Masa
Keemasan NTB Di Bawah Kendali Akademisi dan Politisi
Nusa Tenggara Barat adalah
sebuah provinsi di Indonesia yang
berada pada bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi ini beribu kota di Mataram dan
memiliki 10 Kabupaten dan Kota. Pada awal kemerdekaan Indonesia, wilayah ini
termasuk dalam wilayah Provinsi Sunda Kecil yang
beribu kota di Singaraja. Kemudian, wilayah Provinsi Sunda Kecil dibagi
menjadi 3 provinsi, yaitu Bali, Nusa
Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah Lombok yang
terletak di barat dan Sumbawa yang
terletak di timur. Sebagian besar dari penduduk Lombok berasal dari suku Sasak,
sementara masyarakat Bima (suku Mbojo) dan Sumbawa
merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa. Mayoritas penduduk Nusa
Tenggara Barat beragama Islam, yaitu sekitar 94%.
Keberadaan status provinsi, bagi NTB tidak
datang dengan sendirinya. Perjuangan menuntut terbentuknya Provinsi NTB
berlangsung dalam rentang waktu yang cukup lama. Provinsi NTB, sebelumnya
sempat menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur dalam konsepsi Negara
Republik Indonesia Serikat,dan menjadi bagian dari Provinsi Sunda kecil setelah
pengakuan kedaulatan Republik Indonesia. Seiring dinamika zaman dan setelah
mengalami beberapa kali proses perubahan sistem ketatanegaraan pasca
diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia, barulah terbentuk Provinsi
NTB. NTB, secara resmi mendapatkan status sebagai provinsi sebagaimana adanya
sekarang, sejak tahun 1958, berawal dari ditetapkannya Undang-undang Nomor 64
Tahun 1958 Tanggal 14 Agustus 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra
Tingkat I Bali, NTB dan NTT, dan yang dipercayakan menjadi Gubernur pertamanya
adalah AR. Moh. Ruslan Djakraningrat.
Walaupun secara yuridis formal Daerah Tingkat I
NTB yang meliputi 6 Daerah Tingkat II dibentuk pada tanggal 14 Agustus 1958,
namun penyelenggaraan pemerintahan berjalan berdasarkan Undang-undang Negara
Indonesia Timur Nomor 44 Tahun 1950, dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957
tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Keadaan yang tumpang tindih ini
berlangsung hingga tanggal 17 Desember 1958, ketika Pemerintah Daerah Lombok
dan Sumbawa di likuidasi. Hari likuidasi inilah yang menandai resmi
terbentuknya Provinsi NTB. Zaman terus berganti, konsolidasi kekuasaan dan
pemerintahanpun terus terjadi.
Pada
tahun 1968 dalam situasi yang masih belum menggembirakan sebagai akibat
berbagai krisis nasional yang membias ke daerah, gubernur pertama AR. Moh.
Ruslan Tjakraningrat (1958-1968) digantikan oleh HR.Wasita Kusuma. Dengan mulai
bergulirnya program pembangunan lima tahun tahap pertama (pelita I) langkah
perbaikan ekonomi, sosial, politik mulai terjadi. Pada tahun 1978 H.R.Wasita
Kusuma digantikan H.Gatot Soeherman sebagai Gubernur Provinsi NTB yang ketiga.
Dalam masa kepemimpinannya, usaha-usaha pembangunan kian dimantapkan dan
Provinsi NTB yang dikenal sebagai daerah minus, berubah menjadi daerah
swasembada. Pada tahun 1988 Drs. H. Warsito, SH terpilih memimpin NTB
menggantikan H. Gatot Soeherman. Drs. H. Warsito, SH mengendalikan tampuk
pemerintahan di Provinsi NTB untuk masa dua periode (1988-1998), sebelum digantikan
Drs. H. Harun Al Rasyid, M.Si pada tanggal 31 Agustus 1998. Drs. H. Harun Al
Rasyid M.Si berjuang membangun NTB dengan berupaya meningkatkan kualitas sumber
daya manusia melalui Program Gema Prima. Tahun 2003 hingga 1 september 2008
Drs. H. Lalu Serinata dan wakil Gubernur Drs.H.B. Thamrin Rayes memimpin NTB.
Pada masa ini berbagai macam upaya dilakukan dalam membangun NTB dan mengejar
ketertinggalan diberbagai bidang dan sektor. Di zaman ini,sejumlah program
diluncurkan, seperti Gerbang E-Mas dengan Program Emas Bangun Desa. Selain itu,
pada masa ini pembangunan Bandara Internasional Lombok di Lombok Tengah mulai
terealisasi dan rampung pada pertengahan 2009. Selanjutnya, tampuk pemerintahan
berpindah ke Gubernur Dr. KH. M. Zainul Majdi dan Wakil Gubernur Ir. H. Badrul
Munir, MM (2008-2013) dan pada periode keduanya Dr. KH. M. Zainul Majdi
berpasangan dengan H. Muhammad Amin SH., M. Si. (2013-2018) mengusung
NTB yang Beriman dan Berdaya Saing, Pembangunan Islamic Center, dan
diresmikannya KEK Mandalika di Lombok Tengah.
Kini, diusianya yang ke-61 Provinsi NTB di
bawah kendali Dr. Zulkieflimansyah dan Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd yang
mana keduanya merupakan akademisi dan politisi. Dr. Zulkieflimansyah, S.E.,
M.Sc. (lahir di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat, 18 Mei 1972; umur 47 tahun) adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat yang
menjabat sejak 19 September 2018. Akrab disapa Bang Zul, Zulkieflimansyah
adalah politisi muda yang terpandang dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Bang
Zul terpilih untuk ketiga kalinya sebagai Anggota DPR-RI periode 2014-2019
mewakili Dapil Banten II (Kab. Serang, Kota Serang, Kota Cilegon). Sejak 2011
Bang Zul bertugas di Komisi XI yang membidangi keuangan, perencanaan
pembangunan dan perbankan dan untuk periode 2014-2019 Bang Zul menjabat sebagai
Wakil Ketua Komisi XI. Pada bulan April tahun 2016, ia dipindahkan menjadi
anggota Komisi VII DPR-RI. Sebelum terjun ke politik di 2004, Bang Zul dikenal
sebagai salah satu putra terpintar bangsa dan akademisi. Di 2003 Bang Zul
dinobatkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai Peneliti Muda
Terbaik Indonesia (bidang ekonomi & manajemen). Sederet prestasi di
diperolehnya di dunia penelitian dan menjadi Senior Research Fellow, Kennedy
School of Government, Harvard University di Amerika Serikat, menjabat sebagai
Direktur Riset Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan diberi
kepercayaan sebagai Pemimpin Program Extension Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Adapun wakilnya adalah Dr. Hj. Sitti Rohmi
Djalilah, M.Pd. (lahir di Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 29 November 1968; umur 51 tahun) adalah akademisi dan politisi
Indonesia. Ia menjabat Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat periode
2018-2023. Beliau telah menempuh pendidikan hingga mendapat gelar Doktor di
Universitas Negeri Jakarta. Sedangkan, S1 dan S2-nya, beliau tempuh di Institut
Teknologi Sepuluh November Surabaya dan Universitas Negeri Surakarta. Sebelum
menjabat Wakil Gubernur NTB, beliau merupakan General Foreman di PT. Newmont
Nusa Tenggara (2000-2009), Ketua DPRD Kabupaten Lombok Timur Periode 2009-2013
dan Rektor Universitas Hamzanwadi (2012 s.d. sekarang).
Gubernur dan wakilnya berkomitmen untuk mewujudkan
SDM unggul menuju peradaban besar NTB Gemilang. Dalam mewujudkan hal tersebut,
pengiriman 1000 anak-anak muda NTB untuk pendidikan dan sekolah di luar
negeri, salah satu jawabannya. Kebijakan beasiswa pendidikan dan
mengirimkan mahasiswa ke luar negeri bukanlah semata agar mereka mendapatkan
gelar dan nilai akademis. Tetapi yang jauh lebih utama dari itu adalah hadirnya
generasi muda dan masyarakat NTB yang unggul kelak di kemudian hari. Pengiriman
untuk belajar ke luar negeri, merupakan implementasi dari ajaran berhijrah yang
dianjurkan oleh semua agama besar di dunia. Agar ummatnya senantiasa
berpetualang, berziarah ke tempat baru untuk menaklukkan hidup yang lebih
besar. Dan mengenal perkembangan dunia luar yang begitu luas, kaya,
beragam, dan tidak hanya terkurung pada mindset atau pikiran yang kerdil.
Pengiriman tersebut, bukan karena kualitas pendidikan di dalam negeri lebih
rendah. Dibandingkan kualitas di luar negeri seperti Polandia, Inggris,
Jepang, Korea, Cina. Bahkan dari sisi kualitas, tidak sedikit lembaga
pendidikan di dalam negeri yang kedisiplinannya, dosen dan fasilitasnya jauh
lebih hebat dari negara-negara tersebut. Namun, pengiriman itu untuk membangun
cara pandang atau mindset yang lebih luas, membangun jaringan dan kemampuan
berinteraksi di tengah percaturan global yang kian kompetitif. Dengan program,
Sekolahkan ke luar negeri, tumbuhkan semangat entrepreneurship di kalangan anak
muda adalah jalan pintas menghadapi hukum perubahan zaman yang membutuhkan SDM
unggul sebagai aktor utama pembangunan bangsa, di masa kini maupun di
masa depan. Di samping itu, dengan 1000 beasiswa ke luar negeri dan 1000
pengusaha muda akan mampu menggoncangkan NTB dan negeri tercinta ini. Dengan
demikian, NTB semakin mendunia. Di bawah kepemimpinan keduanya juga, Provinsi
Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi yang pertama mendeklarasikan Calendar of
Event (CoE) untuk 2019, dengan empat perhelatan yang masuk 100 Top Event
Nasional dari total 18 perhelatan. Selamat HUT NTB 17 Desember 2019 yang ke-61,
NTB semakin gemilang.
0 komentar:
Posting Komentar