Sabtu, 25 April 2020

Pangan dan Parlemen dalam Perspektif Islam Bag. 2 (Refleksi Hari Pangan dan Parlemen)


Pangan dan Parlemen dalam Perspektif Islam
(Refleksi Hari Pangan dan Parlemen)

Hari Pangan dan Parlemen diperingati setiap tanggal 16 Oktober. Dalam memperingati hari tersebut, ada baiknya kita ulas sedikit mengenai hal tersebut. Dalam Islam, tuntunan kehidupan berkiblat pada dua sumber utama, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Demikian pula tentang pola makanan (pangan) yang sehat dalam Islam tercantum berbagai aturan dan disebutkan sebagai salah satu perintah untuk mensyukuri nikmat Allah dengan mengelola sumber daya alam dengan baik. Makanan sehat di dalam Islam sangatlah penting untuk disimak, hal ini meliputi bukan hanya pada persoalan hukum halal atau haram makanan, tetapi kualitas (bobot kandungan gizi) dan efek kesehatan makanan terhadap tubuh. Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al A’raf ayat 31: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A’raf: 31)
Hal senada dapat ditemukan di surat Al Baqarah 168: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah: 168). Sesungguhnya pangkal penyakit kebanyakan bersumber dari makanan. Maka tak heran bila Rasulullah memberi perhatian besar dalam masalah ini, karena makanan yang sehat akan membuat tubuh sehat.
Dalam Al-Qur’an prinsip makanan sehat adalah tidak berlebih-lebihan. Rasulullah bersabda: “Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiganya lagi untuk pernafasan” (HR. Ibnu Majah dan Ibnu Hibban). Lalu prinsip lain yang disebutkan pada dalil lainnya adalah halal dan tayyiban, yang dimaksud dengan halal yakni diketahui atau jelas riwayat makanannya (misalnya bersumber dari mana dan diproses dengan cara seperti apa) selain itu memenuhi standar halal makanan yang banyak disebutkan dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Sementara istilah tayyiban disini yakni kualitas kandungan gizi/nutrisi dalam makanan. Rasulullah melarang untuk makan lagi sesudah kenyang. “Kami adalah kaum yang tidak makan sebelum merasa lapar dan bila kami makan tidak pernah kekenyangan”(HR Bukhari Musim).
Suatu hari, di masa setelah wafatnya Rasulullah, para sahabat mengunjungi Aisyah ra. Lalu, sambil menunggu Aisyah ra, para sahabat, yang sudah menjadi orang-orang kaya, saling bercerita tentang menu makanan mereka yang meningkat dan bermacam-macam. Aisyah ra, yang mendengar hal itu tiba-tiba menangis. “Apa yang membuatmu menangis, wahai Bunda?” tanya para sahabat. Aisyah ra lalu menjawab, “Dahulu Rasulullah tidak pernah mengenyangkan perutnya dengan dua jenis makanan. Ketika sudah kenyang dengan roti, beliau tidak akan makan kurma, dan ketika sudah kenyang dengan kurma, beliau tidak akan makan roti.” Dan penelitian membuktikan bahwa berkumpulnya berjenis-jenis makanan dalam perut telah melahirkan bermacam-macam penyakit. Maka sebaiknya jangan gampang tergoda untuk makan lagi, kalau sudah yakin bahwa Anda sudah kenyang.
Salah satu makanan kegemaran Rasul adalah madu. Beliau biasa meminum madu yang dicampur air untuk membersihan air liur dan pencernaan. Rasul bersabda, “Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat, yaitu madu dan Alquran” (HR. Ibnu Majah dan Hakim).Yang selanjutnya, Rasulullah tidak makan dua jenis makanan panas atau dua jenis makanan yang dingin secara bersamaan. Beliau juga tidak makan ikan dan daging dalam satu waktu dan juga tidak langsung tidur setelah makan malam, karena tidak baik bagi jantung. Beliau juga meminimalisir dalam mengonsumsi daging, sebab terlalu banyak daging akan berakibat buruk pada persendian dan ginjal. Pesan Umar ra, “Jangan kau jadikan perutmu sebagai kuburan bagi hewan-hewan ternak!”
Menu harian Rasulullah adalah sbb: Lepas dari subuh, Rasulullah membuka menu sarapannya dengan segelas air yang dicampur dengan sesendok madu asli. Khasiatnya luar biasa. Dalam Al qur’an, kata “syifa”/kesembuhan, yang dihasilkan oleh madu, diungkapkan dengan isim nakiroh, yang berarti umum, menyeluruh. Ditinjau dari ilmu kesehatan, madu berfungsi membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus, menyembuhkan sembelit, wasir, peradangan, serta menyembuhkan luka bakar. Masuk waktu dluha, Rasulullah selalu makan tujuh butir kurma “ajwa”/matang. Sabda beliau, barang siapa yang makan tujuh butir kurma, maka akan terlindungi dari racun. Dan ini terbukti ketika seorang wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah dalam sebuah percobaan pembunuhan di perang khaibar, racun yang tertelan oleh beliau kemudian bisa dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Bisyir ibnu al Barra’, salah seorang sahabat yang ikut makan racun tersebut, akhirnya meninggal. Tetapi Rasulullah selamat. Apa rahasianya? Tujuh butir kurma!
Dalam sebuah penelitian di Mesir, penyakit kanker ternyata tidak menyebar ke daerah-daerah yang penduduknya banyak mengonsumsi kurma karena kurma memiliki zat-zat yang bisa mematikan sel-sel kanker. Maka tidak perlu heran kalau Allah menyuruh Maryam ra, untuk makan kurma di saat kehamilannya sebab bagus untuk kesehatan janin. Dahulu, Rasulullah selalu berbuka puasa dengan segelas susu dan kurma, kemudian sholat maghrib. Kedua jenis makanan itu kaya dengan glukosa, sehingga langsung menggantikan zat-zat gula yang kering setelah seharian berpuasa. Glukosa itu sudah cukup mengenyangkan, sehingga setelah sholat maghrib, tidak akan berlebihan apabila bermaksud untuk makan lagi. Menjelang sore hari, menu Rasulullah selanjutnya adalah cuka dan minyak zaitun. Tentu saja bukan cuma cuka dan minyak zaitunnya saja, tetapi dikonsumsi dengan makanan pokok, seperti roti misalnya. Manfaatnya banyak sekali, diantaranya mencegah lemah tulang dan kepikunan di hari tua, melancarkan sembelit, menurunkan kolesterol, dan memperlancar pencernaan. Ia juga berfungsi untuk mencegah kanker dan menjaga suhu tubuh di musim dingin.
Ada kisah menarik sehubungan dengan buah tin dan zaitun, yang Allah bersumpah dengan keduanya. Dalam Al-Quran, kata “at tin” hanya ada satu kali, sedangkan kata “az zaytun” diulang sampai tujuh kali. Seorang ahli kemudian melakukan penelitian, yang kesimpulannya, jika zat-zat yang terkandung dalam tin dan zaitun berkumpul dalam tubuh manusia dengan perbandingan 1:7, maka akan menghasilkan “ahsni taqwim”, atau tubuh yang sempurna, sebagaimana tercantum dalam surat at tin. Subhanallah!
Di malam hari, menu utama Rasulullah adalah sayur-sayuran. Beberapa riwayat mengatakan, beliau selalu mengonsumsi sana al makki dan sanut. Secara umum sayur-sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama, yaitu memperkuat daya tahan tubuh dan melindungi dari serangan penyakit. Di samping menu wajib di atas, ada beberapa jenis makanan yang disukai Rasulullah tetapi beliau tidak rutin mengonsumsinya. Diantaranya tsarid, yaitu campuran antara roti dan daging dengan kuah air masak (kira-kira seperti bubur ayam). Beliau juga senang makan buah yaqthin atau labu manis, yang terbukti bisa mencegah penyakit gula. Kemudian beliau juga senang makan anggur dan hilbah.
Di samping memilih menu, hal penting untuk jadi perhatian kita semua adalah cara mengonsumsinya. Sebab setinggi apa pun gizinya, kalau pola konsumsinya tidak teratur, akan buruk juga akibatnya. Yang paling penting adalah menghindari isrof (berlebihan). Rasulullah bersabda, “Cukuplah bagi manusia untuk mengonsumsi beberapa suap makanan saja untuk menegakkan tulang sulbinya (rusuknya).” Makanlah dengan sikap duduk yang baik yaitu tegap dan tidak menyandar, karena hal itu lebih baik bagi lambung, sehingga makanan akan turun dengan sempurna. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya aku tidak makan dengan bersandar.”Prinsip ketiga berpuasa. Sebulan dalam setahun, umat Islam diwajibkan bukan saja dengan mencapai ketaqwaan tetapi juga ksehatannya dapat terjaga.
Puasa akan membawa kita pada kesehatan yang sangat luar biasa. Secara fisiologis, puasa sangat erat kaitannya dengan kesehatan tubuh manusia. Saluran pencernaan manusia tempat menampung dan mencerna makanan, merupakan organ dalam yang terbesar dan terberat di dalam tubuh manusia. Sistem pencernaan tersebut tidak berhenti bekerja selama 24 jam dalam sehari. Banyak hasil penelitian modern yang memaparkan bahwa puasa sangat menyehatkan. Diantaranya, memberikan istirahat fisiologis menyeluruh bagi sistem pencernaan dan sistem syaraf pusat, menormalisasi metabolisme tubuh, menurunkan kadar gula darah, mengikis lipid “jahat” (kolesterol), detoksifikasi (membuang racun dari tubuh), dan lain sebagainya.
Inilah beberapa tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dalam makan dan minum, semoga kita bisa mengikuti petunjuk dan meniti jejaknya, amin- ya Rabbal ‘alamin.
Parlemen dalam Bingkai Islam
Hampir semua negara saat ini memiliki dua kali pemilu dalam satu periode, yaitu pemilu legislatif (anggota DPD/DPR/DPRD provinsi dan kabupaten/kota), dan pemilu kepala Negara/kepala pemerintahan (presiden atau perdana menteri). Saat ini, hampir semua negara khususnya negara-negara mayoritas muslim mengikuti rentak langkah politik dunia yang diasaskan oleh Montesquie dengan konsep Trias Politica, yaitu sistem negara berdasarkan tiga kekuatan utama, yaitu legislatif (parlemen), eksekutif (pemerintah), dan yudikatif (kehakiman/kejaksaan/kepolisian). Ketiga lembaga tersebut anggotanya dua dipilih oleh rakyat, dan satu dipilih oleh pemerintah dengan persetujuan parlemen. Yang dipilih rakyat adalah anggota parlemen dan kepala pemerintahan, sementara kehakiman/kejaksaan/kepolisian ditentukan oleh penguasa negara/wilayah dengan persetujuan anggota parlemen.
Sejauh pantauan politik Islam, cara semacam itu tidak pernah ada dalam sistem politik Islam baik semasa nabi maupun sesudahnya. Pada masa Nabi Muhammad saw yang menjadi legislatif, eksekutif dan yudikatif adalah Nabi Muhammad saw sendiri, karena Nabi Muhammad saw yang dipilih oleh Allah menjadi pemimpin, Nabi Muhammad saw yang diberikan hak untuk menjadi ketua parlemen, dan nabi pula yang menjadi hakim, jaksa dan polisi. Sementara praktik muslim dan para pelaku politik dari kalangan muslim hari ini sudah membaur dengan sistem Trias Politica dan kebiasaan serta kebijakan dunia internasional yang dikomandani Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
 Dalam sistem politik Islam ada satu lembaga yang disebut Ahlul Halli wal ‘Aqdi, yang terdiri dari sejumlah orang pilihan yang bertugas menentukan kepemimpinan negara. Mereka bertugas memilih, menasehati dan memecat kepala negara sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam Islam. Orang-orang yang duduk dalam lembaga tersebut merupakan orang-orang alim yang kuat akidah, paham syariah dan bagus akhlaknya yang dipilih dan ditunjuk oleh satu tim atau badan khusus yang mempersiapkan anggota Ahlul Halli wal ‘Aqdi.
Pada zaman Nabi Muhammad saw prosedur seperti itu belum ada karena Nabi Muhammad saw yang diamanahkan Allah untuk menguasai ketiga lembaga dalam konsep Trias Politica. Tetapi pada zaman Abu Bakar ra secara otomatis lembaga tersebut sudah ada walaupun belum disebut sebagai lembaga Ahlul Halli wal ‘Aqdi. Pada masa itu Abu Bakar ra dipilih dan dibai’at langsung oleh lima orang sahabat (Umar bin Khattab ra, Abu Ubaidah Ibn al-Jarrah ra, Usayd bin Hudayr ra, Bisr bin Sa’ad ra, dan Salim ra bekas hamba Abu Huzaifah ra). Kemudian baru datang orang banyak untuk ikut berbai’at kepadanya. Para wakil penentu khalifah tersebutlah dijadikan representatif Ahlul Halli wal ‘Aqdi di zaman awal proses kepemimpinan Islam pasca Nabi Muhammad saw.
Pada masa Umar bin Khattab ra, anggota Ahlul Halli wal ‘Aqdi telah disiapkan untuk menentukan pemimpin setelahnya. Beliau menunjuk enam orang sahabat untuk keperluan tersebut, yaitu Utsman bin Affan ra, Ali bin Abi Talib ra, Talhah bin Ubaidillah ra, Zubair bin Awwan ra, Sa’ad bin Abi Waqqas ra, dan Abdurrahman bin ‘Auf ra. Merekalah yang memilih Usman bin Affan ra menjadi khalifah setelah Umar ra. Demikian juga proses pemilihan Ali ra yang dibai’at oleh beberapa orang yang dapat mewakili lembaga Ahlul Halli wal ‘Aqdi.
Dalam sistem pemerintahan yang memacu kepada sistem demokrasi hari ini, dunia tidak lagi menggunakan lembaga Ahlul Halli wal ‘Aqdi dalam memilih anggota parlemen melainkan memicu kepada konsep Trias Politica. Apa yang menjadi kendala dan kerugian bagi muslim dan Islam dengan cara demikian adalah; sistem demokrasi yang menyerahkan seluruh keperluan dan keputusan kepada rakyat akan menghasilkan keputusan yang pincang, tidak adil dan berat sebelah. Contohnya dalam pemilu legislatif setiap anggota partai berusaha keras mengajak dan memberikan janji manis kepada rakyat agar memilih partai mereka. Dalam penghitungan suara juga berlaku hal serupa, ketika penghitungan suara partai merekalah yang menang, lalu disahkan dan ditetapkan partai mereka sebagai pemenang.
Dalam sistem demokrasi, asal sudah menang dan disahkan kemenangannya oleh pihak berwenang maka sahlah partai tersebut yang menang tanpa melihat proses kemenangan mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan syariat Islam atau tidak. Sementara dalam sistem politik Islam yang dilihat dan diperhitungkan adalah dari awal proses persiapan pemilu sampai kepada pemilihan, penghitungan suara dan pengesahan pemenangnya harus selaras dengan syariat Islam yang jauh dari janji manis, PHP, dan sebagainya.
Karena itu pulalah cenderung hasil pemilu dengan sistem demokrasi dapat membawa malapetaka kepada sesuatu kaum, bangsa dan negara. Karena kalau dalam satu negara itu didominasi oleh orang-orang yang tidak mengerti halal haram, maka wakil rakyat yang dipilihnya adalah orang-orang yang tidak punya kasih sayang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara orang-orang Islam yang baik-baik tidak mau bergabung ke dalam kelompok mereka karena takut dosa, atau tidak diterima bergabung dengan mereka karena takut mereka tidak bisa berbuat dosa, maka jadilah sesuatu negara mayorits muslim itu hancur dalam sistem politik. Ketika sistem politik sudah hancur maka sistem ekonomi, pendidikan, dan sosial budaya akan ikut hancur pula karena kuasa politik itu amat berpengaruh dalam bidang kehidupan lainnya. Oleh karena itu, marilah kita berdoa mudah-mudahan Negara Indonesia menjadi Negara yang disifatkan oleh Allah swt, yaitu baldatun thoyyibatun warobbun ghofur.
Dalam kitab Thuruq Al-Hikmah, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah (691- 751 H) menjelaskan: Berpolitik merupakan masalah yang cukup pelik dan rawan, juga sempit dan sulit. Terkadang sekelompok orang melewati batas, menghilangkan hak-hak, dan mendorong berlaku kejahatan kepada kerusakan serta menjadikan syariat itu sempit sehingga tidak mampu memberikan jawaban kepada pemeluknya dan menghalangi diri mereka dari jalan yang benar, yaitu jalan untuk mengetahui kebenaran dan menerapkannya. Kesimpulannya: Imam yang muhaqqiq ini mengatakan apapun cara untuk melahirkan keadilan, maka itu adalah bagian dari agama dan tidak bertentangan dengannya. Apapun yang bisa melahirkan keadilan boleh dilakukan dan dia bagian dari politik yang sesuai dengan syariah. Dan tidak ada keraguan bahwa siapa yang menjabat sebuah kekuasaan, maka ia harus menegakkan keadilan yang sesuai dengan syariat.
Pemilihan legislatif (parlemen) dan eksekutif (pemerintah) atau yang biasa disebut Pileg dan Pilpres telah dilaksanakan serentak pada tanggal 17 April 2019. Pelantikan anggota DPR, DPD, dan MPR yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung (MA) telah dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Oktober 2019 sedangkan pelantikan Presiden dan Wakil Presiden in syaa Allah akan dilaksanakan nanti pada tanggal 20 Oktober 2019 mendatang. Setelah itu, presiden dan wakil presiden terpilih akan menentukan siapa yang akan menduduki jabatan menteri yang memiliki kemampuan untuk bekerja sama dan menjalin hubungan yang baik dengan instansi atau departemen lain di pemerintahan. Dan akhirnya, marilah kita doakan para pemimpin bangsa ini: Ya Allah, bimbinglah Bapak Presiden dan Wakil Presiden terpilih, bantulah mereka melaksanakan amanat serta dukunglah mereka dan dukung pula kami membantu mereka mewujudkan cita-cita Proklamasi. Ya Allah, bimbing pula mereka agar sukses memimpin bangsa dengan adil dan benar, tanpa membedakan pendukung dan yang tidak mendukungnya. Ya Allah, kami sepenuhnya sadar bahwa kekuasaan penuh berada dalam gengaman tangan-Mu. Engkau yang memberi kekuasaan bagi siapa yang Engkau kehendaki dan mencabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau Kehendaki dan rendahkan siapa yang Engkau kehendaki. Dalam gengaman tangan-Mu segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.


0 komentar:

Posting Komentar

Download Buku Kumpulan Materi Ceramah dan Khutbah Ramadhan

   Sambut Ramadan 1445 H, Kementerian Agama merilis buku Syiar Ramadhan Mempererat Persaudaraan. Buku ini memuat sejumlah materi Kuliah Tuju...