأ فيه بنفسه وثـنّى بملآئكته بقدسه, وقال تعالى: إنَّ الله وملآئكته يصلّون على النبى يآأيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ على سيدنا محمد وعلى أنبيآئك ورُسُلِك وملآئكتِك المقرّبين, وارضَ اللهمّ عن الخلفاء الراشدين أبي بكر وعمر وعثمان وعليّ وعن بقيّة الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين, وارض عنّا معهم برحمتك ياأرحم الراحمين.

 

 اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوات. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاً طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. ربّنا آتنا في الدّنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النّار.

 

عباد الله، إنّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلّكم تذكّرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم واسئلوه من فضله يعطكم ولذكرالله أعزّ وأجلّ وأكبر

 

Mengenang dan Mengapresiasi Jasa Guru

 

Mengenang dan Mengapresiasi Jasa Guru

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِك. سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِۚ لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ   

Setiap tanggal 25 November kita memperingati hari guru nasional. Peringatan ini bertujuan untuk mengenang, menghargai dan mengapresiasi jasa para guru di Indonesia. Maka kita sebagai warga Indonesia memiliki tugas untuk memulihkan kualitas pendidikan Indonesia, tentunya bukan hanya murid saja yang dituntut untuk diperbaiki, namun semua elemen pendidikan, yaitu guru, murid, dan orang tua murid.   

 Terkait guru, Islam adalah agama yang memposisikan seorang guru di tempat yang mulia. Guru merupakan orang yang berilmu, yang patut dicontoh oleh murid-muridnya. Oleh karena itu, seorang guru haruslah senantiasa menjaga perilaku dan etikanya agar dapat menjadi contoh bagi murid-muridnya. 

Guru adalah seorang yang berilmu, sedang orang yang beriman dan berilmu akan Allah tinggikan derajatnya. Allah swt berfirman dalam Al-Quran surah al-Mujadalah ayat 11:

   يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ   

Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS al-Mujadalah: 11).   

Jamaah yang dimuliakan Allah swt.

Menjadi guru yang teladan merupakan sebuah keharusan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Mengenai keteladanan seorang guru, terdapat kisah antara Imam Syafi’i dan guru dari anak-anak Khalifah Harun Arrasyid. Kisah ini tertulis dalam kitab Miatu Qishhah wa Qishhah min Hayati Imam al-Syafi’i karya Syekh Shiddiq al-Minsyawi.   

Suatu hari Imam al-Syafi’i mengunjungi Amirul Mukminin Harun Arrasyid. Beliau meminta izin untuk masuk ke rumahnya. Sampai di sana, Imam Syafi’i ditemani pembantu Harun Arrasyid untuk menemui Abu ‘Abdul Shamad, guru yang mengajari anak-anak Khalifah Harun.   

Si pembantu berkata kepada Imam Syafi’i: Wahai Imam, ini adalah anak-anak Khalifah Harun dan itu adalah guru mereka, barangkali engkau berkenan memberikan nasihat kepada mereka.

   Imam Syafi’i pun dengan senang hati memberikan nasihat berharga kepada Abdul Shamad:   

 

Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam mendidik seorang murid adalah memperbaiki dirimu terlebih dahulu. Sungguh, pandangan mereka tertuju kepadamu. Mereka akan mengikuti kamu dalam memandang baik buruknya sesuatu. Maka ajarilah mereka Al-Quran. Jangan kamu paksa mereka sehingga mereka jadi bosan untuk belajar, jangan juga kamu terlalu lalai sehingga mereka meninggalkan pelajaran. Kemudian ajarilah mereka syair dan hadis supaya jiwa mereka menjadi baik dan mulia. Dan janganlah kamu bawa mereka dari satu pelajaran ke pelajaran lainnya, sebelum mereka benar-benar menguasai pelajaran tersebut. Sebab, banyaknya pembicaraan yang masuk ke pendengaran, dapat membuat sesat pemahaman (Muhammad Shiddiq al-Minsyawi, 100 Qishshah wa Qishshah min Hayat al-Syafi’i, Kairo: Qataf Linnasyr wa al-Tawzī’, 2015, hal. 18).

Jamaah salat Jumat yang dirahmati Allah.

Dari nasihat Imam Syafi’i tersebut, banyak poin-poin penting yang dapat dijadikan pedoman bagi seorang guru. Yaitu, hendaknya seorang guru menjadi teladan bagi seorang murid, teladan dalam arti guru turut dalam mencontohkan perbuatan-perbuatan baik, tidak hanya menyuruh murid untuk melakukannya.   

Misalnya, di sekolah ada peraturan untuk melaksanakan salat sunnah Duha berjamaah, maka selayaknya guru-guru di sekolah tersebut ikut dalam pelaksanaannya, sehingga para murid antusias dalam kegiatan salat Duha berjamaah. Misal lainnya adalah dalam menanamkan minat baca, seorang guru harus memulai dari dirinya terlebih dahulu, barulah kemudian menganjurkan kepada murid-muridnya. Termasuk dalam hal kerapihan dan kebersihan.   

Poin selanjutnya adalah, ajarilah Al-Quran dan hadis kepada para murid, juga ajarkan mereka ilmu-ilmu kebahasaan. Terakhir, ketika mengajarkan materi kepada anak, guru harus menggunakan cara efektif sehingga murid tidak bosan, jangan juga berpindah-pindah dari satu materi ke materi lainnya sebelum dia benar-benar memahaminya.   

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. 

Demikianlah nasihat Imam Syafi’i kepada guru. Guru adalah profesi yang mulia, mereka bertugas menyebarkan ilmu kepada murid-muridnya, mengajarkan etika dan norma yang baik sekaligus menjadi contoh dan panutan. Rasulullah saw bersabda:

   فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ صلَّى اللّٰهُ عليْهِ وسلَّمَ إنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكتَهُ وأَهلَ السَّماوَاتِ وَالأَرْضِ حَتَّى النَّمْلةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الحُوْتَ لِيُصَلُّونَ عَلى مُعَلِّمِ النَّاسِ الخيرَ   

Artinya: Keutamaan seorang yang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara kalian. Sungguh Allah, malaikat, penduduk langit, dan bumi, bahkan semut di sarangnya, juga ikan paus, mereka semua mendoakan orang yang mengajarkan manusia kepada kebaikan. 

Demikianlah khutbah yang singkat ini, semoga membawa kebaikan untuk kita semua, khusunya umat Muslim. Sehingga pendidikan di Indonesia banyak melahirkan pemuda dan cendekiawan yang berwawasan luas dan berakhlakul karimah. Karena sebuah kecerdasan tanpa dilandasi akhlak yang baik hanyalah kesombongan, kepongahan dan banyak madlaratnya.   

  بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

Mengambil Hikmah dari musibah Aceh dan Sumatra

  Mengambil Hikmah dari musibah Aceh dan Sumatra اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِإِدْخَالِ السُرُوْرِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِل...