Maslahat Dan Mudharat Bashar Bashirah
(Refleksi Hari Penglihatan Sedunia)
Setiap tanggal 14 Oktober diperingati sebagai Hari
Penglihatan Sedunia (Internasional). Islam telah memberikan garis panduan untuk
menggunakan setiap nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT. Allah SWT dengan
segala kuasanya menciptakan manusia lengkap dengan panca indera agar manusia
dapat berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Semua indera manusia memiliki
peranan yang sangat penting bagi manusia, salah satunya yang ada kaitannya
dengan hari penglihatan sedunia ini adalah mata yang berfungsi untuk melihat. Sebagaimana
Allah SWT anugerahkan akal kepada kita untuk memikirkan tentang kejadian alam
ini yang terbentang luas, begitu juga halnya Allah SWT kurniakan mata sebagai
organ penglihatan kepada kita untuk memperhatikan kekuasaan dan kehebatannya. Firman
Allah SWT: (Mengapa manusia terpedaya dan bermegah-megah?) Tidakkah Kami
telah menjadikan baginya: dua mata (untuk ia memerhatikan kekuasaan dan
kekayaan Kami?) (QS. Al Balad: 8).
Menjaga
pandangan mata dari memandang hal-hal yang diharamkan oleh Allah merupakan
akhlak yang mulia, bahkan Rasulullah menjamin masuk syurga bagi orang-orang
yang salah satu dari sifat-sifat mereka adalah menjaga pandangan. Abu Umamah
berkata,”Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:“Berilah jaminan padaku enam
perkara, maka aku jamin bagi kalian syurga. Jika salah seorang kalian berkata
maka janganlah berdusta, dan jika diberi amanah janganlah khianat, dan jika dia
berjanji janganlah menyalahi janjinya itu, dan tundukkanlah pandangan kalian,
cegahlah tangan-tangan kalian (dari menyakiti orang lain), dan jagalah kemaluan
kalian.” (HR. At-Thabrani)
Mata adalah salah satu yang paling besar peranannya. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia menggunakan mata sebagai indera penglihatan.
Manusia melihat sesuatu yang menurutnya menarik hingga akhirnya manusia
tersebut terus memandanginya dan terus memperhatikannya. Apapun yang tertangkap
oleh mata manusia akan menjadi sensasi dan masuk ke dalam memori otak manusia.
Setelah informasi masuk ke dalam otak, otak akan mulai mengolah, menyusun,
mengenali dan menafsirkan informasi yang diterima oleh mata hingga akhirnya
manusia dapat menyimpulkan dan memunculkan respon terhadap informasi yang telah
tertangkap oleh mata.
Dengan indera penglihatan pula, manusia dapat membedakan
warna, merekam perilaku seseorang, dan melihat hal-hal menarik sehingga manusia
dapat menyimpulkan mana yang disebut dengan keindahan, kebaikan, maupun
kecantikan. Sebaliknya, mata manusia juga dapat menyimpulkan hal yang buruk,
jelek, dan lain sebagainya. Hanya dengan sekali melihat dan menangkap suatu
objek manusia dapat memunculkan berbagai tanggapan serta respon yang
bermacam-macam.
Allah SWT memberikan manusia sepasang mata pada tempat yang
aman dan melengkapinya dengan berbagai sarana penjagaan. Di bagian depan, mata
dilindungi oleh kelopak yang memiliki reflek menutup yang sangat cepat sehingga
sepersekian detik saja sudah dapat menutup ketika ada sesuatu yang akan masuk,
seperti debu. Mata juga dilengkapi dengan bulu mata yang menjadikan mata aman
terhadap partikel-partikel padat maupun cair. Di sudut bagian samping atas dari
rongga mata terdapat kelenjar penghasil air mata, yaitu kelenjar Lakrimaris.
Kelenjar ini senantiasa memproduksi air mata yang akan membasahi permukaan mata
dan mencuci mata dari debu-debu serta partikel kotoran yang masuk. Air mata
sangat banyak manfaatnya, selain membunuh kuman-kuman yang masuk, air mata juga
mengatur tekanan dalam bola mata dan memberikan nutrisi kepada bagian mata
paling luar, yaitu kornea.
Kehebatan mata lainnya adalah jika dibandingkan dengan
kamera, mata manusia jauh lebih unggul. Di belakang pupil mata terdapat lensa
mata yang berfungsi untuk memfokuskan objek yang sedang dilihat manusia. Jika
manusia melihat sekitarnya dan mengukur seberapa jauh jaraknya dengan benda
yang dilihat, secara otomatis lensa mata akan menyesuaikan fokusnya. Bandingkan
dengan kamera yang butuh beberapa detik untuk mengukur jarak satu dan lainnya.
Ketika mata berkedip, hal ini tidak dilakukan secara
otomatis. Karena berkedip merupakan fungsi mata semi disengaja. Manusia juga
dapat memaksa untuk berkedip jika dibutuhkan. Mata manusia berkedip kira-kira
15.000 kali sehari. Berkedip membantu menghilangkan kotoran pada permukaan mata
dengan mengeluarkan dan menyebarkan air mata. Air mata membantu menyehatkan
mata dengan oksigen dan memiliki sifat anti-bakteri yang penting. Agar mata
tetap sehat, maka kita dianjurkan untuk menjaganya sehingga tidak terkena
penyakit ‘ain (penyakit mata). Penyakit ‘Ain adalah penyakit yang
disebabkan oleh pengaruh buruk pandangan mata yaitu pandangan mata yang
disertai rasa takjub atau bahkan iri dan dengki terhadap apa yang dilihatnya.
Kata ‘Ain berasal dari bahasa arab yaitu ‘ana-Ya’inu yang artinya
apabila ia menatap dengan matanya. Penyakit ‘Ain terbagi menjadi dua bagian,
yaitu 1) Penyakit ‘Ain Insaniyah, yaitu penyakit pengaruh pandangan mata
yang disebabkan murni oleh pengaruh pandangan mata manusia. 2) Penyakit ‘Ain
Jinniyah, yaitu penyakit pengaruh pandangan mata karena adanya campur
tangan gangguan jin.
Sebagian manusia mungkin tidak mengetahui tentang penyakit
ini, tetapi secara tidak disadari penyakit ‘ain memang ada. Penyakit ‘ain
ini ada jika manusia mengagumi seseorang, maka manusia cenderung akan
melihatnya kemudian dengan diikuti dengan tatapan mata. Saat itulah racun
penyakit ‘ain menyebar kepada orang yang dilihat. Firman Allah SWT: “Dan
dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (QS. Al-Falaq: 5)
Penyakit yang diakibatkan oleh pandangan mata ini ternyata
dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mendahului takdir. Dari Ibnu Abbas r.a.
Rasulullah saw bersabda: “(penyakit) ‘Ain itu benar adanya, dan seandainya
ada yang mendahului takdir, niscaya ‘ainlah yang mendahuluinya. Jika kalian
diminta untuk mandi, maka mandilah.” (HR. Muslim: 5831)
Untuk mengantisipasi Penyakit ‘Ain ini, maka ada
beberapa hal yang dapat dilaksanakan, yaitu: 1) Tidak menampilkan segala
sesuatu secara berlebihan. Karena hal tersebut dapat menimbulkan perasaan iri
dengki pada orang yang melihatnya dan dapat menimbulkan penyakit ‘ain.
2) Jangan menceritakan kelebihan-kelebihan dari kita yang tidak dimiliki oleh
orang lain hingga Allah menakdirkan terjadinya pengaruh buruk dari ‘ain.
3) Hendaknya manusia selalu meminta perlindungan Allah SWT dari penyakit ‘ain.
Begitu banyak kehebatan mata yang diberikan oleh Allah SWT
kepada para hambanya, maka hendaknya kita selalu bersyukur kepada Allah atas
segala nikmat yang Allah berikan. Sungguh manusia akan tampak rasa syukurnya
takkala nikmat itu dicabut darinya. Orang akan bersyukur terhadap nikmat
melihat takkala ia terkena musibah berkaitan dengan matanya, dan orang akan
mensyukuri nikmat waktu luang (yang dimilikinya) justru ketika dia sedang
terhimpit dalam deadline waktu.
Coba lihatlah betapa susahnya orang yang tidak dapat
melihat! Ia tidak tahu di mana menapakkan kakinya, tidak melihat apa yang ada
dihadapannya, tidak dapat membedakan warna atau pemandangan yang indah dan yang
buruk, tidak dapat mengambil faedah ilmu dari kitab yang dibacanya, dan tidak
dapat mengambil ibrah dari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di alam semesta. Di
samping itu juga, ia tidak merasakan maslahat atau mudharat dirinya sendiri. Ia
tidak merasa adanya lubang yang dapat mencelakakannya, hewan buas yang
mengincarnya, atau musuh yang mengancam nyawanya. Dia tidak dapat melarikan
diri bila keadaan memaksa. Ia pasrah saja bila ada manusia atau hewan yang
bermaksud jahat. Kalau Allah SWT tidak secara khusus menjaganya seperti penjagaan
terhadap bayi, tentu ia sering mengalami kecelakaan. Ia ibarat seonggok daging
di atas meja penjagalan. Oleh karena itu, Allah SWT memberinya pahala surga
bila ia sabar. Dan dengan kasih sayang-Nya, Dia membiaskan cahaya penglihatan
(bashar) ke bashirah (mata hati) si buta ini. Karena itu, si buta ini punya
mata hati paling tajam. Dia juga memberi si buta ini kemauan yang kuat.
Pikirannya terkonsentrasi, tidak terpecah-pecah, sehingga hidupnya tenteram dan
nikmat, maslahatnya lancar. Jangan kira dia sedih, murung, atau menyesal! Ini
keadaan orang yang terlahir dalam keadaan buta.
Adapun orang yang buta setelah sebelumnya dapat melihat,
keadaannya sama dengan orang-orang lain yang tertimpa musibah. Cobaan itu berat
dirasakannya, karena dia tidak lagi dapat melihat pemandangan yang biasa
dilihat. Orang seperti ni tidak sama keadaannya dengan yang pertama. Demikian
juga orang yang tuli. Dia tidak dapat merasakan enaknya bercakap-cakap, tidak
mendengar suara-suara yang merdu. Dan, manusia normal sulit berkomunikasi
dengannya. Mereka sering kesal menghadapi manusia seperti ini. Ia sendiri tidak
dapat mendengar berita dan pembicaraan orang lain. Ia berada di tengah
orang-orang: hadir tapi seperti gaib, hidup tapi seperti mati, dekat tapi
seperti jauh.
Orang-orang berbeda pendapat tentang siapa yang lebih dekat
kepada kesempurnaan dan lebih ringan kesengsaraannya, apakah orang buta atau
orang tuli. Masing-masing menyebutkan alasannya. Perselisihan ini berpangkal
pada persoalan lain yaitu, sifat mana yang lebih sempurna, pendengaran atau penglihatan.
Intinya, sifat mana yang lebih sempurna, maka mudharat akibat kehilangan sifat
itu lebih besar. Dan, yang layak dikatakan di sini adalah, orang buta lebih
besar mudharatnya, tapi lebih selamat agamanya, dan lebih baik akibatnya.
Sedang orang tuli lebih sedikit kesusahannya di dunia, tapi lebih bodoh dalam
masalah agama, dan lebih buruk akibatnya. Karena, jika seseorang kehilangan
indera pendengaran, maka dia tidak mendapat wejangan-wejangan dan
nasihat-nasihat. Pintu-pintu ilmu yang bermanfaat tertutup baginya, dan
jalan-jalan syahwat melalui indera penglihatan terpampang di hadapannya,
sementara ilmu yang dapat menahannya tidak cukup dimiliki. Sebab itulah,
mudharatnya dari sisi agama lebih banyak. Sedang mudharat orang buta dari sisi
dunianya lebih banyak. Oleh karena itu, tidak ada orang tuli di kalangan para
sahabat Nabi. Yang ada hanya orang-orang buta.
Amat jarang Allah SWT menguji para wali-Nya dengan ketulian.
Kebanyakan Dia menguji mereka dengan kebutaan. Inilah titik terang dalam masalah
ini. Mudharat orang tuli adalah dalam agamanya, dan mudharat orang buta dalam
dunianya. Dan, orang yang sehat adalah yang dilindungi-Nya dari kedua cacat
ini, dan dikaruniai pendengaran, serta penglihatan.
0 komentar:
Posting Komentar