Kamis, 14 Mei 2020

Berbagi Pengalaman Menjadi Pemenang Inobel

BERBAGI PENGALAMAN MENJADI PEMENANG INOBEL
Oleh: Hasanuddin
        

Alhamdulillah, dipanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis khususnya sehingga bisa mengikuti perkuliahan online selama bulan Ramadhan, selama Pandemi Covid-19, dan selama WFH (Work From Home).

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia melaksanakan ajarannya dan mudah-mudahan kita semua mendapatkan syafaatnya di yaumil akhir.

Adapun jadwal, narsum, dan tema kita pada hari ini adalah sebagai berikut:
No
Hari/Tanggal
Nara Sumber
Tema
1
Selasa,
19 Ramadhan 1441 H/ 12 Mei 2020 M
Arif Darmadiansah (Alor NTT)

Berbagi Pengalaman Menjadi Pemenang Inobel

             Pemateri kita kali ini, yaitu Bapak Arif Darmadiansah. Ia asalnya dari Solo akan tetapi mengabdikan dirinya di Alor Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia mengajar di sekolah yang disebut dengan 3T, akan tetapi tidak menyurutkan langkahnya untuk bisa berprestasi. Sekolahnya ada di atas perbukitan sehingga sulit dijangkau dan belum banyak fasilitas yang tersedia, belum ada listrik, dan sebagainya.
Dengan keterbatasan fasilitas dan sarana prasarana sekolah, bapak arif tidak kehabisan akal dalam membina dan mendidik peserta didik supaya menjadi anak yang cakap dan cerdas serta memiliki motivasi dan semangat yang tinggi dalam belajar. Agar anak memiliki motivasi dan semangat yang tinggi dalam belajar, diperlukan inovasi dari seorang guru. Hal itulah yang dilakukan oleh pak arif di sekolahnya yang terpencil dengan membuat media pembelajaran sederhana dari tutup mika tutup CD bekas yang diperoleh dari temannya. Bahan-bahan yang sangat sederhana tersebut dirancang pak arif sebagai pengganti proyektor.
Sebelum mengikuti perlombaan dan menjadi pemenang, pak arif melakukan berbagai inovasi dalam pembelajarannya sehingga tidak membosankan peserta didik. Ide inovasi itu muncul dari sebuah masalah yang dihadapinya di sekolah yang sudah barang tentu banyak masalah. Dan dari ide itu kemudian dipikirkan kira-kira mampu dan bisa tidak diterapkan di sekolah dengan kondisi sekolah yang serba kurang fasilitas, tidak ada listrik, sinyal telp, apalagi yang namanya internet. Kemudian mengembangkan ide tersebut menjadi sebuah produk yang bisa berupa media, bahan ajar, dan lain sebagainya.
Setelah semuanya selesai dan diaplikasikan dalam pembelajaran kemudian ia menuliskannya menjadi sebuah karya ilmiah dan bersiap-siap untuk mengikuti kompetisi. Karya ilmiah dapat berupa penelitian tindakan kelas, eksperimen atau pengembangan (R&D). Dalam mengikuti perlombaan, ada beberapa syarat administrasi yang diminta misalkan surat peryataan aktif mengajar, surat bukan kepala sekolah, dan lainnya. Tahap pertama seleksi administrasi kemudian dilakukan penilaian proposal penelitian. Apabila lolos maka akan mendapatkan undangan bimtek dari kemendikbud, setelahnya melakukan penelitian pelaksanaan di sekolah dan mengirim kembali ke portal sebagai laporan akhir penelitian, dilakukan seleksi dan didapatkan peserta finalis yang akan kembali diundang untuk mempresentasikan hasil karya ilmiahnya. Untuk jenjang SMA ada 3 bidang, ayitu SMA, SMK dan sekolah inklusi.
            Untuk jenjang dikdas kalau tidak salah langsung mengirim laporan hasil penelitiannya. bidangnya ada IPA, SOSHUM dan lainnya. Pada tahun 2016 diambil 100 peserta yang lolos sebagai finalis. SMA 50 dan SMK 50, waktu itu belum ada inklusi. Tahun 2018 format dibedakan kembali, ada kategori utama bagi peserta yang pernah juara, madya yang pernah masuk finalis namun belum juara dan pemula bagi yang pertama kali mengikuti. Tes yang dilakukan saat babak final meliputi tes tertulis, tes presentasi dan laporan hasil penelitian.  Tes tertulis berisi soal peadagogik pilihan ganda 100 soal.
            Kembali pada pengalamannya dalam membuat media pembelajaran sederhana. Sekolahnya pak arif berada di ujung Alor, di puncak perbukitan, berbatasan langsung dengan negara tetangga Timur Leste yang dipisahkan oleh selat. Ke Dili lebih dekat daripada ke Kupang bila naik kapal atau pesawat. Minimnya sarana prasarana membuat kegelisahan dan tantangan untuk berbuat lebih baik. Tahun 2016 itu terinspirasi dari sebuah proyektor hologram 3d, ia ingin menjelaskan invertebrata tapi anak-anak tidak punya gambaran sama sekali. Agar pembelajarannya menjadi menarik, ia mencoba membuat media sederhana. Pertama terbuat dari mika tutup CD bekas itu, yang dibentuk seperti prisma sebagai tempat hologramnya dan HP android sebagai penayang video atau gambarnya. Mika CD tersebut ia dapatkan dari teman guru. Namun, setelah lolos masuk finalis kemudian ia menggantinya dengan akrilik. Beli di toko harganya 30 ribu seukuran kertas A4. Tampilannya lebih jelas, gambarnya juga detail dan tidak kusam dengan menggunakan metode pengembangan (R&D) dalam penelitiannya.
Tahun 2018, sudah punya gambaran dan pengalaman sebelumnya.  Dengan demikian, ia menjadi lebih siap dengan apa yang harus dilakukan. Media tersebut diberi nama Millea  (mikroskop lensa laser tenaga surya). Ide tersebut diperoleh saat mau pembelajaran struktur tumbuhan. Tidak ada mikroskop untuk pengamatan padahal biologi 40 persen praktek di lab yang membutuhkan alat, salah satunya yaitu mikroskop. Media ini juga sederhana, yaitu HP yang ditambahi lensa laser bekas mainan anak-anak yang biasa dipakai untuk sorot-sorot itu. sehingga perbesarannya bertambah, sudah cukup untuk dapat melihat struktur anatomi tumbuhan. Walaupun belum maksimal namun ada hal baru yang anak dapat. Dari 2 ide itu, ia sangat beruntung mendapatkan nomor juara.
Ia beranggapan bahwa hal itu karena dewan juri mungkin merasa kasian melihatnya sebagai guru kampung yang jauh-jauh datang ke Ibukota untuk belajar. Dari awal niatnya hanya untuk belajar, bukan untuk ikut kompetisi. Itulah sedikit pengalaman guru hebat yang berasal dari daerah dan sekolah terpencil (3T) tetapi bisa menjadi pemenang.
            Mudah-mudahan pengalaman Bapak Arif yang sangat inspiratif tersebut dapat kita ikuti dan laksanakan di sekolah masing-masing guna membangkitkan gairah siswa untuk belajar, meningkatkan prestasi siswa, dan yang paling penting mampu mengubah prilaku siswa menjadi lebih baik.

0 komentar:

Posting Komentar

Download Buku Kumpulan Materi Ceramah dan Khutbah Ramadhan

   Sambut Ramadan 1445 H, Kementerian Agama merilis buku Syiar Ramadhan Mempererat Persaudaraan. Buku ini memuat sejumlah materi Kuliah Tuju...