Santri Milenial,
Cerdas di Media Sosial
Dalam era digital sekarang ini santri harus
bisa mengambil peran dan berkontribusi secara masif di dunia sosial media
tetapi dengan catatan tetap mengedepankan etika dan prinsip- prinsip ideologi
Aswaja. Di era digital saat ini, banjir informasi melalui internet semakin tak
terbendung, Sayangnya, informasi yang membanjiri melalui media sosial tidak
semua bermanfaat bahkan terdapat berita palsu, fitnah hingga ujaran kebencian.
Lebih-lebih di tahun politik yang baru saja usai, namun masih menyisakan
berbagai persoalan hingga saat sekarang ini. Menyikapi kondisi tersebut, kaum
santri diharapkan berperan aktif mewarnai internet dengan konten yang positif.
Dengan demikian akan semakin banyak konten positif di internet dibandingkan
dengan informasi yang tidak bermanfaat. Bahkan, peran santri yang demikian
luhur dan mulia tersebut, bisa saja dinobatkan sebagai PAHLAWAN dalam Memerangi
Hoax Melalui Medsos.
Di era digital sekarang masyarakat dihadapkan
pada banyaknya informasi yang beredar mulai yang benar sampai yang hoaks. Mulai
dari hoaks yang bersifat bercanda, hingga provokasi, agitasi dan propaganda.
Dengan demikian, Indonesia menghadapi ancaman baru yang dahsyat, bukan hanya
tujuannya namun juga cara dan instrumennya. Mengapa dahsyat, karena sasarannya
besar, mampu mempengaruhi pikiran manusia secara masal, dalam waktu singkat,
dengan biaya yang murah dan sulit dilacak. Bukan hanya Indonesia, namun banyak
negara menghadapi hal yang sama, masing-masing menghadapi dengan berbagai macam
cara. Upaya pemerintah terus dilakukan untuk memerangi hoaks, yakni melalui
literasi dan edukasi, sosialisasi dan optimalisasi aktivitas komunitas.
Perlu digarasbawahi dan menjadi catatan kita
semua bahwa tidak semua informasi dari media sosial dapat dipercaya. Masyarakat
masih harus mengklarifikasi kebenaran informasi dari berbagai sumber
informasi. Untuk itu, anak muda usia di bawah 30 tahun (termasuk
santri/kaum milineal) harus melek media atau memiliki kemampuan kesadaran
memahami fakta dan asal mula informasi yang diperoleh. Di era digital sekarang
ini saatnya yang waras tidak mengalah. Jika yang waras mengalah, maka media
sosial akan diisi oleh orang-orang yang tidak waras. Selama ini para santri
sudah mengisi dengan hal positif di media sosial, hanya saja masih dilakukan
dengan gradual tidak sistematis.
Berdasarkan isu-isu yang sedang hangat, para
santri bisa mengklarifikasi hal-hal yang tidak benar. Hanya saja yang penting
jangan sampai santri membalas fitnah dengan fitnah. Walaupun hal ini dapat
dibenarkan dalam syariat Islam. Medsos belakangan ini seringkali
disalahfungsikan oleh berbagai oknum tak bertanggung jawab, misalnya penyebaran
informasi tak berimbang atau hoax. Akibatnya, tak jarang pula publik terbawa
arus penyebaran informasi tersebut. Oleh karena itu, sudah saatnya santri
sekarang mengambil peran di media sosial, aktif di media digital. Sudah terlalu
lama kita hanya bertahan, saatnya kita harus balik menyerang. Menyerang adalah
pertahanan yang terbaik. Penyebaran informasi tak berimbang ini, jika terus
dibiarkan bukan hanya berdampak buruk kepada publik, namun juga ada masanya
kredibilitas sejumlah medsos terkikis dengan sendirinya, sehingga kepercayaan
masyarakat pun terhadap keberadaan medsos mulai berkurang. Di zaman modern ini,
satu sisi sudah memberikan ruang sebesar-besarnya kepada sejumlah kalangan
termasuk para santri santri.
Santri dari masa ke masa mengalami banyak
perkembangan dan perubahan dari segi tata krama, pengetahuan, dan tata busana.
Santri dihadapkan pada realitas yang semakin membuat mereka mampu berpikir
lebih kritis. Santri cenderung lebih aktif di sosial media, dan dalam hal
pengetahuan karena mereka tidak mau terpaku dengan hanya berada di pondok,
sehingga tak ayal jika santri sering mencuri-curi waktu saat ingin berekspresi.
Sejak zaman dahulu santri dikenal sebagai
seseorang yang memiliki jiwa nasionalis, dan lebih tawadduk, hal ini
diperkirakan karena belum ada media yang mendukung untuk berekspresi secara
luas, tetapi untuk zaman sekarang sebuah informasi dan pengetahuan bisa diakses
secara cepat oleh santri dalam mendukung media pesantren untuk mewadahi karya
maupun pemikiran santri di dunia maya.
Psikologis santri dapat dipengaruhi oleh zaman,
lingkungan, pendidikan, dan individu. Pengaruh tersebut dapat diidentifikasi
dengan metode studi kasus dan survei. Jika menurut studi kasus, santri
zaman sekarang lebih aktif di dunia maya karena mereka beranggapan bahwa sosial
media adalah kebutuhan primer karena mereka berpikir bahwa jika kita lepas dari
sosial media, maka dalam keseharian ada yang kurang dan telat dalam hal
informasi, disisi lain ketika santri membutuhkannya sebagai kebutuhan premier
maka perlu juga pengawasan yang sangat ketat dari pembina dan orang tua agar
peran dunia maya bagi kehidupannya lebih terarah dan tidak menjerumus ke dalam
perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Santri lebih aktif dalam media social karena
adanya dorongan individu untuk ingin mengetahui tentang sesuatu yang belum
mereka ketahui dan tidak diajarkan di dalam pesantren, dan kemungkinan memiliki
dampak positif dan negatif. Dampak positif yang terjadi ketika santri mampu
memanfaatkannya dengan baik mereka mampu lebih open minded dalam menanggapi setiap
permasalahan ataupun gesekan yang berada di lingkungan sosialnya maupun di
dalam individu itu sendiri dan mengasah ketajaman kognisi santri dalam sikap
kritis namun tetap merujuk kepada hadits dan hukum yang ada, agar tercipta
suatu gagasan yang masih sejalur dengan arah pemikiran ulama tanpa mengurangi
pemikiran/pendapat dari dirinya sendiri. Sedangkan dampak negatif yang dapat
terjadi adalah santri bisa saja hanya sebagai penikmat, tanpa dia ikut campur
dalam lingkungan sosialnya dan cenderung lebih stagnan atau hanya
sebatas santri yang berpikir untuk memperbaiki diri dan menghiraukan apa yang
sedang terjadi di lingkungannya sekarang. Pemahaman yang didapat tidak banyak
karena dia hanya sebagai penikmat saja, yang ditakutkan ketika terjadi sebuah
konflik yang mengharuskan dirinya untuk menyelesaikannya dengan cara berpikir,
maka bisa saja yang dia lakukan hanya sekedar nekat dan tanpa berpikir panjang
lalu tidak memikirkan bagaimana dirinya ke depan karena dia berpikir masalah
yang dia hadapi harus segera selesai dengan cara apapun.
Dampak tersebut karena ada umpan balik dari
komunikan, dalam ilmu komunikasi disebutkan tanpa adanya komunikator yang
menyampaikan sebuah pesan maka timbal balik tidak akan bisa terjadi, dan
sebaliknya jika komunikan tidak ada maka komunikator tidak akan mendapatkan
umpan balik yang valid atau efek yang disebabkan itu tidak akan terjadi sebab
semua interaksi membutuhkan umpan balik agar tercipta sebuah aksi dari
komunikator untuk melanjutkan pesan ataupun informasi.
Produktivitas santri dapat didukung dengan
adanya sebuah media atau wadah yang menjadikan mereka mampu bersaing di bidang
teknologi, sosial, dan budaya. Maka dari itu peran santri dalam era modern
sangat penting guna merubah produktivitas santri bukan hanya berprestasi dan
aktif di dalam pesantren tetapi juga diharapkan dapat berprestasi dan aktif di
luar pesantren. Dengan demikian, santri milenial harus mau ngaji, ngopi
dan ngayomi. Dalam artian, harus siap belajar dan menjaga khazanah pesantren,
harus mau ngopi untuk diskusi serta bercengkerama dengan teman-teman dan
masyarakat, yang tidak kalah penting santri harus mau mengayomi.
0 komentar:
Posting Komentar