Muqarabah dan Muraqabah Setelah Muhasabah
Sesungguhnya waktu terus bergulir, tahun telah berlalu dan
bergeser, yang telah lampau tidak mungkin akan kembali lagi, setiap detik
mengisyaratkan kepada kita akan datangnya waktu yang dijanjikan. Dengan
datangnya tahun baru Islam 1441 H ini mengingatkan kita semua akan semakin
dekatnya dengan kematian karena jatah hidup kita di dunia yang fana ini pada
hakikatnya semakin berkurang. Oleh karena itu, marilah kita optimalkan hidup
ini dan melakukan introspeksi diri di tahun baru ini sebelum urusan kita
diaudit oleh Allah swt.
Setiap pergantian satuan waktu adalah momentum bagi kita
untuk bermuhasabah (mengevaluasi diri). Meskipun muhasabah sebenarnya tak harus
menunggu, namun momentum seperti pergantian tahun ini menjadi sarana yang
memudahkan kita untuk mengevaluasi dengan membandingkan periode waktu tertentu
dengan periode sebelumnya. Muhasabah adalah suatu keniscayaan bagi orang-orang beriman. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al
Hasyr: 18)
Sebagai inspirasi dan motivasi bagi kita semua, ada baiknya
kita simak sebentar cerita berikut. Suatu hari datang serombongan laki-laki
menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah. Mereka tidak
memakai alas kaki. Sebagian di antara mereka tidak memakai baju, sebagian lagi
bajunya compang-camping. Mereka berasal dari Bani Mudhar.
Melihat
mereka, Rasulullah terenyuh. Maka beliau membacakan Surat Al Hasyr ayat 18 ini
lalu memerintahkan para sahabat untuk bersedekah. Saat itu, ada seorang sahabat
yang bergegas bersedekah. Padahal dia bukan orang kaya. Ia datang dengan
membawa kurma dalam genggaman tangannya, sampai tidak muat. Melihat sahabat
ini, sahabat-sahabat lain kemudian bergerak, pulang ke rumah dan kembali
menghadap Rasulullah dengan membawa sedekah. Rasulullah senang melihat Bani
Mudhar terbantu. Lantas beliau bersabda: Barangsiapa mempelopori kebiasaan
yang baik dalam Islam, maka baginya pahala dan pahala orang mengikutinya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikitpun. (HR. Muslim)
Surat Al Hasyr ayat 18 ini adalah ayat yang memerintahkan
kita untuk melakukan muhasabah. Namun Allah mengawalinya dengan perintah taqwa.
Karena taqwa inilah janji kita. Taqwa inilah manifestasi dari muahadah
kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebelum lahir ke dunia, kita telah
diambil janji setia kepada Allah. Kita semua lupa perjanjian di alam ruh itu,
tapi Al Quran mengingatkan kita. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”,
(QS. Al A’raf: 172)
Kita telah berjanji setia kepada Allah untuk beribadah dan
bertaqwa kepada-Nya. Kita kemudian diingatkan untuk mengevaluasi apa yang telah
kita lakukan dalam rangka memenuhi muahadah itu, sebagai bekal untuk
masa depan. Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); (QS. Al Hasyr: 18)
Ghadd (غد) yang dimaksud dalam
ayat ini menurut para mufassir artinya adalah akhirat. Hari esok kita di
akhirat kelak. Masa depan kita di akhirat nanti. Maka hendaklah kita melakukan
muhasabah, mengevaluasi, apa yang telah kita lakukan untuk akhirat kita. Jika
perusahaan membuat laporan tahunan untuk mengevaluasi perkembangan dan laba
rugi, kita yang mengejar akhirat lebih berhak untuk melakukan muhasabah. Agar
tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya, dan agar tahun depan lebih baik
dari tahun ini. Untuk masa depan kita di akhirat nanti. Cobalah kita luangkan
waktu untuk bermuhasabah. Jika tahun ini sholat kita ada yang bolong, kita
perlu membuat target, berjanji kepada Allah, muahadah, agar tahun depan
sholat lima waktu kita lengkap. Jika tahun ini sholat lima waktu kita telah
lengkap tapi belum berjamaah, kita perlu membuat target, berjanji kepada Allah,
muahadah, agar tahun depan sholat lima waktu kita berjamaah. Jika tahun
ini kita sudah sholat berjamaah tapi sering jadi makmum masbuk, kita perlu
membuat target, berjanji kepada Allah, muahadah, agar tahun depan kita
tidak sering lagi menjadi makmum masbuk.
Demikian pula puasa kita. Jika tahun ini puasa Ramadhan kita
ada yang bolong, kita perlu membuat target, berjanji kepada Allah, muahadah,
agar tahun depan puasa Ramadhan kita lengkap. Demikian pula tilawah kita. Jika
tahun ini kita belum bisa tilawah setiap hari, kita perlu membuat target,
berjanji kepada Allah, muahadah, agar tahun depan kita lebih dekat
dengan Al Quran dan bisa membacanya setiap hari. Demikian pula sedekah kita.
Jika tahun ini kita jarang sedekah, kita perlu membuat target, berjanji kepada
Allah, muahadah, agar tahun depan kita lebih banyak bersedekah dan lebih
banyak membantu sesama. Sebab muhasabah itu harus berujung pada perbaikan diri.
Peningkatan amal shalih. Semakin dekat dengan dengan realisasi muahadah kita: balaa
syahidnaa.
Setelah menyerukan muhasabah, Allah mengikutinya dengan
kembali menyerukan taqwa. Wattaqullah. Dan inilah satu-satunya ayat
dalam Al Quran yang di dalamnya ada dua perintah taqwa. Ini mengisyaratkan
bahwa muhasabah itu sangat penting. Dan muhasabah itu harus membuat kita
semakin dekat dengan Allah, muqarabatullah. Wattaqullah. Karenanya
sering kali muhasabah melahirkan target-target baru. Dalam rangka apa? Agar lebih
dekat kepada muahadah terbesar kita, perlu dibuat muahadah
turunannya. Sehingga kita semakin dekat kepada Allah dan semakin bertaqwa. Wattaqullah.
Ayat ini kemudian ditutup dengan firman-Nya: Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Hasyr: 18)
Khabir
(خبير) biasa diterjemahkan menjadi Maha
Mengetahui. Namun kekhususan sifat Khabir ini, Allah Maha Mengetahui
sekaligus akan mengabarkan di akhirat nanti. Allah Maha Mengetahui segala yang
dikerjakan oleh hamba-Nya dan Allah akan mengabarkan itu di yaumi hisab, yaumil
mizan. Apa pun yang kita lakukan. Apakah dalam kesendirian atau di tengah
keramaian. Apakah tersembunyi atau terang-terangan. Allah mengetahui semuanya
dan kelak di akhirat akan ditampilkan-Nya kepada seluruh manusia. Bahkan amalan
hati pun Allah mengetahuinya. Firman Allah ini mengingatkan kita agar memiliki
sikap merasa diawasi oleh Allah. Muraqabah. Muraqabatullah. Muraqabah inilah yang akan menjadi kontrol
kita. Ketika kita akan melakukan kemaksiatan atau dosa, melanggar muahadah,
menyia-nyiakan muhasabah, menjauh dari muqarabah, maka muraqabah
–merasa diawasi Allah- akan menghentikannya. Bukankah Allah melihat jika
hambaNya bermaksiat? Akhirnya tidak jadi bermaksiat.
Semoga momentum pergantian tahun hijriyah ini kembali
menumbuhkan semangat muhasabah kita. Muhasabah dalam rangka memenuhi muahadah,
membuat kita memiliki muqarabah dan menguatkan muraqabah. Bulan
Muharram adalah momen terbaik untuk meningkatkan kebaikan dan ketakwaan kepada
Allah swt. Bulan Muharram adalah musim kebaikan, momen yang baik untuk
melakukan perdamaian, momen yang baik untuk meningkatkan amal, sedekah,
menyantuni anak yatim, dan menolong mereka yang membutuhkan. Bulan Muharram
sebagai bulan awal tahun baru hijriah menjadi momen yang terbaik untuk
melakukan hijrah, hijrah dari sifat yang tercela menuju sifat yang terpuji.
Mari kita bangkitkan motivasi untuk berubah dan berhijrah ke
perilaku yang baik, semakin merekatkan persaudaraan, memanfaatkan potensi yang
kita miliki sesuai dengan profesi masing-masing untuk membantu orang lain,
membantu agama, dan membantu negara. Seseorang hamba akan selalu mendapatkan
perlindungan dari Allah swt selama ia bermanfaat dan membantu kesusahan
saudaranya. Semoga kita dapat menjadi orang yang selalu berhijrah menuju
kebaikan dan menjadi orang yang bermanfaat untuk masyarakat, agama, dan bangsa.
Allahumma Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar