Rabu, 29 April 2020

Santri Milenial, Cerdas di Media Sosial


Santri Milenial, Cerdas di Media Sosial

Dalam era digital sekarang ini santri harus bisa mengambil peran dan berkontribusi secara masif di dunia sosial media tetapi dengan catatan tetap mengedepankan etika dan prinsip- prinsip ideologi Aswaja. Di era digital saat ini, banjir informasi melalui internet semakin tak terbendung, Sayangnya, informasi yang membanjiri melalui media sosial tidak semua bermanfaat bahkan terdapat berita palsu, fitnah hingga ujaran kebencian. Lebih-lebih di tahun politik yang baru saja usai, namun masih menyisakan berbagai persoalan hingga saat sekarang ini. Menyikapi kondisi tersebut, kaum santri diharapkan berperan aktif mewarnai internet dengan konten yang positif. Dengan demikian akan semakin banyak konten positif di internet dibandingkan dengan informasi yang tidak bermanfaat. Bahkan, peran santri yang demikian luhur dan mulia tersebut, bisa saja dinobatkan sebagai PAHLAWAN dalam Memerangi Hoax Melalui Medsos. 
Di era digital sekarang masyarakat dihadapkan pada banyaknya informasi yang beredar mulai yang benar sampai yang hoaks. Mulai dari hoaks yang bersifat bercanda, hingga provokasi, agitasi dan propaganda. Dengan demikian, Indonesia menghadapi ancaman baru yang dahsyat, bukan hanya tujuannya namun juga cara dan instrumennya. Mengapa dahsyat, karena sasarannya besar, mampu mempengaruhi pikiran manusia secara masal, dalam waktu singkat, dengan biaya yang murah dan sulit dilacak. Bukan hanya Indonesia, namun banyak negara menghadapi hal yang sama, masing-masing menghadapi dengan berbagai macam cara. Upaya pemerintah terus dilakukan untuk memerangi hoaks, yakni melalui literasi dan edukasi, sosialisasi dan optimalisasi aktivitas komunitas.
Perlu digarasbawahi dan menjadi catatan kita semua bahwa tidak semua informasi dari media sosial dapat dipercaya. Masyarakat  masih harus mengklarifikasi kebenaran informasi dari berbagai sumber informasi.  Untuk itu, anak muda usia di bawah 30 tahun (termasuk santri/kaum milineal) harus melek media atau memiliki kemampuan kesadaran memahami fakta dan asal mula informasi yang diperoleh. Di era digital sekarang ini saatnya yang waras tidak mengalah. Jika yang waras mengalah, maka media sosial akan diisi oleh orang-orang yang tidak waras. Selama ini para santri sudah mengisi dengan hal positif di media sosial, hanya saja masih dilakukan dengan gradual tidak sistematis.
Berdasarkan isu-isu yang sedang hangat, para santri bisa mengklarifikasi hal-hal yang tidak benar. Hanya saja yang penting jangan sampai santri membalas fitnah dengan fitnah. Walaupun hal ini dapat dibenarkan dalam syariat Islam. Medsos belakangan ini seringkali disalahfungsikan oleh berbagai oknum tak bertanggung jawab, misalnya penyebaran informasi tak berimbang atau hoax. Akibatnya, tak jarang pula publik terbawa arus penyebaran informasi tersebut. Oleh karena itu, sudah saatnya santri sekarang mengambil peran di media sosial, aktif di media digital. Sudah terlalu lama kita hanya bertahan, saatnya kita harus balik menyerang. Menyerang adalah pertahanan yang terbaik. Penyebaran informasi tak berimbang ini, jika terus dibiarkan bukan hanya berdampak buruk kepada publik, namun juga ada masanya kredibilitas sejumlah medsos terkikis dengan sendirinya, sehingga kepercayaan masyarakat pun terhadap keberadaan medsos mulai berkurang. Di zaman modern ini, satu sisi sudah memberikan ruang sebesar-besarnya kepada sejumlah kalangan termasuk para santri santri.
Santri dari masa ke masa mengalami banyak perkembangan dan perubahan dari segi tata krama, pengetahuan, dan tata busana. Santri dihadapkan pada realitas yang semakin membuat mereka mampu berpikir lebih kritis. Santri cenderung lebih aktif  di sosial media, dan dalam hal pengetahuan karena mereka tidak mau terpaku dengan hanya berada di pondok, sehingga tak ayal jika santri sering mencuri-curi waktu saat ingin berekspresi.
Sejak zaman dahulu santri dikenal sebagai seseorang yang memiliki jiwa nasionalis, dan lebih tawadduk, hal ini diperkirakan karena belum ada media yang mendukung untuk berekspresi secara luas, tetapi untuk zaman sekarang sebuah informasi dan pengetahuan bisa diakses secara cepat oleh santri dalam mendukung media pesantren untuk mewadahi karya maupun pemikiran santri di dunia maya.
Psikologis santri dapat dipengaruhi oleh zaman, lingkungan, pendidikan, dan individu. Pengaruh tersebut dapat diidentifikasi dengan  metode studi kasus dan survei. Jika menurut studi kasus, santri zaman sekarang lebih aktif di dunia maya karena mereka beranggapan bahwa sosial media adalah kebutuhan primer karena mereka berpikir bahwa jika kita lepas dari sosial media, maka dalam keseharian ada yang kurang dan telat dalam hal informasi, disisi lain ketika santri membutuhkannya sebagai kebutuhan premier maka perlu juga pengawasan yang sangat ketat dari pembina dan orang tua agar peran dunia maya bagi kehidupannya lebih terarah dan tidak menjerumus ke dalam perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Santri lebih aktif dalam media social karena adanya dorongan individu untuk ingin mengetahui tentang sesuatu yang belum mereka ketahui dan tidak diajarkan di dalam pesantren, dan kemungkinan memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif yang terjadi ketika santri mampu memanfaatkannya dengan baik mereka mampu lebih open minded dalam menanggapi setiap permasalahan ataupun gesekan yang berada di lingkungan sosialnya maupun di dalam individu itu sendiri dan mengasah ketajaman kognisi santri dalam sikap kritis namun tetap merujuk kepada hadits dan hukum yang ada, agar tercipta suatu gagasan yang masih sejalur dengan arah pemikiran ulama tanpa mengurangi pemikiran/pendapat dari dirinya sendiri. Sedangkan dampak negatif yang dapat terjadi adalah santri bisa saja hanya sebagai penikmat, tanpa dia ikut campur dalam lingkungan sosialnya dan cenderung lebih stagnan atau hanya sebatas santri yang berpikir untuk memperbaiki diri dan menghiraukan apa yang sedang terjadi di lingkungannya sekarang. Pemahaman yang didapat tidak banyak karena dia hanya sebagai penikmat saja, yang ditakutkan ketika terjadi sebuah konflik yang mengharuskan dirinya untuk menyelesaikannya dengan cara berpikir, maka bisa saja yang dia lakukan hanya sekedar nekat dan tanpa berpikir panjang lalu tidak memikirkan bagaimana dirinya ke depan karena dia berpikir masalah yang dia hadapi harus segera selesai dengan cara apapun.
Dampak tersebut karena ada umpan balik dari komunikan, dalam ilmu komunikasi disebutkan tanpa adanya komunikator yang menyampaikan sebuah pesan maka timbal balik tidak akan bisa  terjadi, dan sebaliknya jika komunikan tidak ada maka komunikator tidak akan mendapatkan umpan balik yang valid atau efek yang disebabkan itu tidak akan terjadi sebab semua interaksi membutuhkan umpan balik agar tercipta sebuah aksi dari komunikator untuk melanjutkan pesan ataupun informasi.
Produktivitas santri dapat didukung dengan adanya sebuah media atau wadah yang menjadikan mereka mampu bersaing di bidang teknologi, sosial, dan budaya. Maka dari itu peran santri dalam era modern sangat penting guna merubah produktivitas santri bukan hanya berprestasi dan aktif di dalam pesantren tetapi juga diharapkan dapat berprestasi dan aktif di luar pesantren. Dengan demikian, santri milenial harus mau ngaji, ngopi dan ngayomi. Dalam artian, harus siap belajar dan menjaga khazanah pesantren, harus mau ngopi untuk diskusi serta bercengkerama dengan teman-teman dan masyarakat, yang tidak kalah penting santri harus mau mengayomi.

0 komentar:

Posting Komentar

Download Buku Kumpulan Materi Ceramah dan Khutbah Ramadhan

   Sambut Ramadan 1445 H, Kementerian Agama merilis buku Syiar Ramadhan Mempererat Persaudaraan. Buku ini memuat sejumlah materi Kuliah Tuju...