Sabtu, 25 April 2020

Maslahat Dan Mudharat Bashar Bashirah (Refleksi Hari Penglihatan Sedunia)


Maslahat Dan Mudharat Bashar Bashirah
(Refleksi Hari Penglihatan Sedunia)

Setiap tanggal 14 Oktober diperingati sebagai Hari Penglihatan Sedunia (Internasional). Islam telah memberikan garis panduan untuk menggunakan setiap nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT. Allah SWT dengan segala kuasanya menciptakan manusia lengkap dengan panca indera agar manusia dapat berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Semua indera manusia memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia, salah satunya yang ada kaitannya dengan hari penglihatan sedunia ini adalah mata yang berfungsi untuk melihat. Sebagaimana Allah SWT anugerahkan akal kepada kita untuk memikirkan tentang kejadian alam ini yang terbentang luas, begitu juga halnya Allah SWT kurniakan mata sebagai organ penglihatan kepada kita untuk memperhatikan kekuasaan dan kehebatannya. Firman Allah SWT: (Mengapa manusia terpedaya dan bermegah-megah?) Tidakkah Kami telah menjadikan baginya: dua mata (untuk ia memerhatikan kekuasaan dan kekayaan Kami?) (QS. Al Balad: 8).
Menjaga pandangan mata dari memandang hal-hal yang diharamkan oleh Allah merupakan akhlak yang mulia, bahkan Rasulullah menjamin masuk syurga bagi orang-orang yang salah satu dari sifat-sifat mereka adalah menjaga pandangan. Abu Umamah berkata,”Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:“Berilah jaminan padaku enam perkara, maka aku jamin bagi kalian syurga. Jika salah seorang kalian berkata maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah janganlah khianat, dan jika dia berjanji janganlah menyalahi janjinya itu, dan tundukkanlah pandangan kalian, cegahlah tangan-tangan kalian (dari menyakiti orang lain), dan jagalah kemaluan kalian.” (HR. At-Thabrani)
Mata adalah salah satu yang paling besar peranannya. Dalam kehidupan sehari-hari manusia menggunakan mata sebagai indera penglihatan. Manusia melihat sesuatu yang menurutnya menarik hingga akhirnya manusia tersebut terus memandanginya dan terus memperhatikannya. Apapun yang tertangkap oleh mata manusia akan menjadi sensasi dan masuk ke dalam memori otak manusia. Setelah informasi masuk ke dalam otak, otak akan mulai mengolah, menyusun, mengenali dan menafsirkan informasi yang diterima oleh mata hingga akhirnya manusia dapat menyimpulkan dan memunculkan respon terhadap informasi yang telah tertangkap oleh mata.
Dengan indera penglihatan pula, manusia dapat membedakan warna, merekam perilaku seseorang, dan melihat hal-hal menarik sehingga manusia dapat menyimpulkan mana yang disebut dengan keindahan, kebaikan, maupun kecantikan. Sebaliknya, mata manusia juga dapat menyimpulkan hal yang buruk, jelek, dan lain sebagainya. Hanya dengan sekali melihat dan menangkap suatu objek manusia dapat memunculkan berbagai tanggapan serta respon yang bermacam-macam.
Allah SWT memberikan manusia sepasang mata pada tempat yang aman dan melengkapinya dengan berbagai sarana penjagaan. Di bagian depan, mata dilindungi oleh kelopak yang memiliki reflek menutup yang sangat cepat sehingga sepersekian detik saja sudah dapat menutup ketika ada sesuatu yang akan masuk, seperti debu. Mata juga dilengkapi dengan bulu mata yang menjadikan mata aman terhadap partikel-partikel padat maupun cair. Di sudut bagian samping atas dari rongga mata terdapat kelenjar penghasil air mata, yaitu kelenjar Lakrimaris. Kelenjar ini senantiasa memproduksi air mata yang akan membasahi permukaan mata dan mencuci mata dari debu-debu serta partikel kotoran yang masuk. Air mata sangat banyak manfaatnya, selain membunuh kuman-kuman yang masuk, air mata juga mengatur tekanan dalam bola mata dan memberikan nutrisi kepada bagian mata paling luar, yaitu kornea.
Kehebatan mata lainnya adalah jika dibandingkan dengan kamera, mata manusia jauh lebih unggul. Di belakang pupil mata terdapat lensa mata yang berfungsi untuk memfokuskan objek yang sedang dilihat manusia. Jika manusia melihat sekitarnya dan mengukur seberapa jauh jaraknya dengan benda yang dilihat, secara otomatis lensa mata akan menyesuaikan fokusnya. Bandingkan dengan kamera yang butuh beberapa detik untuk mengukur jarak satu dan lainnya.
Ketika mata berkedip, hal ini tidak dilakukan secara otomatis. Karena berkedip merupakan fungsi mata semi disengaja. Manusia juga dapat memaksa untuk berkedip jika dibutuhkan. Mata manusia berkedip kira-kira 15.000 kali sehari. Berkedip membantu menghilangkan kotoran pada permukaan mata dengan mengeluarkan dan menyebarkan air mata. Air mata membantu menyehatkan mata dengan oksigen dan memiliki sifat anti-bakteri yang penting. Agar mata tetap sehat, maka kita dianjurkan untuk menjaganya sehingga tidak terkena penyakit ‘ain (penyakit mata). Penyakit ‘Ain adalah penyakit yang disebabkan oleh pengaruh buruk pandangan mata yaitu pandangan mata yang disertai rasa takjub atau bahkan iri dan dengki terhadap apa yang dilihatnya. Kata ‘Ain berasal dari bahasa arab yaitu ‘ana-Ya’inu yang artinya apabila ia menatap dengan matanya. Penyakit ‘Ain terbagi menjadi dua bagian, yaitu 1) Penyakit ‘Ain Insaniyah, yaitu penyakit pengaruh pandangan mata yang disebabkan murni oleh pengaruh pandangan mata manusia. 2) Penyakit ‘Ain Jinniyah, yaitu penyakit pengaruh pandangan mata karena adanya campur tangan gangguan jin.
Sebagian manusia mungkin tidak mengetahui tentang penyakit ini, tetapi secara tidak disadari penyakit ‘ain memang ada. Penyakit ‘ain ini ada jika manusia mengagumi seseorang, maka manusia cenderung akan melihatnya kemudian dengan diikuti dengan tatapan mata. Saat itulah racun penyakit ‘ain menyebar kepada orang yang dilihat. Firman Allah SWT: “Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (QS. Al-Falaq: 5)
Penyakit yang diakibatkan oleh pandangan mata ini ternyata dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mendahului takdir. Dari Ibnu Abbas r.a. Rasulullah saw bersabda: “(penyakit) ‘Ain itu benar adanya, dan seandainya ada yang mendahului takdir, niscaya ‘ainlah yang mendahuluinya. Jika kalian diminta untuk mandi, maka mandilah.” (HR. Muslim: 5831)
Untuk mengantisipasi Penyakit ‘Ain ini, maka ada beberapa hal yang dapat dilaksanakan, yaitu: 1) Tidak menampilkan segala sesuatu secara berlebihan. Karena hal tersebut dapat menimbulkan perasaan iri dengki pada orang yang melihatnya dan dapat menimbulkan penyakit ‘ain. 2) Jangan menceritakan kelebihan-kelebihan dari kita yang tidak dimiliki oleh orang lain hingga Allah menakdirkan terjadinya pengaruh buruk dari ‘ain. 3) Hendaknya manusia selalu meminta perlindungan Allah SWT dari penyakit ‘ain.
Begitu banyak kehebatan mata yang diberikan oleh Allah SWT kepada para hambanya, maka hendaknya kita selalu bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang Allah berikan. Sungguh manusia akan tampak rasa syukurnya takkala nikmat itu dicabut darinya. Orang akan bersyukur terhadap nikmat melihat takkala ia terkena musibah berkaitan dengan matanya, dan orang akan mensyukuri nikmat waktu luang (yang dimilikinya) justru ketika dia sedang terhimpit dalam deadline waktu.
Coba lihatlah betapa susahnya orang yang tidak dapat melihat! Ia tidak tahu di mana menapakkan kakinya, tidak melihat apa yang ada dihadapannya, tidak dapat membedakan warna atau pemandangan yang indah dan yang buruk, tidak dapat mengambil faedah ilmu dari kitab yang dibacanya, dan tidak dapat mengambil ibrah dari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta. Di samping itu juga, ia tidak merasakan maslahat atau mudharat dirinya sendiri. Ia tidak merasa adanya lubang yang dapat mencelakakannya, hewan buas yang mengincarnya, atau musuh yang mengancam nyawanya. Dia tidak dapat melarikan diri bila keadaan memaksa. Ia pasrah saja bila ada manusia atau hewan yang bermaksud jahat. Kalau Allah SWT tidak secara khusus menjaganya seperti penjagaan terhadap bayi, tentu ia sering mengalami kecelakaan. Ia ibarat seonggok daging di atas meja penjagalan. Oleh karena itu, Allah SWT memberinya pahala surga bila ia sabar. Dan dengan kasih sayang-Nya, Dia membiaskan cahaya penglihatan (bashar) ke bashirah (mata hati) si buta ini. Karena itu, si buta ini punya mata hati paling tajam. Dia juga memberi si buta ini kemauan yang kuat. Pikirannya terkonsentrasi, tidak terpecah-pecah, sehingga hidupnya tenteram dan nikmat, maslahatnya lancar. Jangan kira dia sedih, murung, atau menyesal! Ini keadaan orang yang terlahir dalam keadaan buta.
Adapun orang yang buta setelah sebelumnya dapat melihat, keadaannya sama dengan orang-orang lain yang tertimpa musibah. Cobaan itu berat dirasakannya, karena dia tidak lagi dapat melihat pemandangan yang biasa dilihat. Orang seperti ni tidak sama keadaannya dengan yang pertama. Demikian juga orang yang tuli. Dia tidak dapat merasakan enaknya bercakap-cakap, tidak mendengar suara-suara yang merdu. Dan, manusia normal sulit berkomunikasi dengannya. Mereka sering kesal menghadapi manusia seperti ini. Ia sendiri tidak dapat mendengar berita dan pembicaraan orang lain. Ia berada di tengah orang-orang: hadir tapi seperti gaib, hidup tapi seperti mati, dekat tapi seperti jauh.
Orang-orang berbeda pendapat tentang siapa yang lebih dekat kepada kesempurnaan dan lebih ringan kesengsaraannya, apakah orang buta atau orang tuli. Masing-masing menyebutkan alasannya. Perselisihan ini berpangkal pada persoalan lain yaitu, sifat mana yang lebih sempurna, pendengaran atau penglihatan. Intinya, sifat mana yang lebih sempurna, maka mudharat akibat kehilangan sifat itu lebih besar. Dan, yang layak dikatakan di sini adalah, orang buta lebih besar mudharatnya, tapi lebih selamat agamanya, dan lebih baik akibatnya. Sedang orang tuli lebih sedikit kesusahannya di dunia, tapi lebih bodoh dalam masalah agama, dan lebih buruk akibatnya. Karena, jika seseorang kehilangan indera pendengaran, maka dia tidak mendapat wejangan-wejangan dan nasihat-nasihat. Pintu-pintu ilmu yang bermanfaat tertutup baginya, dan jalan-jalan syahwat melalui indera penglihatan terpampang di hadapannya, sementara ilmu yang dapat menahannya tidak cukup dimiliki. Sebab itulah, mudharatnya dari sisi agama lebih banyak. Sedang mudharat orang buta dari sisi dunianya lebih banyak. Oleh karena itu, tidak ada orang tuli di kalangan para sahabat Nabi. Yang ada hanya orang-orang buta.
Amat jarang Allah SWT menguji para wali-Nya dengan ketulian. Kebanyakan Dia menguji mereka dengan kebutaan. Inilah titik terang dalam masalah ini. Mudharat orang tuli adalah dalam agamanya, dan mudharat orang buta dalam dunianya. Dan, orang yang sehat adalah yang dilindungi-Nya dari kedua cacat ini, dan dikaruniai pendengaran, serta penglihatan.


0 komentar:

Posting Komentar

Download Buku Kumpulan Materi Ceramah dan Khutbah Ramadhan

   Sambut Ramadan 1445 H, Kementerian Agama merilis buku Syiar Ramadhan Mempererat Persaudaraan. Buku ini memuat sejumlah materi Kuliah Tuju...