Menulis Dalam
Kesibukan
oleh: Hasanuddin
Nara Sumber:
|
- Drs. Much.
Khoiri, M. Si atau biasa disapa Master Emcho, lahir di Desa Bacem Madiun, 24
Maret 1965
- Beliau adalah
Penulis dan Dosen Sastra (Inggris), Creative Writing, Kajian Budaya dari
Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Trainer dan Perintis 'Jaringan Literasi
Indonesia' (Jalindo). Alumnus International Writing Program di University of
Iowa (USA, 1993); dan Summer Institute in American Studies di Chinese
University of Hong Kong (1996). Kini menjadi Kepala UPT Pusat Bahasa Unesa.
Anggota redaksi jurnal sastra 'Kalimas'. Karya-karya fiksi dan nonfiksi
pernah dimuat di aneka media cetak, jurnal, dan online—dalam dan luar negeri.
Buku-bukunya antara lain: "36 Kompasianer Merajut Indonesia" (ed.
Thamrin Sonata & amp; Much. Khoiri, Oktober 2013); "Pena Alumni:
Membangun Unesa melalui Budaya Literasi" (2013); antologi "Boom
Literasi: Menjawab Tragedi Nol Buku" (2014), buku mandiri "Jejak
Budaya Meretas Peradaban" (2014) dan "Muchlas Samani: Aksi dan
Inspirasi" (2014). Eseinya masuk ke antologi "Pancasila Rumah Kita
Bersama" (ed. Thamrin Sonata, 2014) dan papernya masuk buku prosiding
"Membangun Budaya Literasi" (2014). Menjadi penulis dan editor buku
"Unesa Emas Bermartabat" (2014). Buku paling baru "Rahasia TOP
Menulis" (Elex Media Komputindo, Des 2014).
Blognya: http://muhkhoiriunesa.blogspot.com dan www.kompasiana.com/ much-khoiri. Email: much_choiri@yahoo.com. Kontak: 081331450689. Tagline: "Meretas Literasi Lintas Generasi" |
Materi:
|
-
Menulis dalam
Kesibukan
|
Waktu:
|
-
Selasa, 6 Mei
2020 (13.00-15.00 WIB)
|
Ternyata….. kegiatan menulis adalah kegiatan yang sangat menyenangkan
dan memberikan kepuasan tersendiri serta mampu meringkan sedikit permasalahan
yang selama ini terpendam dan dengan menulis permasalahan yang menumpuk menjadi
agak berkurang karena sudah dikeluarkan melalui tulisan. Betapa banyak hal
positif yang bisa dicapai dengan menulis dan menulis. Akan tetapi bagaimana
dengan alasan beberapa orang yang mau menulis tetapi terhalang dengan
kesibukan-kesibukan?
Bagi yang masih memikirkan kesibukan, marilah mengambil
pelajaran dan teladan Kepada Bapak Emcho (seorang Dosen dan Penulis buku dari FBS
Universitas Negeri Surabaya) yang merupakan manusia super sibuk, namun bisa
menulis dan menghasilkan karya yang sangat banyak. Nah, sekarang beliau akan
membagikan pengalaman pribadinya saat menulis buku. Beliau memberikan materi yang
sangat bagus dan menantang, dengan tema “Menulis Dalam Kesibukan”.
“Siapa sih yang tidak memiliki kesibukan”. Itu sapaan
pertama yang disampaikan oleh Bapak Emcho. Tidak ada seorangpun yang tidak
sibuk di dunia ini dan jangan sampai karena alasan kesibukan ini Bapak/Ibu
tidak berkarya. Dalam hukum Islam sudah dijelaskan bahwa dibalik kesulitan
pasti ada kemudahan, dan dibalik kesibukan pasti ada kesempatan karena semuanya diciptakan Allah
berpasang-pasangan. Sehingga sebenarnya menurut saya bagaimana kita bisa mengatur
kesibukan tersebut dan menyiasatinya dengan menulis karena selama manusia hidup
di dunia yang fana ini, pasti diliputi oleh kesibukan yang beraneka ragam.
Dalam konteks inilah, kita harus bisa memanajemen kesibukan dengan hal-hal yang
positif. Karena, jika sikap kita positif maka kita akan melakukan aksi yang
positif, begitupun sebaliknya kalau sikap kita negatif maka kita akan melakukan
aksi yang negatif. Oleh karena itu, tidak boleh ada kata menyerah dengan
kesibukan sebelum kita mulai mencoba dan jika kita sudah menyikapi sikap
positif dalam kegiatan menulis, maka itu akan menimbulkan kekuatan yang baik pula
untuk menulis.
“Mendidik Diri Untuk Selalu Menulis”
Mendidik diri untuk selalu menulis setiap hari bukan hanya
membuat diri kompeten di bidang menulis, melainkan juga berani menegakkan
prinsip “Reward and Punishment”. Jika bapak/ibu tidak disiplin untuk menulis,
maka perlu mendapatkan punishment. Dan sebaliknya jika bapak/ibu berhasil
menulis buku dengan baik, maka perlu mendapatkan reward, misalnya pelesiran,
nonton film, membeli laptop baru, dan sebagainya. Dalam konteks menulis dalam
kesibukan, “Menulis itu berkomunikasi”. Jika kita berkomunikasi, itu berarti
bahwa kita berhadapan dengan orang yang diajak berkomunikasi. Namun, jika menjadi
seorang penulis tentu akan berhadapan dengan pembaca.
Inti dari pembicaraan bapak Emcho
adalah memberikan 17 (tujuh belas) jurus jita yang bisa diterapkan dalam
menyiasati kesibukan, yaitu:
1. Tetapkan niat menulis
Niat dan
keyakinan itu yang akan menjadi daya dorong dan kekuatan ketika kita belum
bangkit dan akan menjadi daya tahan ketika ada godaan. Niat di sini saya bagi
menjadi dua, yaitu 1) ada yang umum, abstrak, filosofis, yakni misalkan saja
saya menulis untuk mencerdaskan bangsa, untuk beramal. 2) untuk tenar atau
untuk mendapatkan penghargaan atau untuk bayar hutang atau untuk naik pangkat.
2. Rajinlah membaca
Orang yang
rajin membaca itu bagaikan sedang melihat masa lalu dan masa depan hadir di setiap
sejarah dan hadir disetiap imajinasi orang-orang yang hebat. Membaca itu
biasanya mendahului menulis dan getaran atau pemicu untuk menulis.
3. Gunakan alat perekam gagasan
Jika kita
bepergian gunkanlah alat perekam untuk merekam segala kejadian yang kita alami
dalam perjalanan. Semakin banyak kita punya rekaman, maka inspirasi itu akan
membantu kita untuk memilih mana ide yang akan kita pilih untuk ditulis.
4. Kobarkan inspirasi menulis
Inspirasi
itu adalah sesuatu yang membuat kita memunculkan ide yang paling bagus.
Inspirasi tumbuh dan berkembang berkat kekayaan pengetahuan dan sebuah pemicu. Inspirasi
itu sama dengan pengetahuan awal atau
bekal pengetahuan yang dimiliki seseorang. Inspirasi itu bisa dikontruksi atau,
tentu dengan banyak membaca. Janganlah menunggu inpsirasi itu turun dari
langit atau muncrat dari bumi. Kalau
anda hanya menunggu inspirasi, anda bukanlah seorang penulis tapi seorang
penunggu.
5. Tentukan waktu utama
Silahkan
menentukan waktu utama untuk menulis apakah itu siang hari, habis magrib, habis
isya’, atau mungkin dini hari atau pagi hari. Pada prinsipnya dalam hal ini
waktu utama untuk menulis itu ditentukan jangan berbenturan dengan waktu kerja.
Kemudian prinsip yang kedua adalah kapan
kita merasa nyaman untuk menulis.
6. Untuk pemula, menulis bebas
Untuk yang
merasa sebagai pemula atau yang sudah berpengalaman tapi masih cocok dengan ini
biasakan diri untuk menulis bebas, yakni menulis spontan secara freepare itu
melatih orang menuangkan gagasan, pengalaman, dan perasaan secara lancar.
Ini seperti orang curhat menggunakan
bahasa tutur pakai saya, aku, seakan akan tulisan itu berangkat dari bahasa lisan. Jadi dari bahasa lisan
dituangkan jadi bercerita. Orang yang sedang menulis bebas itu sedang
mengoptimalkan kerja otak kanan dan meminimalkan kerja otak kiri. Otak kanan
itu kita tahu suka spontanitas penuh kebebasan dan tanpa aturan, sedangkan otak
kiri itu menuntut kerja teratur, runut, sistematis dan penuh pertimbangan.
7. Menulis di dalam hati
Menulis
dalam hati sambil berangkat kerja atau sambil pulang kerja bisa memikirkan apa
yang akan kita tulis, artinya di sini merancang apa saja yang akan kita tulis.
Mengapa demikian semua ide-ide yang sangat bagus datang secara spontan atau secara kebetulan,
jadi jangan lewatkan ketika ada ide bagus, langsung diproses dalam pikiran dan
bila perlu catat sebentar dalam secarik kertas dan pikirkan apa yang bisa
dikembangkan dari ide itu.
8. Menulis diwaktu utama
Silahkan
menulis di waktu utama, apakah itu setelah magrib, sehabis isya’, tapi yang
jelas harus disiplin dan konsisten memanfaatkan waktu yang telah kita tetapkan.
9. Memanfaatkan waktu luang
Memanfaatkan waktu luang sama halnya dengan menulis di waktu
yang utama.
10. Menulis yang dialami
Menulis
yang dialami adalah hal yang sangat mudah sekali, misalnya sedang bepergian ke
mana, maka itu bisa dituliskan sebagai catatan perjalanan, dan nantinya bisa
menjadi bahan tulisan.
11. Menulis yang dirasakan
Artinya memanfaatkan
kekuatan perasaan.
12. Menulis selaras minat dan pekerjaan
Artinya
menulis hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan kita dapat dituangkan menjadi
tulisan. Misalnya kita sebagai guru pasti punya mempunyai banyak pengalaman dalam
mengajar/mendidik peserta didik.
13. Menulis dengan riang
Artinya
kita menulis dengan perasaan senang dan bahagia. Dengan perasaan bahagialah
seorang penulis akan menghasilkan karya yang terbaik.
14. Menulis yang banyak
Dengan
menulis yang banyak, sebenarnya kita belajar menulis yang bagus, kuantitas itu
bisa menghasilkan kualitas karena dengan kuantitas kita tidak tahu mana yang
lebih berkualitas.
15. Read better, write faster
Read
better, write faster, ini adalah bagi yang sudah mahir. Di era informasi yang
serba cepat kita harus pintar membaca, lebih fokus membaca, dan menulis dengan
cepat.
16. Buatlah motto yang dahsyat
Membuat motto yang
dahsyat, ini akan memberikan semangat yang baik untuk menulis
17. Menulis dengan doa
Menulis jangan lupa diikuti dengan doa
Kesimpulan
Dari penyampaian bapak emcho tersebut dapat disimpulkan
bahwa menulis dalam kesibukan, artinya kita harus bisa memanajemen waktu untuk
menulis, jangan karena sibuk dijadikan alasan untuk tidak menulis. Mulailah
menulis bebas, dengan menulis bebas kita tidak akan terikat dengan
aturan-aturan atau kaidah-kaidah menulis atau menuangkan segala yang ada dalam
pikiran, dan perasaan. Dengan demikian, kita akan gemar menulis dan menulis
sekalipun diliputi kesibukan demi kesibukan.
0 komentar:
Posting Komentar