Pangan dan Parlemen
dalam Perspektif Islam
(Refleksi Hari
Pangan dan Parlemen)
Hari Pangan dan Parlemen diperingati setiap
tanggal 16 Oktober. Dalam memperingati hari tersebut, ada baiknya kita ulas
sedikit mengenai hal tersebut. Dalam Islam, tuntunan kehidupan berkiblat pada
dua sumber utama, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Demikian pula tentang pola
makanan (pangan) yang sehat dalam Islam tercantum berbagai aturan dan
disebutkan sebagai salah satu perintah untuk mensyukuri nikmat Allah dengan
mengelola sumber daya alam dengan baik. Makanan sehat di dalam Islam sangatlah
penting untuk disimak, hal ini meliputi bukan hanya pada persoalan hukum halal
atau haram makanan, tetapi kualitas (bobot kandungan gizi) dan efek kesehatan
makanan terhadap tubuh. Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al A’raf ayat 31:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid,
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)
Hal senada dapat ditemukan di surat Al Baqarah
168: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah:
168). Sesungguhnya pangkal penyakit kebanyakan bersumber dari makanan. Maka tak
heran bila Rasulullah memberi perhatian besar dalam masalah ini, karena makanan
yang sehat akan membuat tubuh sehat.
Dalam Al-Qur’an prinsip makanan sehat adalah
tidak berlebih-lebihan. Rasulullah bersabda: “Anak Adam tidak memenuhkan suatu
tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang
dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi
perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan
sepertiganya lagi untuk pernafasan” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban). Lalu
prinsip lain yang disebutkan pada dalil lainnya adalah halal dan tayyiban, yang
dimaksud dengan halal yakni diketahui atau jelas riwayat makanannya (misalnya
bersumber dari mana dan diproses dengan cara seperti apa) selain itu memenuhi
standar halal makanan yang banyak disebutkan dalam Al-Qur’an maupun Hadits.
Sementara istilah tayyiban disini yakni kualitas kandungan gizi/nutrisi dalam
makanan. Rasulullah melarang untuk makan lagi sesudah kenyang. “Kami adalah
kaum yang tidak makan sebelum merasa lapar dan bila kami makan tidak pernah
kekenyangan”(HR Bukhari Musim).
Suatu hari, di masa setelah wafatnya Rasulullah,
para sahabat mengunjungi Aisyah ra. Lalu, sambil menunggu Aisyah ra, para
sahabat, yang sudah menjadi orang-orang kaya, saling bercerita tentang menu
makanan mereka yang meningkat dan bermacam-macam. Aisyah ra, yang mendengar hal
itu tiba-tiba menangis. “Apa yang membuatmu menangis, wahai Bunda?” tanya para
sahabat. Aisyah ra lalu menjawab, “Dahulu Rasulullah tidak pernah mengenyangkan
perutnya dengan dua jenis makanan. Ketika sudah kenyang dengan roti, beliau
tidak akan makan kurma, dan ketika sudah kenyang dengan kurma, beliau tidak
akan makan roti.” Dan penelitian membuktikan bahwa berkumpulnya berjenis-jenis
makanan dalam perut telah melahirkan bermacam-macam penyakit. Maka sebaiknya
jangan gampang tergoda untuk makan lagi, kalau sudah yakin bahwa Anda sudah
kenyang.
Salah satu makanan kegemaran Rasul adalah madu.
Beliau biasa meminum madu yang dicampur air untuk membersihan air liur dan
pencernaan. Rasul bersabda, “Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat, yaitu
madu dan Alquran” (HR. Ibnu Majah dan Hakim).Yang selanjutnya, Rasulullah tidak
makan dua jenis makanan panas atau dua jenis makanan yang dingin secara
bersamaan. Beliau juga tidak makan ikan dan daging dalam satu waktu dan juga
tidak langsung tidur setelah makan malam, karena tidak baik bagi jantung.
Beliau juga meminimalisir dalam mengonsumsi daging, sebab terlalu banyak daging
akan berakibat buruk pada persendian dan ginjal. Pesan Umar ra, “Jangan kau
jadikan perutmu sebagai kuburan bagi hewan-hewan ternak!”
Menu harian Rasulullah adalah sbb: Lepas dari
subuh, Rasulullah membuka menu sarapannya dengan segelas air yang dicampur
dengan sesendok madu asli. Khasiatnya luar biasa. Dalam Al qur’an, kata
“syifa”/kesembuhan, yang dihasilkan oleh madu, diungkapkan dengan isim nakiroh,
yang berarti umum, menyeluruh. Ditinjau dari ilmu kesehatan, madu berfungsi
membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus, menyembuhkan sembelit, wasir,
peradangan, serta menyembuhkan luka bakar. Masuk waktu dluha, Rasulullah selalu
makan tujuh butir kurma “ajwa”/matang. Sabda beliau, barang siapa yang makan
tujuh butir kurma, maka akan terlindungi dari racun. Dan ini terbukti ketika
seorang wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah dalam sebuah
percobaan pembunuhan di perang khaibar, racun yang tertelan oleh beliau
kemudian bisa dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Bisyir
ibnu al Barra’, salah seorang sahabat yang ikut makan racun tersebut, akhirnya
meninggal. Tetapi Rasulullah selamat. Apa rahasianya? Tujuh butir kurma!
Dalam sebuah penelitian di Mesir, penyakit
kanker ternyata tidak menyebar ke daerah-daerah yang penduduknya banyak
mengonsumsi kurma karena kurma memiliki zat-zat yang bisa mematikan sel-sel
kanker. Maka tidak perlu heran kalau Allah menyuruh Maryam ra, untuk makan
kurma di saat kehamilannya sebab bagus untuk kesehatan janin. Dahulu,
Rasulullah selalu berbuka puasa dengan segelas susu dan kurma, kemudian sholat
maghrib. Kedua jenis makanan itu kaya dengan glukosa, sehingga langsung
menggantikan zat-zat gula yang kering setelah seharian berpuasa. Glukosa itu
sudah cukup mengenyangkan, sehingga setelah sholat maghrib, tidak akan
berlebihan apabila bermaksud untuk makan lagi. Menjelang sore hari, menu
Rasulullah selanjutnya adalah cuka dan minyak zaitun. Tentu saja bukan cuma cuka
dan minyak zaitunnya saja, tetapi dikonsumsi dengan makanan pokok, seperti roti
misalnya. Manfaatnya banyak sekali, diantaranya mencegah lemah tulang dan
kepikunan di hari tua, melancarkan sembelit, menurunkan kolesterol, dan
memperlancar pencernaan. Ia juga berfungsi untuk mencegah kanker dan menjaga
suhu tubuh di musim dingin.
Ada kisah menarik sehubungan dengan buah tin
dan zaitun, yang Allah bersumpah dengan keduanya. Dalam Al-Quran, kata “at tin”
hanya ada satu kali, sedangkan kata “az zaytun” diulang sampai tujuh kali.
Seorang ahli kemudian melakukan penelitian, yang kesimpulannya, jika zat-zat
yang terkandung dalam tin dan zaitun berkumpul dalam tubuh manusia dengan
perbandingan 1:7, maka akan menghasilkan “ahsni taqwim”, atau tubuh yang
sempurna, sebagaimana tercantum dalam surat at tin. Subhanallah!
Di malam hari, menu utama Rasulullah adalah
sayur-sayuran. Beberapa riwayat mengatakan, beliau selalu mengonsumsi sana al
makki dan sanut. Secara umum sayur-sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang
sama, yaitu memperkuat daya tahan tubuh dan melindungi dari serangan penyakit. Di
samping menu wajib di atas, ada beberapa jenis makanan yang disukai Rasulullah
tetapi beliau tidak rutin mengonsumsinya. Diantaranya tsarid, yaitu campuran
antara roti dan daging dengan kuah air masak (kira-kira seperti bubur ayam).
Beliau juga senang makan buah yaqthin atau labu manis, yang terbukti bisa
mencegah penyakit gula. Kemudian beliau juga senang makan anggur dan hilbah.
Di samping memilih menu, hal penting untuk jadi
perhatian kita semua adalah cara mengonsumsinya. Sebab setinggi apa pun
gizinya, kalau pola konsumsinya tidak teratur, akan buruk juga akibatnya. Yang
paling penting adalah menghindari isrof (berlebihan). Rasulullah
bersabda, “Cukuplah bagi manusia untuk mengonsumsi beberapa suap makanan saja
untuk menegakkan tulang sulbinya (rusuknya).” Makanlah dengan sikap duduk yang
baik yaitu tegap dan tidak menyandar, karena hal itu lebih baik bagi lambung,
sehingga makanan akan turun dengan sempurna. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya
aku tidak makan dengan bersandar.”Prinsip ketiga berpuasa. Sebulan dalam
setahun, umat Islam diwajibkan bukan saja dengan mencapai ketaqwaan tetapi juga
ksehatannya dapat terjaga.
Puasa akan membawa kita pada kesehatan yang
sangat luar biasa. Secara fisiologis, puasa sangat erat kaitannya dengan
kesehatan tubuh manusia. Saluran pencernaan manusia tempat menampung dan
mencerna makanan, merupakan organ dalam yang terbesar dan terberat di dalam
tubuh manusia. Sistem pencernaan tersebut tidak berhenti bekerja selama 24 jam
dalam sehari. Banyak hasil penelitian modern yang memaparkan bahwa puasa sangat
menyehatkan. Diantaranya, memberikan istirahat fisiologis menyeluruh bagi
sistem pencernaan dan sistem syaraf pusat, menormalisasi metabolisme tubuh,
menurunkan kadar gula darah, mengikis lipid “jahat” (kolesterol), detoksifikasi
(membuang racun dari tubuh), dan lain sebagainya.
Inilah beberapa tuntunan Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam. Dalam makan dan minum, semoga kita bisa mengikuti
petunjuk dan meniti jejaknya, amin- ya Rabbal ‘alamin.
Parlemen dalam
Bingkai Islam
Hampir semua negara saat ini memiliki dua kali pemilu dalam
satu periode, yaitu pemilu legislatif (anggota DPD/DPR/DPRD provinsi dan
kabupaten/kota), dan pemilu kepala Negara/kepala pemerintahan (presiden atau
perdana menteri). Saat ini, hampir semua negara khususnya negara-negara
mayoritas muslim mengikuti rentak langkah politik dunia yang diasaskan oleh
Montesquie dengan konsep Trias Politica, yaitu sistem negara berdasarkan tiga
kekuatan utama, yaitu legislatif (parlemen), eksekutif (pemerintah), dan
yudikatif (kehakiman/kejaksaan/kepolisian). Ketiga lembaga tersebut anggotanya
dua dipilih oleh rakyat, dan satu dipilih oleh pemerintah dengan persetujuan
parlemen. Yang dipilih rakyat adalah anggota parlemen dan kepala pemerintahan,
sementara kehakiman/kejaksaan/kepolisian ditentukan oleh penguasa
negara/wilayah dengan persetujuan anggota parlemen.
Sejauh pantauan politik Islam, cara semacam itu tidak pernah
ada dalam sistem politik Islam baik semasa nabi maupun sesudahnya. Pada masa
Nabi Muhammad saw yang menjadi legislatif, eksekutif dan yudikatif adalah Nabi Muhammad
saw sendiri, karena Nabi Muhammad saw yang dipilih oleh Allah menjadi pemimpin,
Nabi Muhammad saw yang diberikan hak untuk menjadi ketua parlemen, dan nabi
pula yang menjadi hakim, jaksa dan polisi. Sementara praktik muslim dan para
pelaku politik dari kalangan muslim hari ini sudah membaur dengan sistem Trias
Politica dan kebiasaan serta kebijakan dunia internasional yang dikomandani
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dalam
sistem politik Islam ada satu lembaga yang disebut Ahlul Halli wal ‘Aqdi,
yang terdiri dari sejumlah orang pilihan yang bertugas menentukan kepemimpinan
negara. Mereka bertugas memilih, menasehati dan memecat kepala negara sesuai
dengan prosedur yang berlaku dalam Islam. Orang-orang yang duduk dalam lembaga
tersebut merupakan orang-orang alim yang kuat akidah, paham syariah dan bagus
akhlaknya yang dipilih dan ditunjuk oleh satu tim atau badan khusus yang
mempersiapkan anggota Ahlul Halli wal ‘Aqdi.
Pada zaman Nabi Muhammad saw prosedur seperti itu belum ada
karena Nabi Muhammad saw yang diamanahkan Allah untuk menguasai ketiga lembaga
dalam konsep Trias Politica. Tetapi pada zaman Abu Bakar ra secara otomatis
lembaga tersebut sudah ada walaupun belum disebut sebagai lembaga Ahlul
Halli wal ‘Aqdi. Pada masa itu Abu Bakar ra dipilih dan dibai’at langsung
oleh lima orang sahabat (Umar bin Khattab ra, Abu Ubaidah Ibn al-Jarrah ra,
Usayd bin Hudayr ra, Bisr bin Sa’ad ra, dan Salim ra bekas hamba Abu Huzaifah
ra). Kemudian baru datang orang banyak untuk ikut berbai’at kepadanya. Para
wakil penentu khalifah tersebutlah dijadikan representatif Ahlul Halli wal
‘Aqdi di zaman awal proses kepemimpinan Islam pasca Nabi Muhammad saw.
Pada masa Umar bin Khattab ra, anggota Ahlul Halli wal
‘Aqdi telah disiapkan untuk menentukan pemimpin setelahnya. Beliau menunjuk
enam orang sahabat untuk keperluan tersebut, yaitu Utsman bin Affan ra, Ali bin
Abi Talib ra, Talhah bin Ubaidillah ra, Zubair bin Awwan ra, Sa’ad bin Abi
Waqqas ra, dan Abdurrahman bin ‘Auf ra. Merekalah yang memilih Usman bin Affan ra
menjadi khalifah setelah Umar ra. Demikian juga proses pemilihan Ali ra yang
dibai’at oleh beberapa orang yang dapat mewakili lembaga Ahlul Halli wal
‘Aqdi.
Dalam sistem pemerintahan yang memacu kepada sistem
demokrasi hari ini, dunia tidak lagi menggunakan lembaga Ahlul Halli wal
‘Aqdi dalam memilih anggota parlemen melainkan memicu kepada konsep Trias
Politica. Apa yang menjadi kendala dan kerugian bagi muslim dan Islam dengan
cara demikian adalah; sistem demokrasi yang menyerahkan seluruh keperluan dan
keputusan kepada rakyat akan menghasilkan keputusan yang pincang, tidak adil
dan berat sebelah. Contohnya dalam pemilu legislatif setiap anggota partai
berusaha keras mengajak dan memberikan janji manis kepada rakyat agar memilih
partai mereka. Dalam penghitungan suara juga berlaku hal serupa, ketika
penghitungan suara partai merekalah yang menang, lalu disahkan dan ditetapkan
partai mereka sebagai pemenang.
Dalam sistem demokrasi, asal sudah menang dan disahkan
kemenangannya oleh pihak berwenang maka sahlah partai tersebut yang menang
tanpa melihat proses kemenangan mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan
syariat Islam atau tidak. Sementara dalam sistem politik Islam yang dilihat dan
diperhitungkan adalah dari awal proses persiapan pemilu sampai kepada
pemilihan, penghitungan suara dan pengesahan pemenangnya harus selaras dengan
syariat Islam yang jauh dari janji manis, PHP, dan sebagainya.
Karena itu pulalah cenderung hasil pemilu dengan sistem
demokrasi dapat membawa malapetaka kepada sesuatu kaum, bangsa dan negara.
Karena kalau dalam satu negara itu didominasi oleh orang-orang yang tidak mengerti
halal haram, maka wakil rakyat yang dipilihnya adalah orang-orang yang tidak
punya kasih sayang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara
orang-orang Islam yang baik-baik tidak mau bergabung ke dalam kelompok mereka
karena takut dosa, atau tidak diterima bergabung dengan mereka karena takut
mereka tidak bisa berbuat dosa, maka jadilah sesuatu negara mayorits muslim itu
hancur dalam sistem politik. Ketika sistem politik sudah hancur maka sistem
ekonomi, pendidikan, dan sosial budaya akan ikut hancur pula karena kuasa
politik itu amat berpengaruh dalam bidang kehidupan lainnya. Oleh karena itu,
marilah kita berdoa mudah-mudahan Negara Indonesia menjadi Negara yang
disifatkan oleh Allah swt, yaitu baldatun thoyyibatun warobbun ghofur.
Dalam kitab Thuruq Al-Hikmah, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah (691-
751 H) menjelaskan: Berpolitik merupakan masalah yang cukup pelik dan rawan,
juga sempit dan sulit. Terkadang sekelompok orang melewati batas, menghilangkan
hak-hak, dan mendorong berlaku kejahatan kepada kerusakan serta menjadikan
syariat itu sempit sehingga tidak mampu memberikan jawaban kepada pemeluknya
dan menghalangi diri mereka dari jalan yang benar, yaitu jalan untuk mengetahui
kebenaran dan menerapkannya. Kesimpulannya: Imam yang muhaqqiq ini mengatakan
apapun cara untuk melahirkan keadilan, maka itu adalah bagian dari agama dan
tidak bertentangan dengannya. Apapun yang bisa melahirkan keadilan boleh
dilakukan dan dia bagian dari politik yang sesuai dengan syariah. Dan tidak ada
keraguan bahwa siapa yang menjabat sebuah kekuasaan, maka ia harus menegakkan
keadilan yang sesuai dengan syariat.
Pemilihan legislatif (parlemen) dan eksekutif (pemerintah) atau
yang biasa disebut Pileg dan Pilpres telah dilaksanakan serentak pada tanggal
17 April 2019. Pelantikan anggota DPR, DPD, dan MPR yang dipandu oleh Ketua
Mahkamah Agung (MA) telah dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Oktober 2019 sedangkan
pelantikan Presiden dan Wakil Presiden in syaa Allah akan dilaksanakan nanti pada
tanggal 20 Oktober 2019 mendatang. Setelah itu, presiden dan wakil presiden
terpilih akan menentukan siapa yang akan menduduki jabatan menteri yang memiliki kemampuan untuk bekerja sama dan menjalin hubungan yang
baik dengan instansi atau departemen lain di pemerintahan. Dan akhirnya,
marilah kita doakan para pemimpin bangsa ini: Ya
Allah, bimbinglah Bapak Presiden dan Wakil Presiden terpilih, bantulah mereka
melaksanakan amanat serta dukunglah mereka dan dukung pula kami membantu mereka
mewujudkan cita-cita Proklamasi. Ya Allah, bimbing pula mereka agar sukses
memimpin bangsa dengan adil dan benar, tanpa membedakan pendukung dan yang
tidak mendukungnya. Ya Allah,
kami sepenuhnya sadar bahwa kekuasaan penuh berada dalam gengaman tangan-Mu.
Engkau yang memberi kekuasaan bagi siapa yang Engkau kehendaki dan mencabut
kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau
Kehendaki dan rendahkan siapa yang Engkau kehendaki. Dalam gengaman tangan-Mu
segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.
0 komentar:
Posting Komentar