Sabtu, 25 April 2020

Zero Waste dan Lingkungan Hidup Dalam Pandangan Islam


Zero Waste dan Lingkungan Hidup Dalam Pandangan Islam

SETIAP Muslim adalah pelayan bagi bumi, dan Islam adalah agama yang adil. Kita harus berusaha untuk hidup selaras dengan lingkungan. Hampir setiap pengikut gerakan zero waste (nol sampah) memulai perjalanan mereka setelah membaca buku Zero Waste Home karya Bea Johnson. Pada dasarnya, prinsip-prinsip zero waste sejalan sepenuhnya dengan ajaran agama Islam yang kita anut. Untuk mencapai gaya hidup nol sampah, Johnson berkomitmen dengan lima prinsip untuk diterapkan dalam rumah sebelum mengkonsumsi atau membuang sampah, yaitu Refuse, Reduce, Re-use, Recycle, Rot. Sebagai Muslim, dengan segala hal baru kita pelajari, kita harus selalu mempertimbangkan apa yang Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW katakan tentang hal ini dalam al-Quran dan Hadis.
Refuse
Menolak apa yang tidak dibutuhkan sepertinya cukup jelas. Tapi, ketidakmampuan kita menolak barang gratis yang tidak kita butuhkan, itu luar biasa. Coba hitung berapa banyak selebaran, pena, gantungan kunci, dan kartu nama yang kita kumpulkan dan tinggalkan di rumah atau dibuang begitu saja ke tempat sampah? Menolak barang-barang ini akan mengurangi permintaan bagi perusahaan pemasaran untuk menghasilkan begitu banyak dan mendorong mereka untuk mengadopsi cara-cara kreatif dan berkelanjutan yang lebih baik untuk mempromosikan bisnis mereka. Barang-barang gratisan seperti ini juga sering kali dibuat dari bahan yang tidak bisa didaur ulang.
Reduce
Ada banyak ayat Al-Quran yang isinya melarang kita untuk berlebihan dalam mengumpulkan harta benda dan anjuran untuk makan dan minum secukupnya. Diantaranya terdapat dalam QS. Al-A’raf (7) ayat 31, yang artinya:“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” [QS Al-A`raf – 7; 31]
Mengenai konsumsi makanan, Rasulullah bersabda: “Bencana pertama yang menimpa umat ini setelah wafatnya Nabi adalah kenyang, karena apabila perut kenyang, badannya menjadi gemuk, hatinya menjadi lemah dan syahwatnya tak terkendali”. [HR. Bukhari]
Al-Qur’an jelas memperingatkan kita bahwa musibah akan datang jika kita berlebih-lebihan dalam harta benda maupun konsumsi kita. Semakin banyak Anda memiliki barang, maka semakin sulit Anda fokus mendekatkan diri kepada Allah. Barang-barang yang kita miliki seringkali membutuhkan perawatan teratur, pengorganisasian dan bahkan bisa membuat kita stress. Selain itu, semakin banyak yang kita konsumsi, ingin beli ini dan itu, pada akhirnya membuat kita menjadi serakah.
Reuse
Nabi Muhammad SAW memperbaiki pakaian dan sepatunya sendiri, baik di saat sulit maupun di saat lapang. Kebanyakan kita, jika barang rusak sedikit langsung dibuang. Gadget lama masih berfungsi dengan baik, tapi kepincut membeli gadget terbaru. Perilaku menggunakan kembali barang yang ada bukanlah hal baru tetapi inilah yang dipraktekkan oleh para Nabi di masa lalu. Nabi Muhammad juga mengajarkan: “Orang yang tidur sementara tahu tetangganya lapar, bukan salah satu dari kita.” [HR. Muslim]
Inilah motivasi di balik banyaknya kegiatan amal yang dipelopori oleh organisasi Muslim yang mengelola dapur umum dan bank makanan di mana pun di dunia. Bank makanan menyalurkan donasi makanan, serta pakaian hangat agar tetap hangat di musim dingin. Barang-barang ini sangat penting bagi mereka yang tidur di jalanan atau keluarga yang hidup dalam kemiskinan di di mana pun di dunia. Menemukan kehidupan kedua bagi barang yang kita miliki tidak membutuhkan banyak upaya dan ini juga mengurangi sampah. Ada ribuan orang yang hidup dalam kemiskinan di luar sana dan sangat membutuhkan barang-barang yang biasanya akan kita buang.
Recycle
Islam adalah agama yang memberikan pedoman pada setiap aspek dalam kehidupan kita sehari-hari. Membuang sampah dengan tepat juga disebutkan. Abu Barza pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW: “Ajari aku sesuatu sehingga aku dapat memperoleh manfaat darinya. Beliau berkata, ‘Singkirkan hal yang mengganggu dari jalan kaum Muslim’.” [HR. Muslim]. Di samping itu, beliau juga bersabda: “Iman itu 70 dan sekian cabang, yang paling tinggi adalah kalimat Laa Ilaaha Illallah, yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan.” (Muttafaqun ‘alaih)
Oleh karena itu, sejak dari rumah, sebaiknya kita memilah sampah dengan benar. Selain berpotensi untuk didaur ulang, sampah plastik yang dipilah pun bisa menjadi rejeki bagi pengepul sampah.
Rot
Membusukkan limbah kita adalah cara terbaik untuk mengurangi sampah yang kita buang ke TPA. Limbah makanan seperti kulit buah, sayuran, cangkang telur, daun kering, dan makanan sisa dapat dijadikan kompos yang bergizi untuk kebun kita. Kertas, abu dan kayu juga dapat dibuang ke tempat sampah kompos di kebun belakang kita untuk memberi makan ekosistem mini, dan memberi makan ribuan serangga kecil.
Lingkungan Hidup
Sejak penciptaan alam semesta, Allah swt telah memberlakukan sunnatullah bagi ciptaanNya sehingga senantiasa dalam keteraturan dan keseimbangan atau dikenal dengan “hukum alam”. Secara alamiah, alam akan memperbaiki dirinya sendiri bila terjadi ketidakseimbangan/ketidakteraturan akibat adanya kerusakan oleh alam itu sendiri dan manusia.
Tuntunan Islam tentang keseimbangan alam sangatlah jelas sebagaimana firman Allah swt yang artinya: “Allah menjadikan tujuh langit, kamu sama sekali tidak melihat sesuatu yang tidak seimbang/serasi di dalam ciptaan Allah Yang Maha Rahman. Lihatlah berulang kali dengan teliti, adakah kamu temui sesuatu yang tidak seimbang/serasi” (QS. Al-Mulk: 3).
Ayat di atas menjelaskan bahwa alam semesta yang diciptakan Allah dalam keadaan seimbang dan serasi. Kemudian, firman dalam ayat lain yang artinya: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah (Adam dari golongan manusia) di muka bumi... Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada malaikat...” (QS. Al-Baqarah: 30 dan 31).  
Dengan dasar itulah manusia diberikan Allah kemampuan menundukkan alam dan membangun konsep-konsep ilmiah dari yang bersifat abstrak hingga yang konkret yang menjadi dasar bagi perkembangan Iptek. Tunduknya alam di bawah kewenangan manusia dengan izin Allah, tidaklah serta merta memposisikan manusia sebagai penakluk dan alam sebagai yang ditaklukan. Tetapi kewenangan yang diberikan Sang Khalik adalah kewenangan untuk memanfaatkan maksud dan tujuan penciptaan alam tersebut.
Kelestarian dan keseimbangan alam ini harus menjadi tolok ukur dalam pembangunan dan agama menjadi pedomannya. Konsep keseimbangan yang difirmankan Allah swt, merupakan kunci dari segala keserasian/keteraturan alam. Hukum Fisika, Kimia dan Biologi yang dinyatakan sebagai temuan pakar IPTEK, yang telah mengubah peradaban manusia pada dasarnya bermula dari konsep keseimbangan Ilahi. Allah mencipta dan menjadikan alam ini untuk kemaslahatan manusia, untuk memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat baik jumlah maupun jenisnya. Ini sudah dapat dipastikan membutuhkan sumber daya alam yang tidak sedikit. Tetapi pemanfatannya haruskan dengan penuh kearifan dan perlu ada usaha memperbaikinya.
Dengan adanya kearifan mengedepankan kelestarian alam, sehingga sumber daya alam tidak terkuras dan tidak merusak, bahkan justru dapat melestarikan potensi dan fungsi alam serta memelihara kebutuhan makhluk Tuhan. Akan tetapi segala kegiatan pembangunan dilakukan menurut hawa nafsu, tentunya akan mendatangkan bencana bagi manusia. Allah swt berfirman yang artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (QS. Ar-Ruum: 41). “Apa saja musibah yang menimpa kamu, disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan itu” (QS. Asy-Syuura: 30)
Peringatan Allah dalam petikan ayat di atas cukup lugas dan keras. Allah akan menurunkan azab (bencana) di bumi bila manusia yang telah diberi amanah tidak mampu menjalankan amanah sesuai ketentuanNya, atau malah dengan sombong dan mengikuti hawa nafsu melakukan pengrusakan di muka bumi dengan dalih melakukan pembangunan. Islam menganjurkan kita memelihara alam dan ekosistemnya. Bila ekosistem terpelihara dan terjaga baik maka akan memenuhi fungsinya dan mencapai dimaksud serta tujuan penciptaannya oleh Allah bagi kesejahteraan manusia dan makhluk lain pada masa sekarang dan mendatang. Tindakan manusia yang cenderung melampui batas dalam pemanfaatan potensi alam dapat mengakibatkan kerusakan dan menuai bencana. Larangan merusak lingkungan alam terefleksi dalam konvensi keanekaragaman hayati yang ditandatangani oleh 153 negara pada Konferensi Rio de Janeiro, Brasil, menitik beratkan pada larangan merusak habitat hewan, tumbuhan dan lingkungan (alam). Sebenarnya Islam telah lebih awal mengajarkan agar manusia senantiasa berbuat baik pada makhluk lain (tumbuhan, hewan dan alam) seperti yang dikisahkan Al Qur’an tentang Nabi Shalih as, Daud as, Sulaiman as dan Nabi Muhammad saw (santun terhadap tumbuhan, hewan dan alam).
Rasulullah saw telah menyontohkan bagaimana sikap seorang muslim terhadap lingkungan, sebagaimana sabdanya: “Wahai prajurit, kalian tidak diperkenankan membunuh anak-anak dan wanita, musuhmu adalah kaum kafir. Jangan membunuh unta/kuda dan binatang lain, jangan membakar dan merusak kota, menebang pohon dan jangan merusak sumber air minum” (HR. Muslim). Hadis ini ketika peristiwa perang Badar. Sedangkan hadis lainnya: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia” (H.R. Mutafakkun ‘alaihi).
Jadi, jelas bahwa Rasulullah saw telah menanamkan nilai-nilai dan konsep kasih kepada manusia dan makhluk lainnya. Demikian pula paham ecofeminisme yang berkembang belakangan ini, yang menyatakan bahwa wanita dan anak-anak harus dilindungi dari kejahatan/kekerasan perang dan juga paham ini melarang keras melakukan perusakan bumi yang mereka sebut sebagai mother nature.
Konsep Islam tentang pelestarian alam sangat lengkap, jelas dan tegas. Islam lebih awal mengemukakan, namun umat Islam tertinggal dalam menerapkanya. Sudah saatnya kita di negeri syariah ini untuk berada di garis depan dalam mengamalkan ajaran Al Quran, Hadis, Ijma’ dan Qiyas dalam segala hal, termasuk dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup. Peringatan Al-Qur’an terhadap perusak alam sangat jelas. Merusak alam dalam pandangan Al-Qur’an adalah dosa besar. Al-Qur’an menyebut mereka sebagai orang yang fasik, zalim, bahkan kafir. Ini dikarenakan mereka sudah tidak memiliki hati nurani tempat bersemayamnya cahaya Tuhan. Mereka mengklaim dirinya berbuat kebaikan tapi sesungguhnya mereka melakukan pengrusakan bumi (fasad fil ardh). Agama memperbolehkan hukuman yang setimpal untuk mereka. Bahkan dalam salah-satu ayat Allah mengatakan dosa para perusak alam setara membunuh manusia. Hukuman bagi mereka adalah tidak lain kematian.
Kondisi lingkungan hidup di dunia saat ini cukup memprihatinkan. Lingkungan hidup dirusak atas nama pembangunan. Kesalahan dalam mengelola alam saat ini bersumber dari pandangan materialisme yang melulu memandang alam sebagai wilayah yang boleh ditaklukkan manusia sesuka hatinya. Pandangan menganggap manusia sebagai makhluk superior yang boleh saja mengeksploitas alam sesuka hatinya. Nietzhe, filsuf eksistensialisme dari Jerman pada abad ke-19, mengatakan manusia adalah ubermensch yakni manusia super yang boleh saja menaklukkan dunia. Pandangan ini berasal dari filsafat antroposentrisme yang memandang kenikmatan manusia adalah ukuran kebahagiaan. Namun, filsafat Islam memandang lain. Manusia adalah khalifah yang bertugas untuk menciptakan keharmonisan dan kemaslahatan di muka bumi. Oleh karena itu, eksploitasi alam pun ada batasnya. Sudah saatnya umat Islam bersikap pro aktif dalam melestarikan lingkungan hidup. Dengan kekayaan khazanah ilmu dan wawasan Islam, umat Islam diharapkan menjadi “sebaik-baiknya umat yang dikeluarkan di muka bumi” (khairu ummah) yang bertugas untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Wallahu a’lamu bish-shawaab.

   

0 komentar:

Posting Komentar

Download Buku Kumpulan Materi Ceramah dan Khutbah Ramadhan

   Sambut Ramadan 1445 H, Kementerian Agama merilis buku Syiar Ramadhan Mempererat Persaudaraan. Buku ini memuat sejumlah materi Kuliah Tuju...