Motivasi Menulis Buku
oleh: Hasanuddin
Nara
Sumber : Dr. H. Imron Rosidi, M. Pd
(Pengurus PGRI Kota Pasuruan)
Waktu : Kamis, 7 Mei 2020
Pukul : 13.00-15.00 WIB
Beliau
mengawali ulasannya dengan memberikan motivasi bagi para pemula: “Sebenarnya
tidak ada orang yang tidak bisa menulis buku. Yang ada adalah orang yang tidak mau
menulis buku”. Mengapa demikian? Karena menulis itu berarti mengungkapkan
gagasan, pikiran, dan perasaan. Bapak/ibu dan kita semua telah memilikinya.
Dengan demikian, pada dasarnya kita semua pasti bisa menulis.
Mengapa seseorang
bisa dengan lancar berbicara. Setiap bertemu langsung berbicara tanpa berpikir,
akan tetapi ketika menulis, apa yang terjadi? Padahal keduanya sama, yaitu
mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan. Apa bedanya? Mungkin ada yang
mengatakan, kalau menulis tentu berpikir kalimat yang baku, tanda baca, huruf kapital,
dan lain sebagainya. Kalau berbicara kan tidak memerlukan itu?. Makanya ketika
menulis tidak perlu memikirkan kalimat yang baku, tanda baca, huruf capital,
dan lain sebagainya. Tulis saja apa yang mau ditulis, bila perlu menulis dengan
jelek dan jangan takut salah.
Menulis
itu hanya memerlukan 4 syarat, yaitu mau, tekun, nekat, dan baca. Bacalah!
Maka, anda siap untuk menjadi seorang penulis. Don’t write if you don’t read,
Iqro’! Di samping itu, harus terus menulis dan jangan takut salah. Bagaimana
prinsip menulis? Prinsipnya, menulislah dengan jelek dan jangan takut salah.
Mengapa
guru tidak menulis? Ada 2 jawabannya, yaitu 1) Belum menemukan alasan mengapa
harus menulis; dan 2) Tidak tahu cara menulis.
Jawaban
pertama, belum menemukan alasan mengapa harus menulis. Padahal, alasannya
bermacam-macam, diantaranya: identitas diri, uang/royalty, popularitas,
terpakasa/tugas, berbagi inspirasi, menyuarakan kebenaran, sebarkan ilmu, dan
masih banyak alasan-alasan lainnya.
INGAT!!!
Mulailah menulis dengan jelek dan jangan takut salah. Sebab, orang yang tidak
pernah salah hanyalah otrang yang tidak pernah berbuat apa-apa. Menulis itu
adalah sebuah keterampilan. Maka, harus terus berlatih. Berlatih menulis, bukan
dipelajari. Sebagaimana pemain sepak bola.Dia harus terus berlatih dan tentunya
memerlukan vitamin juga. Lalu, apa vitaminnya seorang penulis? Ya, sudah tentu
buku-buku tentang teori menulis dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
menulis. Biarkan tulisan kita awalnya tidak terlalu bagus dan beliau yakin
dengan terus berlatih pasti akan ada peningkatan, baik dari segi kedalam
konteks maupun bahasa.
Marilah
kita tengok sejenak pengalaman menulis beliau. Beliau mulai menulis diawali
dengan menulis LKS. Dari LKS itu justru beliau mendapatkan semuanya. Itu dulu
ketika LKS wajib bagi siswa. Setelah itu, beliau menulis buku-buku umum untuk
dilombakan di tingkat nasional. Alhamdulillah, hasilnya membanggakan, beliau 2
kali juara nasional. Selanjutnya, beliau menulis buku pelajaran dan sekarang
aktif menulis buku perkuliahan dan umum.
Beliau
mengajak bapak/ibu guru untuk mulai menulis. Bisa diawali dengan menulis buku
kumpulan puisi, kumpulan cerpen, dan lain-lain. Setelah itu, berlanjut ke buku
umum atau buku-buku motivasi dan buku pelajaran. Bagaimana menulis buku non
fiksi? 1. Mulailah dengan membaca beberapa buku untuk menentukan layout buku
dan gaya beberapa penulis. 2. Buatlah judul dan kerangka buku. 3. Kumpulkan
berbagai literatur yang mendukung. 4. Lakukanlah pendalaman materi. 5. Mulailah
menulis dari bab yang sudah dikuasai. 6. Apabila terjadi kemandekan, lakukanlah
lagi pendalaman materi. 7. Menulislah dengan tidak takut salah. 8. Setelah
selesai, lakukan editing dari segi bahasa dan tanda baca. 9. TERBITKAN!
Di
akhir pemaparannya, beliau mengajak kita semua dan memberikan solusi. Bagi bapak/ibu
yang mau mengirimkan karya ke penerbit, maka harus melihat visi penerbit
tersebut terlebih dahulu. Dan, untuk penerbitannya bisa lewat PB PGRI atau
lewat bapak imron sendiri atau yang lainnya.
Setelah
pemaparan selesai kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab! Berikut saya
sajikan beberapa cuplikannya:
- Bagaimana teknis menulis buku pelajaran yang menarik, kita tahu bahwa siswa milenial (meski tidak semuanya) kenyataannya kurang suka membaca buku, lebih suka youtube! Jawab: Harus melihat terlebih dahulu, siapa pembacanya. Masalah siswa sekarang lebih suka youtube karena memang peradabannya sudah seperti itu. Setiap hari dan detik buka HP, bukan buka buku. Kalau menulis buku dan digemari penerbit (buku umum), ya menulislah hal-hal yang saat ini sedang HIT. Mungkin tulisan tentang kiat belajar di rumah saat pandemic virus corona lebih menarik. Atau tulisan yang berisi pengalaman orang-orang sukses dan bagaimana saat ketika menjadi mahasiswa.
- Di buku non fiksi, apakah daftar pustaka disematkan juga dalam isi buku, ataukah cukup disematkan di bagian daftar pusataka saja? Seperti ketika membuat artikel ilmiah. Jawab: Daftar pustaka hanya di akhir tulisan, bisa juga dengan diberi footnote.
- Selain motivasi terdapat juga passion. Bagaimana menyelaraskan keduanya dan mensinergikan keduanya?Jawab: Tentunya setiap orang berbeda. Gairah dan motivasi keduanya sijodli dan berjodoh. Ketika ada motivasi aku harus menulis agar siswaku bangga, saat itu bisa muncul gairah. Gairah ini akan terus bertambah ketika tulisan kita terbit. Akhirnya, terus menulis dan menulis.
- Bagaimana tahapan dalam membuka dan menutup kalimat paragraf? Jawab: Paragraf itu gabungan kalimat yang koheren atau padu. Ada 3 cara agar padu, yaitu mengulang kata sebelumnya disebutkan, mengganti dengan kata yang sama maknanya, dan member konjungsi antar kalimat. Paragraf itu terdiri atas 3-5 kalimat, bisa 1 kalimat utama dengan 2 kalimat penjelas. Paragraf bisa dimulai dari kalimat utama, yaitu kalimat yang perlu dijelaskan dan masih bersifat umum.
- Apa maksudnya 3 P (Person, Paper, Place)? Jawab: 1) Person, banyak berdiskusi dengan orang-orang yang mengerti dengan apa yang kita tulis; 2) Paper, membeli buku-buku yang sesuai dengan yang akan kita tulis; 3) Place, mendatangi tempat yang akan kita tulis.
Kesimpulannya:
Menulis itu sangat mudah dan gampang karena hanya menuangkan gagasan, pikiran,
dan perasaan. Di samping itu, menulis hanya butuh 4 syarat, yaitu mau, tekun,
nekat, dan baca. Yang terakhir, harus terus menulis dan jangan takut salah.
Apabila tidak tekun menuangkan gagasan, pikiran, perasaan melalui tulisan dan
takut salah, maka jangan bermimpi untuk menjadi seorang PENULIS.
0 komentar:
Posting Komentar