Sabtu, 25 April 2020

Konsumsi Gizi Untuk Kesehatan Generasi Milineal Berprestasi


Konsumsi Gizi Untuk Kesehatan Generasi Milineal Berprestasi

ISLAM datang sebagai agama yang sempurna, aturan yang lengkap, dan untuk memperbaiki negara dan manusia. Islam telah menyiapkan sistem yang mengatur segala urusan dunia dan akhirat yang meliputi apa yang akan terjadi sesudah mati. Islam sangat peduli terhadap upaya pelurusan akidah dan ibadah, serta perbaikan akhlak dan muamalah. Semua aturan yang membawa kebaikan bagi individu maupun masyarakat, bagaimanapun bentuknya telah dibawa dan dianjurkan oleh Islam. Islam memberikan porsi yang seimbang antara dunia ruhani dan dunia materi dalam sebuah paduan yang sangat unik dan bangunan kokoh yang belum pernah disaksikan sebelumnya oleh manusia sepanjang sejarah. Islam  mengatur seluruh aspek kehidupan manusia termasuk dalam bidang kesehatan, salah satunya yaitu ilmu gizi. Islam mengatur umatnya untuk mengonsumsi makanan yang halal lagi baik dan tidak berlebih-lebihan.
Hal ini tercantum dalam beberapa ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang aturan makan dan minum: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,” (QS. Al-Baqarah: 168); “Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31). Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia diwajibkan untuk mengonsumsi makanan yang halal serta dalam jumlah yang seimbang. Hal ini sesuai dengan teori yang dikaji dalam ilmu gizi, yang disebut dengan prinsip gizi seimbang. Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal.
Salah satu pilar utama dalam pedoman gizi seimbang adalah mengonsumsi makanan beragam yang terdiri dari sumber karbohidrat (dapat berasal dari serealia dan umbi-umbian), sumber vitamin dan mineral (dapat berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan) dan sumber protein (berasal dari lauk hewani dan nabati) serta membatasi asupan gula, garam dan minyak.
Ternyata, Al-Qur’an sudah lebih dahulu mengkaji prinsip gizi seimbang tersebut. Ayat-ayat Al-Qur’an telah menyebutkan berbagai jenis kelompok makanan yang mengandung karbohidrat, vitamin, mineral, protein dan juga lemak. Pertama, QS. Yusuf: 43 misalnya telah menjelaskan tentang tanaman gandum (“… dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering."). Selain itu, QS. Yaseen: 33 juga menerangkan tentang biji-bijian (“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan”.) Tanaman gandum dan biji-bijian yang termasuk dalam kelompok pangan serealia mengandung sumber karbohidrat.
Kedua, buah-buahan sebagai sumber vitamin dan mineral juga banyak disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu buah anggur, pisang, kurma, tin, zaitun dan delima. Salah satu ayat yang menerangkan tentang buah anggur dan kurma adalah (QS Al-Mu’minum: 19) yang artinya adalah “Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan”. Ketiga, sumber pangan hewani yang banyak mengandung protein juga disebutkan secara jelas dalam Al-Qur’an, yaitu daging, seafoods, dan susu. Ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang daging adalah QS. Al-An’am: 142-144; QS. Al-Maidah: 1 serta QS. Ya-Siin: 72 (“Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; maka sebahagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebahagiannya mereka makan.”) Sementara itu, QS. Fatir: 12 menjabarkan tentang makanan laut sedangkan susu ditulis dalam QS. An-Nahl: 66. Terakhir, kelompok makanan sayur-sayuran, kacang-kacangan dan rempah-rempah pun secara nyata dijabarkan dalam al-quran yaitu pada QS. Al-Baqarah: 61 (“Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya”.)
Berdasarkan ayat-ayat di atas, Al-Qur’an telah menyebutkan bahwa manusia diperintahkan untuk mengonsumsi makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, seperti biji-bijian, buah-buahan, sayur-sayuran, daging, makanan laut, susu, kacang-kacangan hingga rempah-rempah. Hal ini sesuai dengan teori gizi seimbang, dimana tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh secara sempurna, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi usia 0-6 bulan. Namun, Allah pun telah memerintahkan umatnya untuk tidak makan secara berlebih-lebihan yang berarti juga sesuai dengan konsep gizi seimbang, yaitu proporsi makanan yang sesuai, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur.
Di samping manusia diperintahkan untuk mengonsumsi makanan yang halal lagi baik, mengatur pola makan juga tidak kalah pentingnya. Pola makan ternyata bisa mempengaruhi perilaku seseorang. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa saluran cerna memiliki hubungan dengan otak. Saluran cerna juga punya insting. Makanan yang kita makan dan bakteri yang ada di dalam saluran cerna cukup kuat dalam mengganggu perilaku manusia. Oleh karena itu, jika saluran cerna sehat maka perilaku juga pasti sehat. Jenis makanan yang dikonsumsi dapat mengubah mikrobiom atau biota bakteri yang hidup dalam saluran cerna. Saluran cerna manusia merupakan tempat tinggal koloni bakteri dan kuman yang bisa membantu proses cerna dan absorbsi nutrisi. Bakteri baik seperti probiotik dibutuhkan oleh tubuh, sehingga jumlahnya harus lebih banyak dibandingkan dengan bakteri jahat seperti e-coli. Perubahan pada mikrobiom memberikan dampak cukup kuat terhadap zat kimia di otak. Mikrobiom di dalam usus yang mengalami perubahan, dapat mengeluarkan aneka zat yang dapat mengganggu proses dan cara kerja otak. Sebagai contoh, sakit perut akibat salah mengkonsumsi jenis makanan, dapat menyebabkan kecemasan bahkan depresi.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan adanya perbaikan status gizi pada balita di Indonesia, diantaranya proporsi status gizi sangat pendek dan pendek turun dari 37,2% (Riskesdas 2013) menjadi 30,8%. Demikian juga proporsi status gizi buruk dan gizi kurang turun dari 19,6% (Riskesdas 2013) menjadi 17,7%. Meski demikian, WHO masih mengkategorikan Indonesia sebagai Negara darurat gizi buruk. Sebab ambang batas toleransi stunting yang ditetapkan WHO adalah 20% dari jumlah keseluruhan balita. Nusa Tenggara Barat (NTB) termasuk satu diantara propinsi dengan prevalensi gizi buruk yang tinggi setelah Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tenggara,  yaitu sebesar 29,5%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dikes) NTB, angka kasus gizi buruk tahun 2018 meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 187 kasus, sedangkan pada tahun 2018, sebanyak 217 kasus gizi buruk ditemukan di 10 kabupaten/kota. Berbanding terbalik dengan persoalan gizi buruk, NTB justru dikenal sebagai propinsi dengan tingkat pemberian ASI eklusif seindonesia, yaitu 87,35%. Sementara untuk persentase bayi baru lahir yang mendapat Inisiasi Menyusui Dini (IMD), NTB berada pada urutan ke 6 yaitu sebesar 87,43%. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat masuk dalam 10 besar provinsi di Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi tercepat.
Berdasarkan data tersebut, maka terlihat bahwa gizi buruk tidak hanya disebabkan oleh kemiskinan atau daerah yang terisolir, tapi juga karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan makanan dan minuman yang bergizi untuk anak. Fakta pengetahuan masyarakat yang rendah terlihat dari banyaknya kasus gizi buruk akibat kesalahan orang tua memberi asupan makanan pada anak. Di tengah kemajuan teknologi, arus informasi diterima masyarakat tanpa filter. Masyarakat juga setiap saat terpapar iklan yang belum teruji kebenarannya. Jika tidak dibekali dengan pengetahuan yang tepat, maka masyarakat akan menjadi konsumen tanpa mengetahui baik buruk produk yang dikonsumsinya.
Banyak hal yang menjadi penyebab buruknya kesehatan di NTB, antara lain: 1) Di beberapa kabupaten, petugas gizi merangkap di Puskesmas sehingga tidak maksimal; 2) Pengetahuan masyarakat, terutama para ibu tentang ilmu melahirkan masih minim. Sehingga terkesan kurang siap dalam prosesnya; 3) Kasus pernikahan dini yang sampai saat ini masih banyak masyarakat yang menganggap biasa pernikahan di bawah umur tersebut. Dengan demikian, penyebab utama kasus kurang gizi di NTB bukan hanya kemiskinan saja. Namun yang paling utama adalah pemahaman atau pendidikan tentang gizi yang masih rendah. Hal itu dapat dilihat dari angka kemiskinan yang jauh lebih rendah dibandingkan kekurangan gizi seperti stunting. Begitu juga dengan bayi kurus yang ada di NTB. Penyebabnya, masyarakat belum bisa memahami dengan baik seperti apa pemberian gizi yang baik. Berdasarkan data terakhir yang dimiliki Dikes NTB, angka stunting di NTB mencapai 37,2 persen. Terdiri dari sangat pendek 11,2 persen dan pendek sebesar 26 persen. Penanganan stunting terus diupayakan. Tahun 2019 mendatang, lokusnya pada 60 desa di 6 kabupaten yaitu Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa dan Dompu. Untuk Stunting kategori pendek, tertinggi di Sumbawa, Loteng dan Lobar. Rendahnya pendidikan gizi di masyarakat juga berdampak pada angka kematian bayi. Meski setiap tahun menurun, namun jumlahnya masih cukup banyak dan butuh keseriusan untuk menurunkannya. Sepanjang tahun 2017, angka kematian bayi mencapai 929 bayi. Tahun sebelumnya secara berurutan 1.006 bayi, 1.056 bayi dan 2014 sebanyak 1.069 bayi meninggal dunia. Artinya, penurunan kematian bayi setiap tahun tidak begitu signifikan.
Marilah kita bersama-sama membangun tradisi saling menasehati, saling mengingatkan akan wajibnya melaksanakan perintah Allah ‘azza wajalla, saling mengingatkan akan wajibnya meninggalkan seluruh apa yang dilarang oleh Allah ‘azza wajalla. Dengan begitu, suasana masyarakat islami yang taat pada hukum Allah ‘azza wajalla, salah satunya dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang halalan thayyiban terwujud dengan baik. Wallahu a’lam.

0 komentar:

Posting Komentar

Download Buku Kumpulan Materi Ceramah dan Khutbah Ramadhan

   Sambut Ramadan 1445 H, Kementerian Agama merilis buku Syiar Ramadhan Mempererat Persaudaraan. Buku ini memuat sejumlah materi Kuliah Tuju...