Work
From Home Dalam Islam
Wabah
Corona meskipun menakutkan bahkan mematikan tetapi tetap membawa hikmah yang
tidak ternilai harganya. Sebagai salah satu bentuk antisipasi terhadap
penyebaran virus corona, pemerintah mengumumkan agar sekolah/madrasah, pondok
pesantren bahkan perguruan tinggi diliburkan selama 14 hari, sejak 16-28 Maret
2020. Sekolah diliburkan dan diganti dengan belajar di rumah dengan harapan
agar keluar rumah dikurangi untuk hal-hal yang tidak penting. 14 hari tersebut bersama
anak tentu menjadi sebuah hikmah yang sangat besar apabila dipergunakan dengan
baik oleh para orang tua untuk mendidik dan menggembleng si anak agar menjadi
anak seutuhnya yang sesuai dengan harapan dan impian orang tua.
Pembelajaran anak di rumah berbeda dengan di
sekolah. Pembelajaran di sekolah terikat dengan tempat, waktu, jadwal,
kurikulum, dan seterusnya. Adapun mendidik anak di rumah berlaku setiap hari,
bahkan setiap saat. Mengandaikan pendidikan anak sebagai prosedur khusus yang
memerlukan waktu-waktu khusus, akan banyak menyita kesempatan orang tua.
Mendidik anak menjadi tak alamiah dan tak menggembirakan. Sebaliknya terkesan
sebagai beban, baik bagi anak maupun orangtua. Mendidik anak jadi seperti
kursus dengan paket-paket yang dikemas dalam sebuah kurikulum dengan anak sebagai
peserta wajib dan orangtua guru resminya. Kita sadar bahwa tidak semua orangtua
mempunyai kapasitas dan kesempatan untuk itu. Ditambah lagi banyaknya faktor
pendukung yang diperlukan.
Sebenarnya ada banyak peristiwa-peristiwa keseharian
yang merupakan pintu masuk seluruh unsur pendidikan yang ingin diberikan. Karenanya
kita harus berusaha agar semua tidak terlewatkan begitu saja. Kita perlu
mengetahui dan menerapkan berbagai macam metode sehingga setiap detik
kebersamaan kita dengan anak bisa menjadi sebuah pembelajaran berharga baginya.
Dengan terkumpulnya metode-metode pembelajaran tersebut diharapkan proses
pendidikan akan berlangsung setiap waktu, tanpa anak merasa terus digurui dan
orangtua tidak merasa terbebani. Dengan mengharap pertolongan Allah subhanahu
wa ta’ala, mudah-mudahan kita akan meraih keberhasilan. Ada beberapa metode
yang dapat kita terapkan terhadap anak, antara lain: Pertama, Metode
Keteladanan. Keteladanan yang baik lagi shalih adalah sarana terpenting
dalam pendidikan. Ia memiliki pengaruh yang sangat besar. Orang tua adalah
contoh paling tinggi bagi anak. Anak tetap akan mengikuti perilaku dan
akhlaknya, baik sengaja atau pun tidak. Bila ia selalu jujur dalam ucapan dan
dibuktikan dengan perbuatan niscaya anak akan tumbuh dengan semua
prinsip-prinsip pendidikan yang tertancap dalam pikirannya. Dengan adanya
teladan, seorang anak akan belajar dengan sesuatu yang nyata. Ini akan lebih
mudah diserap oleh jiwa. Dengan adanya teladan, seorang anak akan belajar shalat
dan menekuninya ketika melihat kedua orangtuanya tekun menunaikannya disetiap
waktu, demikian juga ibadah-ibadah lainnya. Dengan adanya teladan, seorang anak
akan tumbuh dengan sifat-sifat terpuji dan baik yang didapatnya dari orangtua
atau gurunya. Sebaliknya ketidaksesuaian antara ucapan dan perbuatan akan
menjadi racun dalam pendidikan. Sebagai contoh, seorang anak yang melihat
ayahnya suka berdusta tidak akan dapat mempelajari kejujuran darinya.
Sebagaimana seorang anak perempuan yang melihat ibunya tak mempan dengan
nasehat, maka jangan harap ia tumbuh menjadi anak yang mudah diberi nasehat
oleh ibunya. Allah telah mencela para pendidik yang perbuatannya menyelisihi
ucapannya. “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaf: 2-3).
Kedua, Bimbingan
dan Nasehat. Nasehat yang baik termasuk sarana yang
menghubungkan jiwa seseorang dengan cepat. Apalagi nasehat yang kita ucapkan
tulus dari dasar hati kita yang paling dalam. Niscaya akan memberikan pengaruh
yang yang langsung menghujam di hati anak. Agar nasehat membawa perbaikan, maka
perhatikanlah hal-hal berikut: Ulang-ulangilah nasehat, karena tabiat manusia
adalah lupa, namun jangan berlebih-lebihan sehingga membuat jiwa menjadi bosan;
Pilihlah waktu yang tepat, yaitu waktu ketika kondisi kejiwaannya dalam keadaan
kondusif; dan Gunakanlah kata-kata yang mudah dan dapat dipahami sesuai dengan
usia anak serta daya tangkap dan nalarnya. Ketiga, Kisah dan Cerita. Kisah
termasuk sarana pendidikan yang efektif. Sebab ia dapat mempengaruhi perasaan
dengan kuat. Apalagi kisah nyata, sangat besar pengaruhnya pada jiwa anak,
dapat memperkokoh ingatan anak dan kesadaran berfikirnya. Sebuah pelajaran akan
lebih mudah dicerna dan difahami oleh akalnya bila diberi ilustrasi cerita.
Yaitu cerita yang disertai penjiwaan. Dengan catatan cerita yang bawakan tidak
menyimpang dari kaidah-kaidah syariat, jauh dari khayalan, dusta, dan
kerusakan. Allah juga menggunakan metode ini dalam mendidik, mengajar, dan
mengarahkan. Dalam Al-Qur’an, Allah ta’ala menyebutkan tentang kisah
para nabi dan rasul. “Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan
kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam
surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman.” (QS. Huud: 120). Kisah dan cerita juga dapat
mempererat hubungan antara orangtua dan anak. Akan menciptakan kehangatan dan
keakraban tersendiri, sehingga akan membantu kelancaran komunikasi.
Keempat, Mengambil
Pelajaran Dari Berbagai Peristiwa dan Kejadian. Mendidik anak
berlangsung setiap hari. Dan peristiwa sehari-hari sebenarnya adalah peristiwa
besar, sekalipun tampak sepele. Peristiwa keseharian ini akan memberi pengaruh
sikap terhadap peristiwa-peristiwa yang dialami anak di lain waktu. Pendidik
yang cerdas lagi sangat menginginkan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya tidak
akan membiarkan suatu kejadian melintas begitu saja tanpa mengambil pelajaran
darinya untuk ia sampaikan kepada anak-anaknya. Karena hidup memang penuh
dengan peristiwa dan kejadian. Manusia senantiasa akan menemui
peristiwa-peristiwa ini selama masih hidup di dunia. Dan peristiwa-peristiwa
kehidupan termasuk sarana terpenting dalam mendidik, karena memiliki pengaruh
yang besar bagi anak. Ambilah setiap kejadian sebagai pengarahan, bimbingan,
pengajaran, dan sarana untuk meluruskan kesalahan. Manfaatkan saat-saat yang tepat
hingga bisa mengetuk jiwanya dan mempengaruhi hatinya. Sewaktu perasaannya
dapat merekam dengan jelas sehingga pelajaran berharga masuk dalam jiwanya. Demikianlah
manhaj Al-Qur’an, bahkan Al-Qur’an diturunkan berangsur-angsur menurut
peristiwa yang terjadi agar lebih mengakar dalam hati manusia. Sebagai contoh
peristiwa yang menimpa kaum muslimin dalam perang Hunain, Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman: ”Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para
mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain,
Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah
yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas
itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.”
(QS. At Taubah: 25).
Kelima, Metode
Pembiasaan. Biasakan anak melakukan kebaikan. Sebab bila
anak terbiasa mengerjakannya secara teratur, maka ia akan menjadi sebuah
kebiasaan. Dengan pembiasaan maka urusan yang banyak akan menjadi mudah.
Tanamkan kepada mereka kebiasaan melakukan sesuatu yang baik dan membawa
keberuntungan baginya dalam urusan dunia maupun agama. Baik itu ibadah, adab,
tutur kata, sopan santun, rutinitas keseharian, dan lain sebagainya. Keenam,
Memanfaatkan Waktu Luang. Dorong anak untuk mengisi waktu luang dengan
kebaikan dan sesuatu yang bermanfaat, sehingga tidak dimasuki oleh keburukan,
kerusakan, dan kesesatan. Berikan pengarahan yang benar dalam jalur kebaikan.
Luangkan waktu Anda bersama anak, untuk menemani, membimbing, dan beraktivitas
bersama mereka. Sehingga anak akan terlepas dari sebab-sebab penyimpangan dan
kerusakan, karena terlalu banyaknya waktu kosong tanpa tahu harus diisi dengan
apa. Karena Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam bersabda, “Dua
nikmat yang kebanyakan manusia tertipu dengannya, yaitu: kesehatan dan waktu
luang” (HR. Bukhari). Ketujuh, Pemberian Motivasi. Berikanlah
motivasi positif pada anak! Baik motivasi yang sifatnya konkrit maupun maknawi.
Berikan dorongan dan semangat kepada anak untuk melakukan hal-hal yang
bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat. Seiring dengan itu teruslah
menggali apa yang menjadi bakat dan potensi mereka. Biasakan mereka untuk
berusaha dengan keras dan bersaing secara sehat. Ikut sertakan anak dalam
perlombaan yang positif. Motivasi yang terus menerus akan meningkatkan
kreativitas anak dalam melakukan kebaikan dan hal yang bermanfaat. Dampingi
terus mereka dan berikan dukungan sebaik-baiknya. Motivasi ini bisa berbentuk
bahasa kata-kata ataupun bahasa tubuh. Dengan memberikan dukungan moril maupun
materiil. Dengan memfasilitasi anak atau dengan memberikan hadiah ketika anak
melakukan kebaikan.
Kedelapan, Pemberian
hukuman. Pendidikan
anak dalam Islam dimulai dengan metode pengarahan yang baik serta mengajak anak
pada nilai-nilai mulia penuh dengan kesabaran. Namun kadang, kita sudah menmpuh
segala langkah nasehat maupun pengarahan untuk meluruskan kesalahan anak dan
kenyataannya hal itu tidak mempan. Bahkan mereka semakin parah penyimpangannya
sekalipun telah diajak kembali ke jalan yang lurus dengan cara yang baik dan
halus. Dalam keadaan seperti ini kita harus mengambil cara yang tegas demi
kebaikan anak. Yaitu dengan memberikan hukuman. Namun, pemberian hukuman itu
harus diimbangi dengan pemberian pujian dan balasan yang baik. Pendidikan
dengan pemberian hukuman ini hendaknya bermula dari ancaman hingga berakhir
pada penjatuhan sanksi. Jika ternyata anak tidak menghiraukan, maka sanksi
harus benar-benar kita jatuhkan. Dengan demikian akan tertanam pada jiwa anak
bahwa ancaman kita itu sungguh-sungguh dan bukan main-main. Demikianlah metode
yang Allah ta’ala sebutkan dalam firman-Nya: ”Wanita-wanita yang kamu
khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat
tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha
Tinggi lagi Maha besar.” (QS. An Nisa: 34). Kesimpulannya, metode pemberian
sanksi baru kita gunakan apabila seluruh metode mengalami kegagalan. Dan saat
menjatuhkan sanksi, perhatikan waktu yang tepat dan bentuk sanksi yang sesuai
dengan kadar kesalahan. Bentuk sanksi ini bisa bervariasi dari yang teringan,
misalnya mengurangi jatah harian anak, mengurangi jam bermain atau yang
semisalnya. Bisa berbentuk sanksi sosial berupa pengacuhan sampai yang
terberat, yaitu hukuman fisik. Kita dapat membuat kesepakatan dengan anak
tentang bentuk sanksi dan kapan sanksi dijatuhkan. Sehingga anak lebih memiliki
kesadaran dan kesiapan untuk menerimanya.
Ingat!!!
Mendidik anak dengan memberi contoh akan menghasilkan karakter yang mulia.
Pengajaran dengan tutur kata dan bimbingan yang baik mampu meluruskan berbagai
kekurangan dan kesalahan, memberikan wacana yang baik dalam kehidupannya serta
membiasakan mereka dengan kebaikan pula. Dengan memanfaatkan waktu senggang,
anak mampu menyalurkan potensi tubuh, akal dan perasaan untuk sesuatu yang
bermanfaat. Motivasi akan membangkitkan semangat dan persaingan hidup yang
sehat serta mengasah kemampuan dan keterampilan. Sementara sanksi hanya
berfungsi sebagai sarana kontrol akhir bila semua sarana dan metode telah
diaplikasikan akan tetapi belum memberikan hasil yang maksimal. Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar