Kamis, 07 Mei 2020

Menulis Dalam Kesibukan


Menulis Dalam Kesibukan
oleh: Hasanuddin
 
Nara Sumber:
-    Drs. Much. Khoiri, M. Si atau biasa disapa Master Emcho, lahir di Desa Bacem Madiun, 24 Maret 1965
-    Beliau adalah Penulis dan Dosen Sastra (Inggris), Creative Writing, Kajian Budaya dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Trainer dan Perintis 'Jaringan Literasi Indonesia' (Jalindo). Alumnus International Writing Program di University of Iowa (USA, 1993); dan Summer Institute in American Studies di Chinese University of Hong Kong (1996). Kini menjadi Kepala UPT Pusat Bahasa Unesa. Anggota redaksi jurnal sastra 'Kalimas'. Karya-karya fiksi dan nonfiksi pernah dimuat di aneka media cetak, jurnal, dan online—dalam dan luar negeri. Buku-bukunya antara lain: "36 Kompasianer Merajut Indonesia" (ed. Thamrin Sonata & amp; Much. Khoiri, Oktober 2013); "Pena Alumni: Membangun Unesa melalui Budaya Literasi" (2013); antologi "Boom Literasi: Menjawab Tragedi Nol Buku" (2014), buku mandiri "Jejak Budaya Meretas Peradaban" (2014) dan "Muchlas Samani: Aksi dan Inspirasi" (2014). Eseinya masuk ke antologi "Pancasila Rumah Kita Bersama" (ed. Thamrin Sonata, 2014) dan papernya masuk buku prosiding "Membangun Budaya Literasi" (2014). Menjadi penulis dan editor buku "Unesa Emas Bermartabat" (2014). Buku paling baru "Rahasia TOP Menulis" (Elex Media Komputindo, Des 2014).
Blognya:
http://muhkhoiriunesa.blogspot.com dan www.kompasiana.com/ much-khoiri. Email: much_choiri@yahoo.com. Kontak: 081331450689. Tagline: "Meretas Literasi Lintas Generasi"

Materi:
-       Menulis dalam Kesibukan
Waktu:
-       Selasa, 6 Mei 2020 (13.00-15.00 WIB)

Ternyata….. kegiatan menulis adalah kegiatan yang sangat menyenangkan dan memberikan kepuasan tersendiri serta mampu meringkan sedikit permasalahan yang selama ini terpendam dan dengan menulis permasalahan yang menumpuk menjadi agak berkurang karena sudah dikeluarkan melalui tulisan. Betapa banyak hal positif yang bisa dicapai dengan menulis dan menulis. Akan tetapi bagaimana dengan alasan beberapa orang yang mau menulis tetapi terhalang dengan kesibukan-kesibukan?
Bagi yang masih memikirkan kesibukan, marilah mengambil pelajaran dan teladan Kepada Bapak Emcho (seorang Dosen dan Penulis buku dari FBS Universitas Negeri Surabaya) yang merupakan manusia super sibuk, namun bisa menulis dan menghasilkan karya yang sangat banyak. Nah, sekarang beliau akan membagikan pengalaman pribadinya saat menulis buku. Beliau memberikan materi yang sangat bagus dan menantang, dengan tema “Menulis Dalam Kesibukan”.
“Siapa sih yang tidak memiliki kesibukan”. Itu sapaan pertama yang disampaikan oleh Bapak Emcho. Tidak ada seorangpun yang tidak sibuk di dunia ini dan jangan sampai karena alasan kesibukan ini Bapak/Ibu tidak berkarya. Dalam hukum Islam sudah dijelaskan bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan, dan dibalik kesibukan pasti ada  kesempatan karena semuanya diciptakan Allah berpasang-pasangan. Sehingga sebenarnya menurut saya bagaimana kita bisa mengatur kesibukan tersebut dan menyiasatinya dengan menulis karena selama manusia hidup di dunia yang fana ini, pasti diliputi oleh kesibukan yang beraneka ragam. Dalam konteks inilah, kita harus bisa memanajemen kesibukan dengan hal-hal yang positif. Karena, jika sikap kita positif maka kita akan melakukan aksi yang positif, begitupun sebaliknya kalau sikap kita negatif maka kita akan melakukan aksi yang negatif. Oleh karena itu, tidak boleh ada kata menyerah dengan kesibukan sebelum kita mulai mencoba dan jika kita sudah menyikapi sikap positif dalam kegiatan menulis, maka itu akan menimbulkan kekuatan yang baik pula untuk menulis.
“Mendidik Diri Untuk Selalu Menulis”
Mendidik diri untuk selalu menulis setiap hari bukan hanya membuat diri kompeten di bidang menulis, melainkan juga berani menegakkan prinsip “Reward and Punishment”. Jika bapak/ibu tidak disiplin untuk menulis, maka perlu mendapatkan punishment. Dan sebaliknya jika bapak/ibu berhasil menulis buku dengan baik, maka perlu mendapatkan reward, misalnya pelesiran, nonton film, membeli laptop baru, dan sebagainya. Dalam konteks menulis dalam kesibukan, “Menulis itu berkomunikasi”. Jika kita berkomunikasi, itu berarti bahwa kita berhadapan dengan orang yang diajak berkomunikasi. Namun, jika menjadi seorang penulis tentu akan berhadapan dengan pembaca.
Inti dari pembicaraan bapak Emcho adalah memberikan 17 (tujuh belas) jurus jita yang bisa diterapkan dalam menyiasati kesibukan, yaitu:
1.    Tetapkan niat menulis
Niat dan keyakinan itu yang akan menjadi daya dorong dan kekuatan ketika kita belum bangkit dan akan menjadi daya tahan ketika ada godaan. Niat di sini saya bagi menjadi dua, yaitu 1) ada yang umum, abstrak, filosofis, yakni misalkan saja saya menulis untuk mencerdaskan bangsa, untuk beramal. 2) untuk tenar atau untuk mendapatkan penghargaan atau untuk bayar hutang atau untuk naik pangkat.
2.    Rajinlah membaca
Orang yang rajin membaca itu bagaikan sedang melihat masa lalu dan masa depan hadir di setiap sejarah dan hadir disetiap imajinasi orang-orang yang hebat. Membaca itu biasanya mendahului menulis dan getaran atau pemicu untuk menulis.  
3.    Gunakan alat perekam gagasan
Jika kita bepergian gunkanlah alat perekam untuk merekam segala kejadian yang kita alami dalam perjalanan. Semakin banyak kita punya rekaman, maka inspirasi itu akan membantu kita untuk memilih mana ide yang akan kita pilih untuk ditulis.
4.    Kobarkan inspirasi menulis
Inspirasi itu adalah sesuatu yang membuat kita memunculkan ide yang paling bagus. Inspirasi tumbuh dan berkembang berkat kekayaan pengetahuan dan sebuah pemicu. Inspirasi itu sama dengan  pengetahuan awal atau bekal pengetahuan yang dimiliki seseorang. Inspirasi itu bisa dikontruksi atau, tentu dengan banyak membaca. Janganlah menunggu inpsirasi itu turun dari langit  atau muncrat dari bumi. Kalau anda hanya menunggu inspirasi, anda bukanlah seorang penulis tapi seorang penunggu.
5.    Tentukan waktu utama
Silahkan menentukan waktu utama untuk menulis apakah itu siang hari, habis magrib, habis isya’, atau mungkin dini hari atau pagi hari. Pada prinsipnya dalam hal ini waktu utama untuk menulis itu ditentukan jangan berbenturan dengan waktu kerja. Kemudian prinsip yang  kedua adalah kapan kita merasa nyaman untuk menulis.
6.    Untuk pemula, menulis bebas
Untuk yang merasa sebagai pemula atau yang sudah berpengalaman tapi masih cocok dengan ini biasakan diri untuk menulis bebas, yakni menulis spontan secara freepare itu melatih orang menuangkan gagasan, pengalaman, dan perasaan secara lancar. Ini  seperti orang curhat menggunakan bahasa tutur pakai saya, aku, seakan akan tulisan itu berangkat  dari bahasa lisan. Jadi dari bahasa lisan dituangkan jadi bercerita. Orang yang sedang menulis bebas itu sedang mengoptimalkan kerja otak kanan dan meminimalkan kerja otak kiri. Otak kanan itu kita tahu suka spontanitas penuh kebebasan dan tanpa aturan, sedangkan otak kiri itu menuntut kerja teratur, runut, sistematis dan penuh pertimbangan.
7.    Menulis di dalam hati
Menulis dalam hati sambil berangkat kerja atau sambil pulang kerja bisa memikirkan apa yang akan kita tulis, artinya di sini merancang apa saja yang akan kita tulis. Mengapa demikian semua ide-ide yang sangat bagus  datang secara spontan atau secara kebetulan, jadi jangan lewatkan ketika ada ide bagus, langsung diproses dalam pikiran dan bila perlu catat sebentar dalam secarik kertas dan pikirkan apa yang bisa dikembangkan  dari ide itu.
8.    Menulis diwaktu utama
Silahkan menulis di waktu utama, apakah itu setelah magrib, sehabis isya’, tapi yang jelas harus disiplin dan konsisten memanfaatkan waktu yang telah kita tetapkan.
9.    Memanfaatkan waktu luang
Memanfaatkan waktu luang sama halnya dengan menulis di waktu yang utama.
10.    Menulis yang dialami
Menulis yang dialami adalah hal yang sangat mudah sekali, misalnya sedang bepergian ke mana, maka itu bisa dituliskan sebagai catatan perjalanan, dan nantinya bisa menjadi bahan tulisan.
11.    Menulis yang dirasakan
Artinya memanfaatkan  kekuatan perasaan.
12.    Menulis selaras minat dan pekerjaan
Artinya menulis hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan kita dapat dituangkan menjadi tulisan. Misalnya kita sebagai guru pasti punya mempunyai banyak pengalaman dalam mengajar/mendidik peserta didik.
13.    Menulis dengan riang
Artinya kita menulis dengan perasaan senang dan bahagia. Dengan perasaan bahagialah seorang penulis akan menghasilkan karya yang terbaik.
14.    Menulis yang banyak
Dengan menulis yang banyak, sebenarnya kita belajar menulis yang bagus, kuantitas itu bisa menghasilkan kualitas karena dengan kuantitas kita tidak tahu mana yang lebih berkualitas. 
15.    Read better, write faster
Read better, write faster, ini adalah bagi yang sudah mahir. Di era informasi yang serba cepat kita harus pintar membaca, lebih fokus membaca, dan menulis dengan cepat.
16.    Buatlah motto yang dahsyat
Membuat  motto yang dahsyat, ini akan memberikan semangat yang baik untuk menulis 
17.    Menulis dengan doa
Menulis jangan lupa diikuti dengan doa

Kesimpulan
Dari penyampaian bapak emcho tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis dalam kesibukan, artinya kita harus bisa memanajemen waktu untuk menulis, jangan karena sibuk dijadikan alasan untuk tidak menulis. Mulailah menulis bebas, dengan menulis bebas kita tidak akan terikat dengan aturan-aturan atau kaidah-kaidah menulis atau menuangkan segala yang ada dalam pikiran, dan perasaan. Dengan demikian, kita akan gemar menulis dan menulis sekalipun diliputi kesibukan demi kesibukan.


0 komentar:

Posting Komentar

Download Buku Kumpulan Materi Ceramah dan Khutbah Ramadhan

   Sambut Ramadan 1445 H, Kementerian Agama merilis buku Syiar Ramadhan Mempererat Persaudaraan. Buku ini memuat sejumlah materi Kuliah Tuju...